Sekilas tentang Kendari Pos

Graha Pena Kendari Pos. Foto: Taya

Gambaran Umum Surat Kabar Harian Kendari Pos


Harian Kendari Pos adalah surat kabar nasional terbesar dan pertama di propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Historisitas berdirinya surat kabar harian Kendari Pos dimulai dari eksistensinya sebagai harian umum yang terbit sekali dalam seminggu, dengan nama Media Karya yang selanjutnya berganti nama menjadi Media Kita. 

Pada tanggal 9 September 1999 berubah nama lagi menjadi Surat Kabar Harian Pagi Kendari Pos dan mulai terbit secara harian setelah bergabung dengan Jawa Pos Media Group sejak 4 September 1999.


Sejarah Singkat Kendari Pos


Kendari Pos merupakan harian Nasional pertama di Sulawesi Tenggara. Awal pembentukannya, harian Kendari Pos pertama terbit pada tanggal 6 Juni 1970 dengan nama Media Karya. Berawal dari usaha keluarga yang didirikan oleh  P.P Bittikaka bersama saudaranya Benyamin Bittikaka dan putranyaIr. Jerry Bittikaka. Mereka membentuk Yayasan Pers Nasional yang merupakan Surat Kabar Umum. Berita Media Karya pada saat itu baru menggunakan SITT karena belum mempunyai percetakan sendiri, maka percetakan surat kabar yang terbit empat halaman itu di Makasar, sedangkan kantornya  di rumah P.P Bittikaka. Pada waktu itu Media Karya  sekali seminggu sampai ke desa-desa dengan oplah 5.000 eksemplar setiap minggunya.

Setelah 16 tahun terbit secara mingguan DPP Golkar meminta melalui Departemen Penerangan agar nama mingguan Media Karya menjadi penerbit DPP Golkar sehingga Departemen Penerangan meminta untuk memilih apa yang bisa dijadikan penggnti Media Karya yang akan dipakai oleh Golkar.

Perkembangan selanjutnya, Media Kita yang terbit secara mingguan itu menjalin kerjasama dengan Kanwil Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi (Parpostel) Sulawesi Selatan Tenggara (Sulselra). Bersama Media Kita, Deparpostel membentuk badan usaha yang yang berbentuk perseroan terbatas (PT) yang berkantor di Makasar. Semua proses redaksional dan perusahaan daiadakan di Makassar.

Surat Kabar mingguan dalam manajemen baru itu, walaupun tetap terbit secara mingguan, layout tetap menarik. Terbik 12 halaman Full colour dengan jangkauan peredarannya di seluruh Indonesia. Berita-beritanya sebagian besar menyangkut masalah kepariwisataan. Oplah saat itu mencapai 10.000 eksemplar, namun kerjasama dengan instansi pemerintah yang manajemennya berbentuk fifty-fifty itu tidak bertahan lama. Hanya berlangsung 10 bulan, akhirnya berhenti karena antara pengurus baru maupun penyandang dana tidak mampu memperoleh keuntungan dari penerbitan itu.

Media Kita yang telah berhenti bekerjasama dengan Kanwil DeparpostelSulselra terus berupaya menerbitkan surat kbar yang pada saat itu sudah 20 tahun jatuh bangun dan tetap kembali menerbitkan secara mingguan. Media kita yang sejak lama diberikan kepercayaan sebagai pelaksana Koran Membangun Desa (KMD) selalu rutin mengikuti lokakarya dan pertemuan berkala yang dilakukan LP3S. pada kesempatan itulah P.P Bittikaka mengungkapkan kesulitan membesarkan surat kabarnya yang berada di aerah dengan fasilitas terbatas.

Salah satu saran yang sangat menarik pada saat itu, LP3S memberikan solusi untuk menghidupkan pers daerah seperti Media Kitayang ingin cenderung dengan sebuah penerbit besar dan matang. LP3S menyarankan agar bergabung dengan Group Jawa Pos yang telah berhail.saran tersebut tidak hanya datang dari LP3S, tetpi juga dari Departemen Penerangan RI, H. Harmoko yang pada saat itu berkunjung ke Kendari Sulawesi Tenggara dan secara langsung menyampaikan kepada  P. P Bittikaka agar segera bergabung dengan surat kabar profesional.

Saran dan masukan dari berbagai pihak tidak disia-siakan oleh P.P Bittikaka yang mempunyai obsesi untuk tetap menerbitkan dan membesarkan Media Kita. Pada bulan Agustus 1994, P.P Bittikaka mengikuti rapat KMD di Surakarta dan berkunjung Ke Surabaya untuk menemui FIN Dahlan Iskan, Direktur Utama Jawa Pos yang juga Pimpinan Redaksi Jawa Pos P.P Bittikaka berkeyakinan bahwa untuk menerbitkan Media Kita secara harian harus bergabung dengan surat kabar yang mapan dan Jawa Pos merupakan salah satu sasaran dan memiliki peluang yang cukup besar.

Walaupun Jawa Pos Media Group sedang gencarnya melakukan ekspansi keberbagai daerah ternyata jawaban Dahlan Iskan tidak seperti yang di bayangkan sebelumnya. Dahlan Iskan merasa terlalu jauh untuk mengembangkan usaha di Kendari dan mengatakan bahwa akan membatasi usahanya di luar Jawa karena kalau mau membuka usaha lebih bagus di Jawa saja.

Namun bukan berarti putuslah harapan P.P Bittikaka Dahlan Iskan menyarankan agar menemui H.M Alwi Hamu, Ketua Badan Pengawas dan Pengembangan Anak Perusahaan Jawa Pos Media Group. P.P Bittikaka, Dahlan Iskan mengambil Media Kita sebagai salah satu anak perusahaannya bukan semata-mata ingin mencari keuntungan karena Cuma ingin membantu bagaimana koran daerah bisa maju dan berkembang walaupun dalam waktu yang panjang.

Dalam kepengurusan PT Media Kita Sejahtera, Dahlan Iskan sebagai Komisaris Utama, H. Mahtum Mastoem sebagai komisaris. Sementara direksinya terdiri dari H.M. Alwi Hamu sebagai Direktur, dan Pengasuh Media Kita terdiri dari P.P Bittikaka sebagai Pimpinan umum atau pemimpin redaksi dan Benyamin Bittikaka sebagai pimpinan perusahaan. Sementara pemegang saham terdiri dari Dahlan Iskan, H. Mahtum Mastoem RIP Bittikaka dan H.M. Alwi Hamu.

Untuk mewujudkan terbitnya Media Kita secara harian, Jawa Pos Media Group memberikan bantuan dana sebesar Rp 125 juta. Dan tersebut digunakan untuk mengembangkan Media Kita di Sulawesi Tenggara dengan membangun kantor semi permanent di jalan Malik Raya No 4 sebagai kantor Redaksi Perusahaan Percetakan dan Iklan.

Selain itu Jawa Pos Media Group juga memberikan bantuan pembinaan manajemen. Sebelum terbit Media Kita terlebih dahulu mengadakan magang di Group Jawa Pos, baik diharian Jawa Pos sendiri maupun di Harian Fajar Makassar, salah  satu anak perusahaan Jawa Pos yang terdekat dengan Media Kita. Bahkan awal pengoperasian penerbitan secara harian, didatangkan tenaga teknis dari Surabaya (Jawa Pos) maupun Makassar (Harian Fajar) baik berupa teknis mesin cetak maupun pra cetak.

Di bidang manajemen dan Redaksi Jawa Pos melalui anak perusahaannya harian Fajar mengutus 2 orang tenaga Redaksi, 2 orang tenaga Wan, dan 1 orang tenaga pra cetak. Selain itu untuk redaksi-redaksi pra cetak dan perusahaan, kendaraan yang terdiri dari sepeda motor dinas, meja dan kursi kantor. Jawa Pos juga terbit sampai sekarang mensuplay berita nasioanal, internasional maupun daerah, khususnya di luar Sulawesi Tenggara melalui Jawa Pos News Network (JPNN).

Tanggal 9 September 1999, surat kabar harian yang selama ini dikenal dengan nama Media Kita berubah nama menjadi Kendari Pos. Pimpinan redaksinya adalah P.P Bittikaka. Perubahan nama tersebut dilakukan dalam rangka menyikapi perkembangan zaman dari Orde Baru menjadi Orde Reformasi. Pada masa rezim orde baru berkuasa diketahui bahwa surat kabar sangat sulit untuk berdiri.

Segi pemasaran surat kabar pembaca yang berasal dari Kota Kendari maupun dari kabupaten Kendari dan Kolaka pasti mempunyai ikatan tersendiri dengan Kendari Pos, begitu juga dengan pembaca yang berasal dari Kabupaten Muna maupun Kabupaten Buton tetap akan mempunyai ikatan tersebut sebab di ketahui bahwa Kendari adalah merupakan ibu Kota Propinsi yang merupakan bacaan utama masyarakat Sulawesi Tenggara dan mempunyai posisi strategic sebagai tempat-tempat untuk mempromosikan usahanya.

Struktur Organisasi Surat Kabar Harian Kendari Pos

Struktur organisasi surat kabar harian Kendari Pos menganut pola umum yang digunakan oleh penerbit pers lainnya. Namun struktur organisasinya memiliki karakteristik tersendiri yang disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan Surat Kabar Harian Pagi Kendari Pos yang tersusun berdasarkan lini dan staf.

Redaksi suatu penerbitan umumnya merupakan jantung sebuah penerbit media massa dan menjadi motor bagi bagian-bagian lainnya. Bagian-bagian lainnya. Ia pun bagian menjalankan visi dan misi serta idealisme sebuah media massa ini bukan berarti bagian lain seperti pemasaran dan iklan dari segi bisnis yang tidak penting. Kerja penerbitan merupakan kerja tim (team work) yang saling menunjang antar satu dengan yang lainnya.

Bagian Redaksi umumnya dipimpin oleh seorang Kepala Bagian (Kabag) yaitu Pimpinan Redaksi (Pimred) yakni Milwan S.Ag yang setara dengan pimpinan perusahaan membawahi bagian pemasaran, sirkulasi, promosi, personalia, umum, keuangan, dan sebagainya. Diatas keduanya adalah seorang pemimpin umum dan ada juga pemimpin umum yang merangkap jabatan pemimpin redaksi.
Pemimpin umum bertanggung jawab atas keseluruhan jalannya penerbitan baik kedalam maupun keluar. Ia dapat melimpah pertanggung jawabannya terhadap hukum kepada pemimpin redaksi sepanjang menyangkut isi pemberitaan dan kepada pemimpin perusahaan penerbitan.

Pemimpin redaksi bertanggung jawab kepada mekanisme dan aktivitas bekerja keredaksian sehari-hari dan mengawasi isi seluruh rubric media massa yang dipimpinnya. Ia bertindak sebagai jendral atau komandan yang perintah atau kebijakannya harus dipatuhi bawahannya. Dia pula umumnya yang bertanggung jawab jika pemberitaan media atau wartawannya digugat pihak lain. Untuk memudahkan tugas, wewenang, dan tanggung jawab maka Milwan S.Ag dibantu oleh wakil Pimpinan Redaksi atau penanggung jawab Harian, Drs. Ramli Akhmad.

Penanggung jawab Harian ini membawahi redaktur pelaksanan (Redpel). Tanggung jawabnya hampir sama dengan Pimred namun lebih bersifat teknis. Dialah yang memimpin langsung aktivitas peliputan dan pembuatan berita oleh para wartawan dan editor.

Di bawah redaktur pelaksana umumnya adalah para redaktur Desk atau editor. Mereka bertanggung jawab penuh atas isi-isi rubric yang dipercayakan untuk dikelola (redaktur desk dikenal dengan “jubrik” penanggung jawab rubric). Tugas utama mereka adalah antaralain bertanggung jawab untuk menentukan, menyeleksi dan mengedit serta mengoleksi termasuk pembuatan judul, tema, dan naskah yang akan dimuat pada rubric yang menjadi tanggung jawabnya.

Jika diperlukan, sebuah penerbitan juga biasanya memiliki seorang editor bahasa. Tugasnya antara lain menjaga keseragaman bahasa yang dipergunakan dalam menulis berita atau artikel yang menjadi gaya atau ciri medianya. Bersama para editor pun ia mendiskusikan pengubahan bahasa atau kalimat agar menjadi lebih menarik, sederhana, singkat dan sesuai dengan prinsip ekonomi bahasa. Setingkat dengan editor adalah redaktur pra cetak. Ia bertanggung jawab menangani naskah setiap cetak dari para redaktur yaitu semua naskah berita yang sudah diturunkan kepercetakan dan sudah di set bersih desain cover dan perwajahan (tata letak, lay out, artistik) dan hal ikhwal sebelum surat kabar dicetak. Di bawah para editor adalah Reporter, mereka merupakan prajurit bagian redaksi. Mencari beritalalu membuat dan menyusunnya, merupakan tugas yang paling pokok. Kegiatan mencari berita pada prinsipnya bisa dikerjakan setiap waktu. Tergantung mood, peristiwa yang terjadi, atau ada tidaknya petugas dari Redaksi. Selain Reporter, Surat Kabar biasanya memiliki koresponden yaitu wartawan yang di tempatkan di Negara lain atau Kota lain (Daerah), di luar wilayah di mana Surat Kabar tersebut bersangkutan berpusat.

Bagian lain dari Redaksi adalah Setter atau juru ketik naskah. Ia bertugas mengetik naskah yang akan dimuat. Adapula Korektor, yang bertugas mengoreksi (membetulkan) kesalahan pengetikan pada naskah yang siap cetak. Bagian yang tak kalah pentingnya untuk membantu kelancaran kerja redaksi adalah bagian Perpustakaan dan Dokumentasi serta bagian Penelitian dan Pengembangan (Litbang). Litbang inilah yang akan membantu perkembangan survei penerbitan pembaca dan memberikan masukan-masukan bagi pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

0 komentar:

Posting Komentar