ANALISIS DAN SINTESIS DALAM PENYAJIAN MARX

Untuk mengungkapkan ciri-ciri khusus dan originalitas analisis Marxian sebagaimana yang digunakan dalam CAPITAL, kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini: bagaimanakah konsepsi Marxian mengenai struktur suatu sistem ilmiah mengubah konsepsi-konsepsi lebih tua mengenai prosedur analitik dan sintetik dalam ilmu? Kesatuan baru analisis dan sintesis apakah yang terkandung secara jelas dalam sistem ilmiah Marx?

Prosedur-prosedur analitikal, jika kita artikan--secara garis besar--dalam pengertian asali penguraian intelektual, pembedahan keseluruhan ke dalam bagian-bagian (tahap-tahap, aspek-aspek), selalu terkait dalam karya Ricardo dengan prosedur-prosedur sintetik yang berlawanan.

Kita menjumpai berbagai kesatuan analisis dan sintesis, tergantung pada konsepsi-konsepsi ontologikal mengenai totalitas (kesatuan) dan hubungan-hubungan dari bagian-bagian (atau tahap-tahap) dan keseluruhan.

Dalam ilmu pengetahuan abad-abad ke tujuhbelas dan ke delapanbelas kesatuan analisis dan sintesis pada umumnya dibangun atas suatu pengertian mekanikal mengenai keseluruhan dan bagian.1) Kesatuan, jenis-jenis kesatuan analisis dan sintesis dalam sistem Marxian dapat dikarakterisasikan, bahwa mereka menyangkut suatu keseluruhan/ keutuhan yang secara dialektikal berkembang-sendiri secara bersinambungan, yang di dalamnya berbagai jenis totalitas, termasuk totalitas-totalitas mekanikal elementer, merupakan aspek-aspek yang subordinat (bergantung). Kita dapat menyebutkan hasil-hasil tertentu yang dicapai oleh ahli filsafat Sovyet Mamardashvili.2)

Mamardashvili menekankan bahwa tugas pengkarakterisasian kesatuan analisis dan sintesis dalam CAPITAL adalah identik dengan tugas pengkarakterisasian metode dialektikal Marx dalam totalitasnya. Dalam hal itu:

...analisis dan antitesis [adalah] hasil dari lain-lain proses berpikir dan berfungsi dalam pikiran dialektikal hanya dalam hubungan dengan proses-proses itu .... Metode dialektikal dalam totalitasnya membentuk ketentuan-ketentuan untuk menganalisa dan menyintesiskan sistem-sistem kompleks; adalah suatu alat untuk menemukan koneksi-konseksi intern dari suatu keutuhan organik di dalam keseluruhan paduan hubungan- hubungannya 3)

Yang disebut Marx suatu keseluruhan/keutuhan organik bersinambungan secara dialektikal adalah, menurut Mamardashvili, suatu kompleks historikal yang berkembang-sendiri dan sistem yang secara fungsional berbeda-beda dari hubungan-hubungan dan proses-proses yang secara timbal-balik saling mempengaruhi.

Di sini perlu membeda-bedakan, tidak hanya objek-objek yang dikaitkan oleh kordinat-kordinat (bagian-bagian) sederhana, tetapi unsur-unsur, tahap-tahap (kesinambungan, dalam kata-kata Marx) dari struktur itu, yaitu objek-objek yang terkait secara terpisahj dari kordinat-kordinat mereka sehingga suatu rangkaian menyeluruh dari sifat-sifat mereka dihasilkan dari sambungan- sambungan mereka, pengaruh-pengaruh timbal-balik, asal yang satu dari yang lainnya, dsb. Suatu objek yang mengubah objek-objek lain (baik mereka itu berasal-usul darinya, atau merupakan bentuk-bentuk fenomal darinya, dsb.) dan objek-objek yang membentuk struktur dinamik tertentu yang sama dengannya, adalah--untuk mengatakannya secara tegas--bukan bagian-bagian dari struktur itu.4)

Sebagai suatu contoh Mamardashvili mengambil laba perdagangan, yang nyaris tidak dapat disebut suatu bagian dari ekonomika kapitalis, karena ia bukanlah suatu objek yang berdiri sendiri. Dari penjelasannya kita melihat bahwa ia tidaklah linear, suatu masalah pemahaman kordinat-kordinatnya dengan bagian-bagian lain dari keseluruhan itu, melainkan melukiskan asal-usulnya dalam nilai-lebih. Karenanya melalui penggunaan analisis dan sintesis atas suatu keseluruhan organik, konsep-konsep keseluruhan dan bagian dikembangkan. Struktur keseluruhan organik dan unsur- unsurnya mulai berperan, seluruh paduan hubungan-hubungannya, rupa-rupa dan sifat-sifatnya dalam peranan-peranan keseluruhan dan bagian. Hubungan-hubungan antara unsur-unsur dan aspek-aspek dari keseluruhan itu mungkin dari jenis-jenis yang sangat berbeda (bentuk-isi, kontradiksi intern--diferensiasi eksternal dari antitesis-antitesis, hukum--bentuk fenomenal, hubungan genetik, dsb.) Sesuai dengan itu, berbagai prosedur penelitian dialektikal dapat dipakai yang di dalamnya tidak terdapat analisis atau sintesis dalam arti sebenarnya. Tetapi hasilnya merupakan juga penjelasan mengenai hubungan-hubungan di antara unsur-unsur di dalam keseluruhan itu, yaitu, tempat yang diambil oleh unsur- unsur di dalam keseluruhan itu dan penjelasan mengenai keseluruhan itu sebagai suatu keharusan perpaduan unsur-unsur. Prosedur-prosedur ini menjelaskan dan karakterisasi-karakterisasi logikal mereka menentukan, menyimpulkan metode (dalam aspek logikalnya) penjelasan itu.5)

Analisis Mamardashvili menangkap--bahkan jika dalam pembangunan suatu sistem umum yang didasarkan atas materialisme-dialektikal konsep-konsep tertentu harus diteliti dan diringkaskan secara kritikal--kesatuan fondamental analisis dan sintesis pada Marx sebagaimana itu berhadap-hadapan, misalnya, dengan kesatuan analisis dan sintesis pada Smith dan Ricardo. Bab-bab dimuka, yang mempersoalkan berbagai aspek analisis struktural-genetik materialis-dialektikal, juga merupakan sumbangan bagi pemahaman watak analitik-sintetik penyajian teoretikal Marx.

Karena filsafat Jerman klasik, teristimewa Kant, Fichte dan Hegel, melahirkan wawasan-wawasan baru mengenai permasalahan watak analitik-sintetik pengetahuan ilmiah, kita akan mencoba merinci secara lebih teliti pandangan Marxian sebagaimana ia berlawanan dengan konsepsi-konsepsi Jerman klasik.

Pandangan Hegel, yang dinyatakan dalam bentuk dipersingkat dalam dalil bahwa metode dialektikal dalam setiap putaran adalah analitik dan sekaligus sintetik,6) agaknya sangat mendekati pandangan Marx.

Namun, suatu penelitian yang lebih cermat mengungkapkan bahwa perbedaan dan antitesis di antara pandangan-pandangan Hegel dan Marx bertepatan dengan antitesis premis-premis filsafat idealis dan materialis.

Dalam dalil tersebut Hegel mengungkapkan suatu aspek khusus dari metode dialektikal idealis sebagai itu dipakai dalam bentuk mutlaknya dalam Science of Logic. Ini bukan soal pentrapan ketentuan-ketentuan eksternal pada material, yang akan menjadi sesuatu yang lain daripada suatu metode. Isi Science of Logic (yaitu, teori logikal) dalam pandangan Hegel adalah suatu penyajian metodenya karena isi itu adalah gerak-sendiri dari kategori-kategori logikal seperti, bahwa masing-masing adalah transisi yang diharuskan menjadi yang lainnya (kelainannya). Isi yang difahaman secara demikian itu, isi dari suatu teori logikal, bertepatan bagi Hegel dengan metode persepsi filosofikal.

Untuk menafsirkan dalil Hegel bahwa dialektikanya adalah dalam setiap putaran analitik dan sekaligus sintetik, perlu ditrapkan perbedaan Kantian antara metode-metode dan penilaian-penilaian analitik dan sintetik, karena pandangan Hegel berkaitan secara kritikal dengan perbedaan itu.

(a) Menurut pandangan tradisional, yang dirumuskan di zaman purba,7) prosedur analitikal adalah dari yang ditentukan ke pada asaz-azasnya (reductio ad principia)-- prosedur sintetik, lawannya. Ketidak-tentuan dan kekaburan peringkasan itu disebabkan oleh arti tidak menentu dan kabur dari yang tertentu dan azas itu.

Suatu contoh khas adalah perbedaan antara metode-metode analitik dan sintetik dalam matematika yang dibangun menurut azas-azas aksiomatik Euclidean dan Aristotelian (dengan yang tertentu dan aksiom-aksiom bagi setiap kasus): prosedur dari aksiom-aksiom dan definisi-definisi ke pada dalil-dalil kompleks yang diderivasi darinya telah dianggap sintetik, yang sebaliknya dari metode analitik.8)

Kant dalam Prolegomena, menguraikan konsepsi tradisional ini dengan beberapa modifikasi kecil ketika ia merumuskan metode analitik sebagai melangkah dari sesuatu yang ditentukan ke pada kondisi-kondisi ketunggalan yang dengannya menjadi mungkin bagi sesuatu itu untuk menjadi yang ditentukan.9)

(b) Menurut Kant, suatu penilaian analitikal berbeda dan suatu penilaian sintetik, dalam hal bahwa pada kasus pertama, predikat sekedar mengungkapkan yang ada dalam subjek itu, tidak menambahkan sesuatu yang baru padanya; pada kasus yang lainnya, predikat menyatakan lebih daripada yang terkandung dalam subjek itu sendiri. Penilaian sintetik melampaui batas-batas dari apa yang diungkapkan dalam subjek penilaian itu dan mengembangkan pengetahuan kita.10)

Ketika Hegel mengkarakterisasi metode dialektikalnya sebagai sekaligus analitik dan sintetik, ia merujuk pada konsep Kant mengenai analitik dan sintetik dalam arti yang kedua.

Metode dialektikal idealis Hegel adalah analitik (memiliki suatu aspek analitik) karena pemakaiannya mengharuskan tetap dalam sesuatu itu sendiri, tidak mengambil apapun yang eksternal, semata-mata menyatakanm apa yang kekal dalam sesuatu itu.11) Metode dialektikal idealis Hegel sekaligus tidak analitik semata-mata (ia memiliki suatu aspek sintetik), karena ia bukan suatu prosedur yang didasdarkan pada identitas formal; ia adalah suatu ungkapan kenyataan bahwa suatu objek (dengan Hegel itu suatu kategori logikal) menjadi sesuatu yang lain melalui watak kontradiktorinya sendiri, melampaui batas-batas asalinya sendiri.12) Berkenaan dengan gerak ini, yang tidak lain dan tidak bukan merupakan gerak kekal benda itu sendiri, ia adalah lebih daripada dirinya pada awalnya.

Dalam metode dialektikal idealinya Hegel mengacu bahwa kesatuan analisis dan sintesis secara fondamental dibedakan dari penggunaan analisis dan sintesis secara tradisional dalam pengetahuan pokok.13) Metode dialektikal idealis tidak mewujudkan kesatuan analisis dan sintesis dalam pengertian koeksistensi atau dari suatu pencampur-adukan prosedur-prosedur tradisional. Ia memiliki sifat-sifat analitikal dan sintetikal secara serempak; karenanya ia analitik-sintetika dalam suatu cara yang lebih khusus, dan juga secara lebih khusus kesatuan (identitas) analisis dan sintesis itu.14)

Orang tidak dapat begitu saja mengatakan tentang metode dialektikal Marx sebagaimana yang digunakan dalam CAPITAL, bahwa ia dalam setiap gerak secara serempak analitik dan sintetik. Kesatuan anlisis dan sintesis dan watak analitik-sintetik dari teori Marxian mengenai kapitalisme adalah dari suatu jenis khusus, dan dapatlah ia dikarakterisasi--karena berbagai aspek analisis struktural-genetik materialis-dialektikal Marxian sekaligus suatu pencerahan dari analisis dan sintesis--dalam tertentu:

(a) Sekalipun Marx sadar akan keterbatasan metode-metode empirikal dan analitikal tradisional pra-dialektikal maupun ketidak-mampuan mereka untuk memberikan suatu penjelasan ilmiah mengenai kapitalisme, teristimewa watak transitorinya secara historikal, Marx tidak sependapat dengan depresiasi dan devaluasi Hegel mengenai metode analitik. Bukan hanya karena Marx menjulukkan nilai lebih tinggi pada arti-penting historikalnya,15) melainkan juga karena ia menganggap prosedur-prosedur analisis dan sintesis tradisional (empirikal) yang ditiadakan oleh Hegel dari metode dialektikal idealisnya, adalah suatu aspek yang absah, walaupun bergantung (subordinat) dari metode dialektikal materialis. Di sini kita menjumpai suatu analogi pada yang sudah kita lihat dalam posisi-posisi yang berbeda dari Marx dan Hegel mengenai matematika.

(b) Jika dengan analisis kita mengartikan pembagian dari suatu keseluruhan dan penelitian bagian-bagiannya, dan dengan sintesis pemersatuan bagian-bagian menjadi suatu keseluruhan dan penelitian dari objek sebagai suatu totalitas, maka orang dapatlah berhak berbicara tentang suatu sifat analitik atau sintetik dari berbagai tahap dalam analisis teoretikal Marx mengenai kapitalisme. Demikianlah, misalnya dalam (buku) jilid kedua, penelitian mengenai modal individual diabstraksikan sebagai suatu gerak-bagian dari modal total, dan ia mencakup penelitian (dalam bagian ketiga dari jilid dua) mengenai total modal sosial yang dibentuk dari justru gerakan-gerakan bagian yang diteliti di muka dalam pengertian-pengertian abstrak (dalam bagian kesatu dan kedua dari jilid kedua).16) Individualisasi dan integrasi bersifat khusus di sini, sebagaimana mereka juga khusus pada keutuhn- keutuhan bersinambungan lainnya yang kita jumpai dalam penelitian Marx mengenai kapitalisme. Ini juga muncul dalam hubungan tertentu dalam penelaan dan sintetisasi keseluruhan itu dan karenanya juga dalam suatu kesatuan khusus dari analisis dan sintesis dalam kasus itu atau yang lainnya.17)

(c) Secara keseluruhannya, penyajian teoretikal Marxian mengenai kapitalisme bergerak dari yang sederhana pada yang kompleks (secara intelektual lebih konkret), karenanya dalam pengertian itu ia adalah suatu prosedur sintetik. Prosedur sintetik ini berbeda dari pandangan mengenai sintesis pada Descartes dan Leibniz,18) maupun dari konkretisasi trikotom Hegel.19) Sistem ilmiah Marx dibangun atas suatu gerak sintetik sui generis, diciptakan oleh spiral analisis pada sintesis, dari suatu jenjang (genetik atau struktural) sintesis baru kembali pada analisis, dan vice versa. Spiral-spiral ini mempunyai suatu sifat yang sama dengan analisis rupa-esensi.20)

Analisis Isi

Pengertian Analisis Isi

Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi.

Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik/metode penelitian. Holsti menunjukkan tiga bidang yang banyak mempergunakan analisis isi, yang besarnya hampir 75% dari keseluruhan studi empirik, yaitu penelitian sosioantropologis (27,7 persen), komunikasi umum (25,9%), dan ilmu politik (21,5%).

Sejalan dengan kemajuan teknologi, selain secara manual kini telah tersedia komputer untuk mempermudah proses penelitian analisis isi, yang dapat terdiri atas 2 macam, yaitu perhitungan kata-kata, dan “kamus” yang dapat ditandai yang sering disebut General Inquirer Program.

Analisis isi tidak dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut.

1.

Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi (buku, surat kabar, pita rekaman, naskah/manuscript).
2.

Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut.
3.

Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-bahan/data-data yang dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik.


Desain Analisis Isi

Setidaknya dapat diidentifikasi tiga jenis penelitian komunikasi yang menggunakan analisis isi. Ketiganya dapat dijelaskan dengan teori 5 unsur komunikasi yang dibuat oleh Harold D. Lasswell, yaitu who, says what, to whom, in what channel, with what effect. Ketiga jenis penelitian tersebut dapat memuat satu atau lebih unsur “pertanyaan teoretik” Lasswell tersebut.

Pertama, bersifat deskriptif, yaitu deskripsi isi-isi komunikasi. Dalam praktiknya, hal ini mudah dilakukan dengan cara melakukan perbandingan. Perbandingan tersebut dapat meliputi hal-hal berikut ini.

1.

Perbandingan pesan (message) dokumen yang sama pada waktu yang berbeda. Dalam hal ini analisis dapat membuat kesimpulan mengenai kecenderungan isi komunikasi.
2.

Perbandingan pesan (message) dari sumber yang sama/tunggal dalam situasi-situasi yang berbeda. Dalam hal ini, studi tentang pengaruh situasi terhadap isi komunikasi.
3.

Perbandingan pesan (message) dari sumber yang sama terhadap penerima yang berbeda. Dalam hal ini, studi tentang pengaruh ciri-ciri audience terhadap isi dan gaya komunikasi.
4.

Analisis antar-message, yaitu perbandingan isi komunikasi pada waktu, situasi atau audience yang berbeda. Dalam hal ini, studi tentang hubungan dua variabel dalam satu atau sekumpulan dokumen (sering disebut kontingensi (contingency).
5.

Pengujian hipotesis mengenai perbandingan message dari dua sumber yang berbeda, yaitu perbedaan antarkomunikator.

Kedua, penelitian mengenai penyebab message yang berupa pengaruh dua message yang dihasilkan dua sumber (A dan B) terhadap variabel perilaku sehingga menimbulkan nilai, sikap, motif, dan masalah pada sumber B.

Ketiga, penelitian mengenai efek message A terhadap penerima B. Pertanyaan yang diajukan adalah apakah efek atau akibat dari proses komunikasi yang telah berlangsung terhadap penerima (with what effect)?


Tahapan Proses Penelitian Analisis Isi

Terdapat tiga langkah strategis penelitian analisis isi.

Pertama, penetapan desain atau model penelitian. Di sini ditetapkan berapa media, analisis perbandingan atau korelasi, objeknya banyak atau sedikit dan sebagainya.

Kedua, pencarian data pokok atau data primer, yaitu teks itu sendiri. Sebagai analisis isi maka teks merupakan objek yang pokok bahkan terpokok. Pencarian dapat dilakukan dengan menggunakan lembar formulir pengamatan tertentu yang sengaja dibuat untuk keperluan pencarian data tersebut.

Ketiga, pencarian pengetahuan kontekstual agar penelitian yang dilakukan tidak berada di ruang hampa, tetapi terlihat kait-mengait dengan faktor-faktor lain.

Dasar-dasar Rancangan Penelitian Analisis Isi

Prosedur dasar pembuatan rancangan penelitian dan pelaksanaan studi analisis isi terdiri atas 6 tahapan langkah, yaitu (1) merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesisnya, (2) melakukan sampling terhadap sumber-sumber data yang telah dipilih, (3) pembuatan kategori yang dipergunakan dalam analisis, (4) pendataan suatu sampel dokumen yang telah dipilih dan melakukan pengkodean, (5) pembuatan skala dan item berdasarkan kriteria tertentu untuk pengumpulan data, dan (6) interpretasi/ penafsiran data yang diperoleh.

Urutan langkah tersebut harus tertib, tidak boleh dilompati atau dibalik. Langkah sebelumnya merupakan prasyarat untuk menentukan langkah berikutnya. Permulaan penelitian itu adalah adanya rumusan masalah atau pertanyaan penelitian yang dinyatakan secara jelas, eksplisit, dan mengarah, serta dapat diukur dan untuk dijawab dengan usaha penelitian.

Pada perumusan hipotesis, dugaan sementara yang akan dijawab melalui penelitian, peneliti dapat memilih hipotesis nol, hipotesis penelitian atau hipotesis statistik.

Penarikan sampel dilakukan melalui pertimbangan tertentu, disesuaikan dengan rumusan masalah dan kemampuan peneliti.

Pembuatan alat ukur atau kategori yang akan digunakan untuk analisis didasarkan pada rumusan masalah atau pertanyaan penelitian, dan acuan tertentu. Misalnya, kategori tinggi-sedang-rendah, dengan indikator-indikator yang bersifat terukur.

Kemudian, pengumpulan atau coding data, dilakukan dengan menggunakan lembar pengkodean (coding sheet) yang sudah dipersiapkan. Setelah semua data diproses, kemudian diinterpretasikan maknanya.


Teknik Pembuatan Skala pada Analisis Isi

Telah dijelaskan dua macam teknik penskalaan (scaling) yang bertujuan khusus untuk mengukur intensitas. Pertama, metode Q-Sort, menyediakan suatu cara penskalaan universe pernyataan-pernyataan mengenai variabel tertentu. Skala Q-Sort mempergunakan distribusi skala 9 titik. Pada lajur pertama, (Y) berisi 9 point nilai, yang menunjukkan tingkat terendah (1) sampai tingkat tertinggi (9), dan lajur kedua (X) yang menunjukkan persentase pernyataan dalam tiap kategori. Untuk menentukan item-item masuk pada kategori tertentu pada skala yang telah tersedia, dipakai orang-orang yang dianggap sebagai juri penilai. Dalam hal ini perlu ditetapkan keterandalan (reliabilitas) alat ukur, dan kesahihan (validitas) pengukuran.

Kedua, metode skala perbandingan pasangan (pair comparison scaling), yaitu teknik menentukan skala relatif item-item yang tidak melibatkan distribusi nyata. Penggunaan metode ini adalah untuk mengetahui pernyataan-pernyataan yang paling intens di antara pasangan-pasangan yang mungkin. Keseluruhan metode ini akan menghasilkan suatu skala relatif antaritem.

Reliabilitas dan Validitas

Masalah reliabilitas (keterandalan) dan validitas pengukuran (kesahihan) merupakan 2 hal pokok dalam penelitian yang tidak boleh ditinggalkan. Reliabilitas didefinisikan sebagai keterandalan alat ukur yang dipakai dalam suatu penelitian. Apakah kita benar-benar dapat mengukur dengan tepat sesuai dengan alat atau instrumen yang dimiliki.

Dikenal beberapa jenis reliabilitas, yaitu berikut ini.

1.

Intercoder dan intracoder, yaitu pemberian kode dari luar dan dari dalam.
2.

Pretest, yaitu pengujian atau pengukuran perbedaan nilai antara juri-juri pemberi nilai.
3.

Reliabilitas kategori, yaitu derajat kemampuan pengulangan penempatan data dalam berbagi kategori.

Validitas adalah kesahihan pengukuran atau penilaian dalam penelitian. Dalam analisis isi, validitas dilakukan dengan berbagai cara atau metode sebagai berikut.

1.

Pengukuran produktivitas (productivity), yaitu derajat di mana suatu studi menunjukkan indikator yang tepat yang berhubungan dengan variabel.
2.

Predictive validity, yaitu derajat kemampuan pengukuran dengan peristiwa yang akan datang.
3.

Construct validity, yaitu derajat kesesuaian teori dan konsep yang dipakai dengan alat pengukuran yang dipakai dalam penelitian tersebut.

Analisis Wacana

Analisis wacana adalah analisis isi yang lebih bersifat kualitatif dan dapat menjadi salah satu alternatif untuk melengkapi dan menutupi kelemahan dari analisis isi kuantitatif yang selama ini banyak digunakan oleh para peneliti. Jika pada analisis kuantitatif, pertanyaan lebih ditekankan untuk menjawab “apa” (what) dari pesan atau teks komunikasi, pada analisis wacana lebih difokuskan untuk melihat pada “bagaimana” (how), yaitu bagaimana isi teks berita dan juga bagaimana pesan itu disampaikan.

Beberapa perbedaan mendasar antara analisis wacana dengan analisis isi yang bersifat kuantitatif adalah sebagai berikut.

Analisis wacana lebih bersifat kualitatif daripada yang umum dilakukan dalam analisis isi kuantitatif karena analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks daripada penjumlahan unit kategori, seperti dalam analisis isi.

Analisis isi kuantitatif digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat manifest (nyata), sedangkan analisis wacana justru memfokuskan pada pesan yang bersifat latent (tersembunyi).

Analisis isi kuantitatif hanya dapat mempertimbangkan “apa yang dikatakan” (what), tetapi tidak dapat menyelidiki bagaimana ia dikatakan (how).

Analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi, sedangkan analisis isi kuantitatif memang diarahkan untuk membuat generalisasi.

Model analisis wacana yang diperkenalkan oleh van Dijk sering kali disebut sebagai “kognisi sosial”, yaitu suatu pendekatan yang diadopsi dari bidang psikologi sosial. Menurut van Dijk, ada 3 dimensi yang membentuk suatu wacana sehingga analisis yang dilakukan terhadap suatu wacana harus meliputi ketiga dimensi tersebut, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Analisis Wacana

Analisis wacana adalah analisis isi yang lebih bersifat kualitatif dan dapat menjadi salah satu alternatif untuk melengkapi dan menutupi kelemahan dari analisis isi kuantitatif yang selama ini banyak digunakan oleh para peneliti. Jika pada analisis kuantitatif, pertanyaan lebih ditekankan untuk menjawab “apa” (what) dari pesan atau teks komunikasi, pada analisis wacana lebih difokuskan untuk melihat pada “bagaimana” (how), yaitu bagaimana isi teks berita dan juga bagaimana pesan itu disampaikan.

Beberapa perbedaan mendasar antara analisis wacana dengan analisis isi yang bersifat kuantitatif adalah sebagai berikut.

Analisis wacana lebih bersifat kualitatif daripada yang umum dilakukan dalam analisis isi kuantitatif karena analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks daripada penjumlahan unit kategori, seperti dalam analisis isi.

Analisis isi kuantitatif digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat manifest (nyata), sedangkan analisis wacana justru memfokuskan pada pesan yang bersifat latent (tersembunyi).

Analisis isi kuantitatif hanya dapat mempertimbangkan “apa yang dikatakan” (what), tetapi tidak dapat menyelidiki bagaimana ia dikatakan (how).

Analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi, sedangkan analisis isi kuantitatif memang diarahkan untuk membuat generalisasi.

Model analisis wacana yang diperkenalkan oleh van Dijk sering kali disebut sebagai “kognisi sosial”, yaitu suatu pendekatan yang diadopsi dari bidang psikologi sosial. Menurut van Dijk, ada 3 dimensi yang membentuk suatu wacana sehingga analisis yang dilakukan terhadap suatu wacana harus meliputi ketiga dimensi tersebut, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Analisis Wacana

Analisis wacana adalah analisis isi yang lebih bersifat kualitatif dan dapat menjadi salah satu alternatif untuk melengkapi dan menutupi kelemahan dari analisis isi kuantitatif yang selama ini banyak digunakan oleh para peneliti. Jika pada analisis kuantitatif, pertanyaan lebih ditekankan untuk menjawab “apa” (what) dari pesan atau teks komunikasi, pada analisis wacana lebih difokuskan untuk melihat pada “bagaimana” (how), yaitu bagaimana isi teks berita dan juga bagaimana pesan itu disampaikan.

Beberapa perbedaan mendasar antara analisis wacana dengan analisis isi yang bersifat kuantitatif adalah sebagai berikut.

Analisis wacana lebih bersifat kualitatif daripada yang umum dilakukan dalam analisis isi kuantitatif karena analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks daripada penjumlahan unit kategori, seperti dalam analisis isi.

Analisis isi kuantitatif digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat manifest (nyata), sedangkan analisis wacana justru memfokuskan pada pesan yang bersifat latent (tersembunyi).

Analisis isi kuantitatif hanya dapat mempertimbangkan “apa yang dikatakan” (what), tetapi tidak dapat menyelidiki bagaimana ia dikatakan (how).

Analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi, sedangkan analisis isi kuantitatif memang diarahkan untuk membuat generalisasi.

Model analisis wacana yang diperkenalkan oleh van Dijk sering kali disebut sebagai “kognisi sosial”, yaitu suatu pendekatan yang diadopsi dari bidang psikologi sosial. Menurut van Dijk, ada 3 dimensi yang membentuk suatu wacana sehingga analisis yang dilakukan terhadap suatu wacana harus meliputi ketiga dimensi tersebut, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.

Analisis Semiotik

Pengertian semiotika secara terminologis adalah ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Menurut Eco, semiotik sebagai “ilmu tanda” (sign) dan segala yang berhubungan dengannya cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya.

Menurut Eco, ada sembilan belas bidang yang bisa dipertimbangkan sebagai bahan kajian untuk semiotik, yaitu semiotik binatang, semiotik tanda-tanda bauan, komunikasi rabaan, kode-kode cecapan, paralinguistik, semiotik medis, kinesik dan proksemik, kode-kode musik, bahasa yang diformalkan, bahasa tertulis, alfabet tak dikenal, kode rahasia, bahasa alam, komunikasi visual, sistem objek, dan sebagainya

Semiotika di bidang komunikasi pun juga tidak terbatas, misalnya saja bisa mengambil objek penelitian, seperti pemberitaan di media massa, komunikasi periklanan, tanda-tanda nonverbal, film, komik kartun, dan sastra sampai kepada musik.

Analisis framing

Analisis bingkai (frame analysis) berusaha untuk menentukan kunci-kunci tema dalam sebuah teks dan menunjukkan bahwa latar belakang budaya membentuk pemahaman kita terhadap sebuah peristiwa. Dalam mempelajarai media, analisis bingkai menunjukan bagaimana aspek-aspek struktur dan bahasa berita mempengaruhi aspek-aspek yang lain. (Anonimous, 2004:–). Analisis bingkai merupakan dasar struktur kognitif yang memandu persepsi dan representasi realitas. (King, 2004:–). Menurut Panuju (2003:1), frame analysis adalah analisis untuk membongkar ideologi di balaik penulisan informasi.

Disiplin ilmu ini bekerja dengan didasarkan pada fakta bahwa konsep ini bisa ditemui di berbagai literatur lintas ilmu sosial dan ilmu perilaku. Secara sederhana, analisis bingkai mencoba untuk membangun sebuah komunikasi—bahasa, visual, dan pelaku—dan menyampaikannya kepada pihak lain atau menginterpretasikan dan mengklasifikasikan informasi baru. Melalui analisa bingkai, kita mengetahui bagaimanakah pesan diartikan sehingga dapat diinterpretasikan secara efisien dalam hubungannya dengan ide penulis.

Beberapa model analisa bingkai telah dikembagkan:

1. Model Zhongdang Pan dan Gerald M. kosicki

Model ini membagi struktur analisis menjadi empat bagian:

a. Sintaksis adalah cara wartwan menyususn berita.

Struktur sintaksi memiliki perangkat:

1. Headline merupakan berita yang dijadikan topik utama oleh media

2. Lead (teras berita) merupakan paragraf pembuka dari sebuah berita yang biasanya mengandung kepentingan lebih tinggi. Struktur ini sangat tergantung pada ideologi penulis terhadap peristiwa.

3. Latar informasi

4. Kutipan

5. Sumber

6. Pernyataan

7. Pentup



b. Skrip adalah cara wartawan mengisahkan fakta.

Struktur skrip memfokuskan perangkat framing pada kelengkapan berita:

1. What (apa)

2. When (kapan)

3. Who (siapa)

4. Where (di mana)

5. Why (mengapa)

6. How (bagaimana)



c. Tematik adalah cara wartawan menulis fakta.

Struktur tematik mempunyai perangkat framing:

1. Detail

2. Maksud dan hubungan kalimat

3. Nominalisasi antar kalimat

4. Koherensi

5. Bentuk kalimat

6. Kata ganti

Unit yang diamati adalah paragraf atau proposisi



d. Retoris adalah cara wartawan menekankan fakta.

Struktur retoris mempunyai perangkat framing:

1. Leksikon/pilihan kata

Perangkat ini merupakan penekanan terhadap sesuatu yang penting.

2. Grafis

3. Metafor

4. Pengandaian

Unit yang diamati adalah kata, idiom, gambar/foto, dan grafis



2. Model William A. Gamson dan Andre Modigliani

Model ini membagi struktur analisis menjadi tiga bagian:

a. Media package merupakan asumsi bahwa berita memiliki konstruksi makna tertentu.

b. Core frame merupakan gagasan sentral.

c. Condnsing symbol merupakan hasil pencermatan terhadap perangkat simbolik (framing device/perangkat framing dan reasoning device/perangkat penalaran).



Perangkat framing terbagi m enjadi lima bagian:

a. Methaphors adalah perumpamaan dan pengandaian

b. Catcphrase adalah perangkat berupa jargon-jargon atau slogan.

c. Exemplaar adalah uraian untuk membenarkan perspektif.

d. Depiction adalah leksikon untuk melebeli sesuatu.

e. Visual image adalah perangkat dalam bentuk gambar, grafis dan sebagainya.



Perangkat penalaran terbagi menjadi tiga bagian:

a. Root merupakan analisis kausal atau sebab akibat.

b. Appeals to principle merupakan premis dasar, klaim-klaim moral.

c. Consequence merupakan efek atau konsekuensi.


Media Frames dan Individual Frames

Media frames (framing media) telah didefinisikan oleh Tuchman dalam Scheufele (1999:106) bahwa framing berita mengorganisasikan realitas berita setiap hari. Framing media juga mencirikan sebagai kerja jurnalis untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan informasi secara cepat dan menyampaikan secara capat kepada para pembaca. Kegiatan framing merupakan kegiatan penyeleksian beberapa aspek dari realita dan membuatnya lebih penting dalam sebuah teks. Selain itu lebih berperan dalam penyelesaian dan pemehaman definisi dari permasalahan, interpretasi sebab akibat (kausal), evaluasi moral, dan rekomendasi metode-metode selanjutnya. Kegiatan framing, penyajian peristiwa dan berita mampu memberikan pengaruh yang sistematis tentang metode agar penerima berita mengerti.

Individual frames (framing individu) didefinisikan sebagai kegiatan penyimpanan ide yang membimbing proses informasi secara individu. (Entman dalam Scheufele, 1999:107). Framing jenis ini maupun sebelumnya dapat digunakan sebagai kegiatan interpretasi dan proses informasi.


Analisa Framing sebagai Variabel Bebas dan Terikat

Studi tentang analisa framing sebagai variabel terikat telah mencoba peran dan beberapa faktor dalam mempengaruhi kreasi dan modifikasi framing. Pada tingkat media, seorang wartwan melakukan analiasa framing dari sebuah isu yang dapat dipengaruhi beberapa variabel organisasi atau sosio-kultur, serta sifat individu dan variabel ideologis. Pada tingkat audien (penerima berita), framing sebagai variabel terikat lebih banyak diterapkan sebagai hasil langsung dari media massa membingkai saebuah isu.



Studi tentang analisa framing sebagai variabel tak terikat lebih banyak ditarik ke dalam efek framing. Dalam kasus media frames, hasil logisnya adalah sebuah penghubung terhadap framing audien. Dalam kasus individual frames, apakah analisa framing yang dilakukan seseorang akan mempengaruhi evaluasi isu atau aktor politik? Apakah analisa framing itu juga memiliki dampak terhadap kemauan mereka untuk berperan aktif dalam aksi dan partisipasi politik?

Tipologi Framing

Tipologi ini dapat diarahkan ke dalam tiga orientasi. Pertama, orientasi terhadap konsep framing itu sendiri dan hubungan antara framing dan variabel lainnya. Kedua, tipologi harus menyediakan informasi tentang jawaban-jawaban dari pertanyaan dalam penelitian framing.

1. Apabila dipakai orientasi media frames sebagai variabel terikat, kita seharusnya menanyakan:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jalan seorang wartawan atau kelompok sosial lainnya menulis/menganalisis sebuah isu?
2. Bagaimana proses ini bekerja dan sebagai hasilnya, kemasan seperti apakah (bingkai) yang digunakan oleh wartawan?

2. Apabila digunakan orientasi media frames sebagai variabel bebas, kita seharusnya menanyakan:

1. Media frames jenis apa yang mempengaruhi persepsi para audien terhadap isu-isu tertentu dan bagaimana proses itu bekerja?

3. Apabila digunakan orientasi individual frames sebagai variabel bebas, kita seharusnya menanyakan:

1. Seberapa jauh audien mampu memainkan peran aktif dalam membangun pemahaman/persepsi dan penolakan terhadap media?

4. Apabila digunakan orientasi individual frames sebagai variabel terikat, kita seharusnya menanyakan:

1. Sejauh mana analisis framing seseorang mempengruhi persepsinya terhadap suatu isu?

Ketiga, tipologi ini masih terus dikaji untuk mendapatkan pemahaman bersama mengenai konsep framing.



Model Proses Framing

Proses analisis ini dibagi menjadi empat bagian.

A. Frame Bulding (Bangunan Bingkai/Frame)

Studi-studi ini mencakup tentang dampak faktor-faktor seperti pengendalian diri terhadap organisasi, nila-nilai profesional dari wartawan, atau harapan terhadap audien terhadap bentuk dan isi berita. Meskipun demikian, studi tersebut belum mampu menjawab bagaimanakah media dibentuk atau tipe pandangan/analisis yang dibentuk dari proses ini. Oleh karena itu, diperlukan sebuah proses yang mampu memberikan pengaruhnya terhadap kreasi atau perubahan analisa dan penulisan yang diterapkan oleh wartawan.

Frame bulding meliputi kunci pertanyaan: faktor struktur dan organisasi seperti apa yang mempengaruhi sistem media, atau karakteristik individu wartawan seperti apa yang mampu mempengaruhi penulisan sebuah berita terhadap peristiwa.

Gans, Shoemaker, dan Reeses menyaranan minimal harus ada tiga sumber-sumber pengaruh yang potensial. Pengaruh pertama adalah pengaruh wartawan. Wartawan akan lebih sering membuat konstruksi analisis untuk membuat perasaan memiliki akan kedatangan informasi. Bentuk analisa wartawan dalam menulis sebuah fenomena sangat dipengaruhi oleh varibel-variabel, seperti ideologi, perilaku, norma-norma profesional, dan akhirnya lebih mencirikan jalan wartawan dalam mengulas berita.

Faktor kedua yang mempengaruhi penulisan berita adalah pemilihan pendekatan yang digunakan wartwan dalam penulisan berita sebagai konsekuensi dari tipe dan orientasi politik, atau yang disebut sebagai “rutinitas organisasi”. Faktor ketiga adalah pengaruh dari sumber-sumber eksternal, misalnya aktor politik dan otoritas.



B. Frame setting (Pengkondisian Framing)

Proses kedua yang perlu diperhatikan dalam framing sebagai teori efek media adalah frame setting. Para ahli berargumen bahwa frame setting didasarkan pada proses identivikasi yang sangat penting. Frame setting ini termasuk salah satu aspek pengkondisian agenda (agenda setting). Agenda setting lebih menitikberatkan pada isu-isu yang menonjol/penting, frame setting, agenda setting tingkat kedua, yang menitikberatkan pada atribut isu-isu penting. Level pertama dari agenda setting adalah tarnsmisi objek yang penting, sedangkan tingkat kedua adalah transmisi atribut yang penting.

Namun, Nelson dalam Scheufele (1999:116) menyatakan bahwa analisa penulisan berita mempengaruhi opini dengan penekanan nilai spesifik, fakta, dan pertimbangan lainnya, kemudian diikuti dengan isu-isu yang lebih besar, nyata, dan relevan dari pada memunculkan analisa baru.



C. Individual-Level Effect of Farming (Tingkat Efek Framing terhadap Individu)

Tingkat pengaruh individual terhadap seseorang akan membentuk beberapa variabel perilaku, kebiasaan, dan variabel kognitif lainnya telah dilakukan dengan manggunakan model kota hitam (black-box model). Dengan kata lain, studi ini terfokus pada input dan output, dan dalam kebanyakan kasus, proses yang menghubungkan variabel-variabel kunci diabaikan.

Kebanyakan penelitian melakukan percobaan pada nilai keluaran framing tingkat individu. Meskipun telah memberikan kontribusi yang penting dalam menjelaskan efek penulisan berita di media dalam hubungannya dengan perilaku, kebiasaan, dan variabel kognitif lainnya, studi ini tidak mampu menjelaskan bagaimana dan mengapa dua variabel dihubungkan satu sama lain.



D. Journalist as Audience (Wartawan sebagai Pendengar)

Pengaruh dari tata mengulas berita pada isi yang sama dalam media lain adalah fungsi beragam faktor. Wartawan akan lebih cenderung untuk melakukan pemilihan konteks. Di sini, diharapkan wartawan dapat berperan sebagai orang yang mendengarkan analisa pembaca sehingga ada timbal balik ide. Akibatnya, analisa wartawan tidak serta merta dianggap paling benar dan tidak terdapat kelemahan.



Questioning Answers or Answering Questioning (Menjawab Pertanyaan atau Mempertanyakan Jawaban)?

Perkembangan efek media, konsep pengulasan sebuah peristiwa masih jauh dari apa yang sedang diintegrasikan dalam sebuah model teoritis. Hasilnya, sejumlah pendekatan framing dikembangkan tahun-tahun terakhir, namun hasil perbandingan empiris masih jauh dari apa yang diaharapkan. Oleh karena itu, penelitian masa depan harus mampu menggabungkan penemuan-penemuan masa lalu ke dalam sebuah model dan mampu mengisi kekurangan yang ada sehingga diperoleh model framing yang sempurna.

Framing sebagai teori efek media membutuhkan konsep proses model dari pada terfokus pada input dan output. Oleh karena itu, penilitian masa depan harus mengakomodasi empat kunci di atas. Model proses diharapakan menjadi acuan kerja masa depan yang secara sistematis mampu memberikan pemecahan terhadap isu-isu framing dan melakukan pendekatan detail dalam teori yang koheren.

Arus Balik Komunikasi Politik

POLITIK itu politik. Politik bukan teori, tetapi praktik. Karena itu seluhur apa pun teori politik, di lapangan pelaksanaannya sering menjadi lain. Praktik politik acapkali berbeda jauh, bahkan bertentangan, dengan teori politik. Di lapangan, politik mengajarkan dan membentuk sikap serta perilaku berorientasi kekuasaan. Ini bisa dimengerti, karena pragmatisme politik, umunnya berada dalam bingkai kekuasaan. Baik untuk mempertahankan kekuasaan, atau guna merebut kekuasaan.
Demikian pula dengan komunikasi politik. Berbagai temuan, sebagaimana diuraikan Dan Nimmo, George N Gordon, James Carey, Marshall McLuhan, Jalaluddin Rakhmat, dan pakar komunikasi politik lain dalam berbagai karya ilmiah mereka, terlalu lancang atau tergesa-gesa untuk meyakini bahwa komunikasi politik adalah bentuk praktis dari komunikasi strategis, persuasif dan efektif, guna memengaruhi pemilih (konstituen), terutama dalam konteks pemilu.

Strategis, persuasif, dan efektif atau tidak komunikasi politik, bergantung bukan hanya pada ”siapa, mengatakan apa, kepada siapa dan lewat media mana”, tetapi juga sangat ditentukan oleh sejauhmana saluran komunikasi politik itu dapat memosisikan diri sebagai media interpersonal, di samping berposisi selaku media publik.

Komunikasi politik pernah diungkapkan oleh Johnstone dan kawan-kawan dalam The Newspeople. Johnstone mengatakan, strategi komunikasi yang digunakan untuk mencegah informasi atau mencegah dirinya (sumber informasi) diketahui oleh orang lain, adalah kekhasan komunikasi politik interpersonal, yang terbiasa dimanfaatkan komunikasi politik.

Komunikasi interpersonal sebagai bagian realistis komunikasi politik, membuka peluang ketidaksamaan antara sumber dan destinasi, selain (sebaliknya) empati antara penyampai dan penerima pesan. Ciri-ciri itu sangat memengaruhi komunikasi interpersonal, selain juga dipengaruhi oleh situasi di sekitar wacana, serta kebutuhan psikologis dan kedekatan batin di antara mereka,

Ini berarti, di tingkat kepercayaan publik (sasaran), komunikasi politik kognitif (bermuatan informasi yang berada dalam ranah pengetahuan semata), tidak akan mampu menciptakan kepercayaan masyarakat terhadap kandidat (misalnya: calon presiden/calon wakil presiden tertentu). Komunikasi kognitif hanya berkemampuan membentuk kesadaran publik, terutama tentang kondisi yang diciptakan sejumlah kandidat.
Hak Demokrasi
Dalam jangka pendek, memang, orang belajar tentang politik lewat komunikasi politik. Melalui komunikasi politik pula, orang mencoba mengenali kandidat yang akan maju dalam perebutan kekuasaan (di Indonesia mutakhir melalui Pemilu Legeslatif dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009). Tetapi, semua itu sebatas pengenalan pribadi dan program yang ditawarkan kandidat.

Dalam jangka yang lebih panjang, kandidat yang berhasil merebut simpati sasaran (konstituen) akan berpeluang ”menguasai” komunikasi politik. Kandidat yang kurang mampu merebut simpati dan dukungan publik, menghadapi lebih banyak kendala penguasaan magnitude (keluasan) komunikasi politik, dibanding rivalnya yang sangat dikenal, apalagi dekat di hati publik.

Itulah salah satu risiko komunikasi politik. Risiko komunikasi politik dimaksud, mengakibatkan terbuka luasnya perbedaan pandangan antara pemerintah (selain anggota TNI dan Polri yang tidak memiliki hak memilih) dan masyarakat, antara negarawan dan politisi, maupun antara sesama elite, dan antar sesama massa pendukung parpol, ketika mereka menjatuhkan pilihan terhadap calon presiden dan wakil presiden.

Arus balik komunikasi politik menjelang Pilpres 2009, mengakses politik tidak bersama (tidak bersamaan pandangan, atau ketidakbersamaan kepentingan) antara sejumlah partai politik pendukung kandidat yang akan maju sebagai calon presiden dan calon wakil presiden.

Itu berarti, koalisi antarparpol yang akan mendukung Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati, dan Jusuf Kalla, atau lainnya merupakan perwujudan hak demokrasi warga negara yang diimplementasikan lewat mekanisme partai politik. Karena alasan itu, maka jalinan dan jaringan komunikasi politik Pilpres 2009, idealnya dilandasi oleh 5 (lima) prinsip utama komunikasi politik.

Pertama, fairness dalam arti kejujuran, keadilan, kesetaraan kedudukan, dan tanpa diskriminasi. Kedua, transparancy (keterbukaan) semua kandidat dalam menyampaikan visi dan misi, serta dalam menjanjikan program kerjanya, bila kelak terpilih sebagai Presiden/Wakil Presiden RI 2009-2014. Ketiga, accountablity dalam bentuk pertanggungjawaban kepada publik atas setiap bentuk pelayanan kepada masyarakat.

Keempat, independensi dalam arti setiap kemasan simbol komunikasi politik sang kandidat seharusnya terbebas dari segala ketergantungannya kepentingan pihak mana pun, seperti kepentingan kekuasaan, politik, ekonomi, dan lain-lain, yang pada hari kemudian dapat mengakibatkan politik balas budi sang presiden dan wakil Presiden terpilih.

Kelima, impartiality, dalam arti kandidat benar-benar memberi jaminan ketidakberpihakan mereka kepada kepada apa, siapa dan pihak mana pun kecuali, atau selain, keberpihakan kepada nilai-nilai kebenaran, keadilan dan kepentingan nasional, melebihi kepentingan kelompok pendukung.
Demokrasi Komunikasi
Praksis komunikasi politik jelang Pilpres 2009 dapat dijamin bersifat demokratis, jika proses komunikasi politik itu sendiri tidak diawali dengan kultur buruk sangka antara sejumlah kandidat yang akan maju selaku capres. Kalau kebiasaan berburuk sangka itu tidak dapat dihilangkan, jangan heran manakala arus balik komunikasi politik tersebut akan berupa rangsangan sikap serta perilaku keras/memaksa di antara pendukung para kandidat itu sendiri.
Padahal, seharusnya, arus komunikasi politik adalah keterwujudan kebersamaan, bukan hanya antara pasangan capres/cawapres yang akan maju, tetapi juga di antara seluruh kelompok pendukung mereka.

Konsisten dengannya, maka komunikasi politik yang semestinya digalang oleh tim sukses semua pasangan capres/cawapres dalam Pilpres 2009, harus benar-benar dilandasi serta diarahkan kepada persamaan atau kebersamaan, di samping perbedaan atau ketidakbersamaan, lewat proses atau mekanisme komunikasi politik yang demokratis. Keduanya dimungkinkan, jika proses dan mekanisme komunikasi politik yang mereka rancang, betul-betul diposisikan dalam disain berbasis hak asasi manusia, sekaligus berlandaskan hak politik warga negara.

Karena itu, negara wajib memberikan jaminan terealisirnya komunikasi politik yang demokratis. Di samping perlunya negara memprediksi kemungkinan arus balik komunikasi politik, yang dapat merusak tatanan persatuan dan kesatuan, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Di sinilah arti penting rambu/pembatasan bagi keberlangsungan komunikasi politik, dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI 2009-2014, yang tinggal dua bulang mendatang. Konsekuensinya adalah, komunikasi politik perlu selalu dikaitkan dengan kepentingan penegakan hak asasi manusia, terjaminnya rahasia negara, dan tidak rusaknya berbabagai bentuk kesepakatan antara negara dan warga negara yang telah terjalin jauh hari sebelumnya, terutama mempertahankan Pancasila dan NKRI.

Dari itu, sederas apa pun tuntutan demokrasi komunikasi politik jelang Pilpres 2009, arus baliknya perlu tetap dicegah dari perubahan supremasi hukum ke supremasi kekuasaan, di seluruh pelosok Nusantara. Karenanya, komunikasi politik menjelang Pilpres 2009 bukan sekadar tidak bebas nilai, dan ketat rambu, tetapi juga mengenal fatsun akibat kesadaran dan ketaatan semua pihak yang telibat dalam proses komunikasi politik itu sendiri.

Komunikasi politik sampai dan sesudah 9 Juli mendatang, tidak boleh menghalalkan cara. Termasuk di dalamnya larangan menghujat pihak lain, mempropagandakan kepentingan diri sendiri dan kelompok sendiri, serta secara terang-terangan dan kasar (vulgar) menjatuhkan pihak lain, tanpa mengindahkan norma luhur komunikasi politik itu sendiri.

Komunikasi Terapeutik

Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003 48).

Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003 : 48).

Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan masalahnya (Arwani, 2003 50).

Manfaat Komunikasi Terapeutik

Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat (Indrawati, 2003 : 50).

Tujuan Komunikasi Terapeutik (Indrawati, 2003 48).

Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.

Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien, Bila perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa.

Jenis Komunikasi Terapeutik

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993) dalam Purba (2003), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik.

Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) dalam Purba (2003) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.

1. Komunikasi Verbal

Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.

Komunikasi Verbal yang efektif harus:

1) Jelas dan ringkas

Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil keniungkinan teijadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.

2) Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)

Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru paru anda” akan lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru anda”.

3) Arti denotatif dan konotatif

Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan keperawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.

4) Selaan dan kesempatan berbicara

Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan dengan memikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.

5) Waktu dan Relevansi

Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.

6) Humor

Dugan (1989) dalam Purba (2003) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) dalam Purba (2006) melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

2. Komunikasi Tertulis

Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat, pembuatan memo, laporan, iklan di surat kabar dan lain- lain.

Prinsip-prinsip komunikasi tertulis terdiri dari :

1) Lengkap

2) Ringkas

3) Pertimbangan

4) Konkrit

5) Jelas

6) Sopan

7) Benar

Fungsi komunikasi tertulis adalah:

1) Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.

2) Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telah diarsipkan.

3) Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali untuk mengetahui perkembangan masa lampau.

4) Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.

5) Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat pengangkatan.

Keuntungan Komunikasi tertulis adalah:

1) Adanya dokumen tertulis

2) Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman

3) Dapat meyampaikan ide yang rumit

4) Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan

5) menyebarkan informasi kepada khalayak ramai

6) Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan.

7) Membentuk dasar kontrak atau perjanjian

8) Untuk penelitian dan bukti di pengadilan

Kerugian Komunikasi tertulis adalah:

1) Memakan waktu lama untuk membuatnya

2) Memakan biaya yang mahal

3) Komunikasi tertulis cenderung lebih formal

4) Dapat menimbulkan masalah karena salah penafsiran

5) Susah untuk mendapatkan umpan balik segera

6) Bentuk dan isi surat tidak dapat di ubah bila telah dikirimkan

7) Bila penulisan kurang baik maka akan membingungkan Si pembaca.

3. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.

Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut:

1) Kinesik

Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa isyarat tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam pengalihan informasi mengenai kesehatan, para penyuluh tidak saja menggunakan kata-kata secara verbal tetapi juga memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat untuk mengatakan suatu penyakit yang berbahaya, obat yang mujarab, cara memakai kondom, cara mengaduk obat, dan lain-lain.

2) Proksemik

Proksemik yaitn bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh “ruang” dan “jarak” antara individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau antara individu dengan objek.

3) Haptik

Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara dua orang waktu berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada ahli kumunikasi non verbal yang mengatakan haptik itu sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus dan mencubit. Haptik mengkomunikasikan relasi anda dengan seseorang.

4) Paralinguistik

Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia bermanfaat kalau kita hendak menginterprestasikan simbol verbal. Sebagai contoh, orang-orang Muang Thai merupakan orang yang rendah hati, mirip dengan orang jawa yang tidak mengungkapkan kemarahan dengan suara yang keras. Mengeritik orang lain biasanya tidak diungkapkan secara langsung tetapi dengan anekdot. Ini berbeda dengan orang Batak dan Timor yang mengungkapkan segala sesuatu dengan suara keras.


5) Artifak

Kita memehami artifak dalam komunikasi komunikasi non verbal dengan pelbagai benda material disekitar kita, lalu bagaimana cara benda-benda itu digunakan untuk menampilkan pesan tatkala dipergunakan. Sepeda motor, mobil, kulkas, pakaian, televisi, komputer mungkin sekedar benda. Namun dalam situasi sosial tertentu benda-benda itu memberikan pesan kepada orang lain. Kita dapat menduga status sosial seseorang dan pakaian atau mobil yang mereka gunakan. Makin mahal mobil yang mereka pakai, maka makin tinggi status sosial orang itu.

6) Logo dan Warna

Kreasi pan perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan merupaka karya komunikasi bisnis, namun model keija m dapat ditirn dalam komunikasi kesehatan. Biasanya logo dirancang untuk dijadikan simbol da suatu karaya organisasi atau produk da suatu organisasi, terutama bagi organisasi swasta. Bentuk logo umumnya berukuran kecil dengan pilihan bentuk, warna dan huruf yang mengandung visi dan misi organisasi.

7) Tampilan Fisik Tubuh

Acapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik tubuh dari lawan bicara anda. Kita sering menilai seseorang mulai dari warna kulitnya, tipe tubuh (atletis, kurus, ceking, bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain). Tipe tubuh itu merupakan cap atau warna yang kita berikan kepada orang itu. Salah satu keutamaan pesan atau informasi kesehatan adalah persuasif, artinya bagaimana kita merancang pesan sedemikian rupa sehingga mampu mempengaruhi orang lain agar mereka dapat mengetahui informasi, menikmati informasi, memutuskan untuk membeli atau menolak produk bisnis yang disebarluaskan oleh sumber informasi. (Liliweri, 2007:108).

Karakteristik Komunikasi Terapeutik

Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai berikut: (Arwani, 2003 : 54).

1. Ikhlas (Genuiness)

Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien barus bisa diterima dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.

2. Empati (Empathy)

Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.

3. Hangat (Warmth)

Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.

Fase – fase dalam komunikasi terapeutik

1. Orientasi (Orientation)

Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang terjadi bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien. Fase ini dicirikan oleh lima kegiatan pokok yaitu testing, building trust, identification of problems and goals, clarification of roles dan contract formation.

2. Kerja (Working)

Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi tentang masalah-masalah yang merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu menyatukan proses komunikasi dengan tindakan perawatan dan membangun suasana yang mendukung untuk proses perubahan.

3. Penyelesaian (Termination)

Paa fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas tujuan telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling menguntungkan dan memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan (Arwani, 2003 61).

Faktor – faktor penghambat komunikasi

Faktor-faktor yang menghambat komunikasi terapeutik adalah (Indrawati, 2003 : 21):

1. Perkembangan.

2. Persepsi.

3. Nilai.

4. Latar belakang sosial budaya.

5. Emosi.

6. Jenis Kelamin.

7. Pengetahuan.

8. Peran dan hubungan.

9. Lingkungan.

10. Jarak.

11. CitraDiri.

12. Kondisi Fisik.

AIDDA is attention, interest, desire, decisission, and action

Efektivitas penyampaikan pesan komunikasi bisnis, ditentukan oleh banyak hal. Satu di antaranya, adalah efektivitas penyampaian pesan dengan cara menarik perhatian komunikan. Untuk kepentingan ini, konsep AIDDA bisa kita terapkan.

Seperti yang disampaikan Wilbur Schram, the condition of success in communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki, dengan memperhatikan :

a) Pesan harus dirancang dan disampaikan sehingga menarik.

b) Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman antara komunikator dan komunikan, sehingga dimengerti.

c) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan.

d) Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan komunikan.

Jadi., langkah pertama yang harus dilakukan, adalah bagaimana caranya kita bisa harus bisa menarik perhatian komunikan. Buat supaya komunikan tertarik untuk lebih ingin tahu mengenai isi pesannya. Penyajian pesan bisnis agar menarik, jelas pada awalnya, tergantung pada packaging pesan sesuai media yang digunakan.

Saat kita menggunakan media cetak misalnya, usahan pesan bisnis yang kita sampaikan sajiannya menarik. Baik dari segi content, maupun tampilan secara keseluruhan. Bisa diakali dengan pemilihan font ( jenis huruf ), warna ataupun design grafis secara keseluruhan.

Atau manakala kita menyampaikan pesan bisnis melalui televisi misalnya. Melalui team creative, harus bisa terkemas informasi yang sangat menarik. Karena ada kecenderungan, komunikan saat ini, tidak hanya butuh informasi, tetapi sesuatu yang bisa sekaligus menghibur mereka.

Saat kita harus melakukan komunikasi langsung misalnya., usahakan daya tarik bisa dimaksimalkan secara personal. Tentunya dalam hal ini,. komunikator harus benar-benar bisa "bicara" . Tidak hanya benar menyampaikan informasinya, tetapi juga menarik saat menyampaikannya.

Komunikasi Verbal

Dalam dunia bisnis, ada dua bentuk komunikasi yang lazim digunakan, yakni komunikasi verbal dan komunikais non verbal.
Komunikasi verbal ( verbal communication ) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral). Sepasang kekasih ber sms- an tiap hari, seorang presenter membawakan acara musik di stasion televisi, seorang wartawan menulis berita atau opininya di surat kabar, atau seorang ayah menelpon anaknya, itu merupakan sebagian kecil contoh komunikasi verbal.

Dalam dunia bisnis, komunikasi verbal menempati porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal ketimbang non verbal. Dengan harapan, komunikan (baik pendengar maun pembaca ) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan.

Prakteknya, komunikais verbal bisa dilakukan dengan cara :

1. Berbicara dan menulis. Umumnya untuk menyampaikan bussines message,orang cenderung lebih menyukai speaking (berbicara) ketimbang (writing ). Selain karena alas an praktis, speaking dianggap lebih mudah “menyentuh” sasaran karena langsung didengar komunikan. Namun bukan berarti pesan tertulis tidak penting. Untuk menyampaikan pesan bisnis yang panjang dan memerlukan pemahaman dan pengkajian matang, diperlukan pula penyampaian writing. Semisal penyampaian bussines report. Sangat tidak mungkin jika hanya disampaikan dengan berbicara.
2. Mendengarkan dan membaca. Kenyataan menunjukkan, pelaku bisnis lebih sering mendapatkan informasi ketimbang menyampaikan informasi. Dan aktivitas penerimaan informasi.pesan bisnis ini dilakukan lewat proses (listening) mendengarkan dan membaca (reading). Sayangnya, kenyataan juga menunjukkan, masih banyak di antara kalangan bisnis yang tidak memiliki kemampuan dan kemauan memadai untuk melakukan proses reading dan listening ini. Sehingga pesan penting sering hanya berlalu begitu saja, dan hanya sebagian kecil yang tercerna dengan baik.

KOMUNIKASI NON VERBAL

Meski jarang disadari diyakini manfaatnya, Komunikais non verbal ( non verbal communicarion) menempati porsi penting. Banyak komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan komunikasi non verbal dengan baik dalam waktu bersamaan.

Melalui komunikasi non verbal, orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenainsuatu kesimpulan tentang berbagai macam persaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan berbagai macam perasaan lainnya. Kaitannya dengan dunia bisnis, komunikasi non verbal bisa membantu komunikator untuk lebih memperkuat pesan yang disampaikan sekaligus memahami reaksi komunikan saat menerima pesan.

Bentuk komunikasi non verbal sendiri di antaranya adalah, bahasa isyarat, ekspresi wajah, sandi, symbol-simbol, pakaian sergam, warna dan intonasi suara.

Tujuan komunikais non verbal ;

1. Menyediakan/memberikan informasi
2. Mengatur alur suatu percakapan
3. Mengekspresikan suatu emosi
4. Memberi sifat, melengkapi, menentang atau mengembangkankan pesan-pesan verbal.
5. Mengendalikan atau mempersuasi orang lain
6. Mempermudah tugas-tugas khusus, misalnya dalam mengajar seseorang untuk melakukan serve badmintos, belajr golf dan sejenisnya.

Lebih jauh, relevansi komunikasi non verbal dalam dunia bisnis, komunikasi non verbal yang disampaikan dengan baik akan mampu membantu seseorang meningkatkan kredibilitas dan potensi leadeship, selain tentunya akan mempermudah proses penyampaian pesan inti kepada komunikan.

Efektifitas Komunikasi Bisnis

Efektivitas komunikasi bisnis, seperti halnya jenis komunikasi lainnya ditentukan beberapa hal :

1. Persepsi. Komunikator harus dapat memprediksi apakah message yang disampaikan dapat diterima komunikan.
2. Ketepatan. Komunikan atau audience memiliki kerangka piker. Agar komunikadi yang dilakukan tepat sasaran, komunikator perlu mengeksperikan hal yang ingin disampaikan sesuai dengan kerangka piker komunikan.
3. Kredibilitas. Dalam berkomunikadi komunikator perlu memiliki suatu keyakinan bawah komunikan dapat dipercaya. Sebaliknya dia juga harus bisa mendapatkan kepercayaan dari komunikan.
4. Pengendalian. Dalam komunikasi, komunikan memberika reaksa/umpan balik/feedback terhadap pesan yang disampaikan. Reaksi ini harus bisa diantisipasi sekaligus dikendalikan oleh komunikator sehingga tidak melenceng dari target komunikasi yang diharapkan.
5. Kecocokan. Komunikator yang baik selalu dapat menjaga hubungan persahabatan yang menyenangkan dengan komunikan.

Sementara Ketrampilan meningkatkan efektivitas komunikasi bisa dilakukan dengan berbagai cara menyangkut komunikasi verbal non verbal, lisan maupun tulisan.

1. Reading
2. Listening
3. Speaking dengan membuat dan atau melakukan percakapan menarik.
4. Melakukan wawancara
5. Kontak dengan kelompok-kelompok lain
6. Membiasakan diri berpidato dan atau melakukan presentasi
7. Writing dengan menulis surat, memo dan laporan.

Body language

Memahami Bahasa Tubuh

Bahasa tubuh dapat mengungkapkan perasaan Anda yang sesungguhnya. Oleh karena itu pastikan bahasa tubuh anda sesuai dengan kata-kata yang anda ucapkan.

* Kunci Mengasah Bahasa Tubuh
* Kenali penampilan, perilaku dan kebiasaan anda sendiri.
* Pelajari dan perbaiki sikap dan gerakan standar yang memberi nilai plus saat anda berkomunikasi.
* Bersikaplah tenang dan logis, baik tutur kata maupun sikap.
* Cermati bahasa tubuh yang berkaitan dengan adat kebiasaan setempat.

Sikap Tubuh

Sikap duduk Anda mempengaruhi penilaian orang terhadap Anda.ini juga sangat berpengaruh pada kesehatan anda sendiri.

Memberi Kesan yang Baik Saat Duduk

* Duduklah tegak dan tidak merosot dikursi, dalam posisi miring atau segaris dengan kedua kaki merapat.
* Saat duduk letakkan tas anda disamping kiri kursi atau belakang sandaran kursi.

Yang harus Diperhatikan saat Anda duduk

* Duduk mengangkat atau menumpangkan kaki tidak dilarang. Tapi jangan sampai kaki atau alas sepatunya terlihat.
* Duduklah dengan sikap tegak, rentang paha tidak melebihi lebar pinggul.

Disebelah Mana tamu Anda duduk

* Bila Anda menerima tamu, persilahkan tamu anda duduk disebelah kanan.
* Duduklah sejajar dengan tamu.

Berjalan yang Baik

* Ayunkan langkah kaki dengan sewajarnya, jangan terlalu melebar atau terlalu menyempit.
* Upayakan kedua kaki anda menapak ketanah dengan mantap.

Berdiri Sempurna

* Berdirilah dalam posisi tegak.
* Tarik bahu anda agar tidak menutup tubuh anda.
* Atur posisi kedua kaki yang nyaman untuk menopang tubuh anda
* Arahkan pandangan mata kedepan.

Berpeluk Cium Saat Berjabat Tangan

Peluk Cium saat berjabat tangan adalah pertanda kedekatan yang sudah jadi pemandangan biasa. Tapi, bukan berarti semua orang terbiasa dengan hal ini.

Tips & Trik

* Perhatikan benar – benar Bahasa tubuhnya. Tak perlu ragu melakukannya bila ia terlihat tak canggung dan memiliki keinginan yang sama.
* Dalam situasi formal, yang lebih tua atau seniorlah yang melakukan peluk cium terlebih dahulu.
Jangan terburu-buru menghapus noda lipstik dengan tangan. Ini akan menimbulkan perasaan tak enak dihati orang yang baru mencium anda.
* Bila tidak ingin peluk cium. Anda bisa menahan jabat tangan dengan mengenggamnya dengan hangat.
* Bersalamlah dengan mengatupkan kedua telapak tangan anda sambil sedikit mengangguk atau mengangkat kedua telapak tangan anda agak tinggi.

TANTANGAN KOMPETENSI KOMUNIKASI BISNIS DI MASA DEPAN

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan atau informasi diantara dua orang atau lebih dengan harapan terjadinya pengaruh yang positif atau menimbulkan efek tertentu yang diharapkan. Komunikasi adalah persepsi dan apresiasi.
Ada lima komponen penting untuk diperhatikan dalam proses komunikasi, yaitu :
a. Pengirim pesan (sender atau komunikator)
b. Pesan yang dikirimkan (message)
c. Bagaimana pesan tersebut disampaikan (delivery channel atau media)
d. Penerima pesan (receiver atau komunikan); dan
e. Umpan balik (feedback) atau effect
Untuk dapat mengembangkan kemampuan dalam berkomunikasi secara efektif, baik secara personal maupun professional paling tidak kita harus menguasai empat jenis keterampilan dasar dalam berkomunikasi, yaitu :
a. menulis,
b. membaca,
c. berbicara; dan
d. mendengar.
Disadari ataupun tidak, setiap hari kita melakukan, paling tidak, satu dari keempat hal tersebut diatas dengan lingkungan kita. Seperti juga pernafasan, komunikasi sering dianggap sebagai suatu kejadian otomatis dan terjadi begitu saja, sehingga seringkali kita tidak memiliki kesadaran untuk melakukannya secara efektif.
Aktivitas komunikasi adalah aktivitas rutin serta otomatis dilakukan, sehingga kita tidak pernah mempelajarinya secara khusus, seperti bagaimana menulis ataupun membaca secara cepat dan efektif ataupun berbicara secara efektif serta menjadi pendengar yang baik.
Menurut Stephen Covey, komunikasi merupakan keterampilan yang penting dalam hidup manusia. Unsur yang paling penting dalam berkomunikasi adalah bukan sekedar apa yang kita tulis atau yang kita katakan, tetapi karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan pesan kepada penerima pesan. Penerima pesan tidak hanya sekedar mendengar kalimat yang disampaikan tetapi juga membaca dan menilai sikap kita. Jadi syarat utama dalam komunikasi yang efektif adalah karakter kokoh yang dibangun dari fondasi etika serta integritas pribadi yang kuat.
Tidak peduli seberapa berbakatnya seseorang, betapapun unggulnya sebuah tim atau seberapapun kuatnya kasus hukum, keberhasilan tidak akan diperoleh tanpa penguasaan keterampilan komunikasi yang efektif. Keterampilan melakukan komunikasi yang efektif akan berperan besar dalam mendukung pencapaian tujuan dari seluruh aktivitas. Untuk dapat melakukan komunikasi yang efektif, maka kemampuan untuk mengirimkan pesan atau informasi yang baik, kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik, serta keterampilan menggunakan berbagai media atau alat audio visual merupakan bagian yang sangat penting.
Komunikasi seringkali terganggu atau bahkan dapat menjadi buntu sama sekali. Faktor hambatan yang biasanya terjadi dalam proses komunikasi, dapat dibagi dalam 3 jenis sebagai berikut :
- Hambatan Teknis
Hambatan jenis ini timbul karena lingkungan yang memberikan dampak pencegahan terhadap kelancaran pengiriman dan penerimaan pesan. Dari sisi teknologi, keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi, akan semakin berkurang dengan adanya temuan baru di bidang teknologi komunikasi dan sistim informasi, sehingga saluran komunikasi dalam media komunikasi dapat diandalkan serta lebih efisien.
- Hambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau idea secara efektif. Definisi semantik adalah studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Suatu pesan yang kurang jelas, akan tetap menjadi tidak jelas bagaimanapun baiknya transmisi.
Untuk menghindari mis-komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat dan sesuai dengan karakteristik komunikannya, serta melihat dan mempertimbangkan kemungkinan penafsiran yang berbeda terhadap kata-kata yang digunakannya.
- Hambatan Manusiawi
Hambatan jenis ini muncul dari masalah-masalah pribadi yang dihadapi oleh orang-orang yang terlibat dalam komunikasi, baik komunikator maupun komunikan.

Menurut Cruden dan Sherman, hambatan ini mencakup :
· Hambatan yang berasal dari perbedaan individual manusia, seperti perbedaan persepsi, umur, keadaan emosi, status, keterampilan mendengarkan, pencarian informasi, penyaringan informasi.
· Hambatan yang ditimbulkan oleh iklim psikologis dalam organisasi atau lingkungan sosial dan budaya, seperti suasana dan iklim kerja serta tata nilai yang dianut .

Ditinjau dari aspek bisnis, organisasi adalah sarana manajemen (dilihat dari aspek kegiatannya). Korelasi antara Ilmu Komunikasi dengan Organisasi terletak pada peninjauannya yang berfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi.
Dalam lingkup organisasi, tujuan utama komunikasi adalah memperbaiki organisasi, yang ditafsirkan sebagai upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan manajemen. Komunikasi organisasi terjadi setiap saat. Dan dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarchies antara satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
Komunikasi bisnis adalah proses pertukaran pesan atau informasi untuk mencapai efektivitas dan efisiensi produk kerja di dalam struktur (jenjang / level) dan sistem organisasi yang kondusif. Dalam kegiatan komunikasi bisnis, pesan hendaknya tidak hanya sekedar informatif, yaitu agar pihak lain mengerti dan tahu, tetapi juga haruslah Persuasif, agar pihak lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan atau melakukan suatu perbuatan atau kegiatan.
Dalam proses komunikasi semua pesan atau informasi yang dikirim akan diterima dengan berbagai perbedaan oleh penerima pesan/informasi, baik karena perbedaan latar belakang, persepsi, budaya maupun hal lainnya. Untuk itu, suatu pesan atau informasi yang disampaikan hendaknya memenuhi 7 syarat atau dikenal juga dengan 7 C, yaitu :
1. Completeness (Lengkap)
Suatu pesan atau informasi dapat dikatakan lengkap, bila berisi semua materi yang diperlukan agar penerima pesan dapat memberikan tanggapan yang sesuai dengan harapan pengirim pesan
2. Conciseness (Singkat)
Suatu pesan dikatakan concise bila dapat mengutarakan gagasannya dalam jumlah kata sekecil mungkin (singkat, padat tetapi jelas) tanpa mengurangi makna, namun tetap menonjolkan gagasannya.
3. Consideration (Pertimbangan)
Penyampaian pesan, hendaknya menerapkan empati dengan mempertimbangkan dan mengutamakan penerima pesan.
4. Concreteness (konkrit)
Penyampaian pesan hendaknya disampaikan dengan bahasa yang gambalang, pasti dan jelas.
5. Clarity (Kejelasan)
Pesan hendaknya disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan mudah diinterpretasikan serta memiliki makna yang jelas.
6. Courtessy (Kesopanan)
Pesan disampaikan dengan gaya bahasa dan nada yang sopan, akan memupuk hubungan baik dalam komunikasi bisnis.
7. Correctness (ketelitian)
Pesan hendaknya dibuat dengan teliti, dan menggunakan tata bahasa, tanda baca dan ejaan dengan benar (formal atau resmi).


II. Pentingnya Kemampuan Komunikasi Bisnis
Tantangan seorang manajer di masa depan relatif akan semakin sulit, yang menuntut kemampuan untuk mengkomunikasikan ide gagasan dan tujuan dalam lingkungan organisasinya serta bagaimana menyampaikan produk atau jasa yang dimilikinya kepada pelanggan. Di sisi lain, proses manajemen, adalah suatu aktivitas komunikasi. Terdapat 6 kendala yang mungkin muncul saat manajer mengkomunikasikan bisnis organisasinya, yaitu :
a. Struktur komunikasi yang buruk
Struktur komunikasi adalah faktor esensial, yang menentukan baik-buruknya komunikasi bisnis. Tidak penting apakah audiencenya hanya satu orang atau ribuan orang dan sekalipun di tengah bisingnya lingkungan bisnis dan pemasaran, pesan yang disampaikan haruslah terdengar dan dimengerti. Struktur komunikasi yang baik, mengikuti pola :
- pembukaan
- isi
- penutup
selanjutnya : Umum à Detil à Umum atau Global à Detil à Global
b. Penyampaian yang lemah
Tidak menjadi menjadi masalah, apakah pesan itu penting atau impresif. Namun apabila disampaikannya tanpa “sentuhan yang kuat”, hasilnya tidak akan dapat menyakinkan orang lain sesuai harapan. Disamping itu, meskipun telah dilakukan “sentuhan “ yang sudah tepat ternyata seringkali juga masih memerlukan waktu untuk mendapatkan respons. Dengan demikian, pesan yang kuat, tidak boleh seperti lawakan yang tidak lucu. Pesan yang disampaikan haruslah ‘menyentuh’ secara kuat dan telak, tidak sekedar mengelus-elus atau mengingatkan.
c. Penggunaan media yang salah
Perlu untuk mempertimbangkan siapa, dari kalangan atau status sosial mana dan karakteristik unik lainnya dari sasaran yang kita tuju, sehingga kita dapat memilih media yang tepat. Jika pesan yang disampaikan sangat kompleks, berikanlah ruang agar audience kita dapat mencerna pesan tersebut secara lebih leluasa, sesuai kecepatan mereka, seperti di kamar tidur, kamar mandi, televise, radio, majalah, koran dan lain sebagainya.

d. Pesan yang campur aduk
Pesan yang campur aduk, hanya akan menimbulkan kebingungan atau bahkan cemoohan dari audience. Seperti, larangan untuk memberikan hadiah kepada klien, tetapi pada saat yang sama memberikan pengecualian untuk klien-klien baru atau pelanggan VIP yang berpotensi besar pada bisnis perusahaan. Sementara, kriteria dari klien potensial atau pelanggan VIP tersebut tidak dirinci secara jelas.
e. Salah Audience
Topik yang dipilih hendaknya relevan dan sesuai dengan ekspektasi audience. Sebagai contoh, misalnya dalam event pertemuan antara wakil dari Pemerintah dan Pengusaha, namun dalam presentasi disajikan tentang analisis situasi politik dan pemerintahan, sedangkan para pengusaha, sebenarnya lebih mengharapkan penjelasan bagaimana tindakan atau langkah-langkah konkrit yang diambil pemerintah untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif.
f. Lingkungan yang mengganggu
Lingkungan yang mengganggu jelas merupakan kendala dalam komunikasi, sehingga pesan yang disampaikan tidak dapat diterima / didengar secara optimal. Seperti Suara penyaji yang tidak cukup terdengar oleh Audience, Suara keras dari luar ruangan, (seperti raungan sirine ambulan atau suara lalu lintas yang padat ), Bunyi handphone dari kantong audience, Interupsi, Sesi bicara yang menegangkan, dsb. Oleh karena itu, perlunya pemilihan tempat yang tepat serta upaya agar audience fokus dengan pesan yang disampaikan.

Kendala komunikasi bisnis dapat bermacam-macam, namun dengan kehati-hatian serta kecermatan, sebagian kendala tersebut akan dapat diatasi. Presentasi yang disampaikan akan lebih bermakna dengan kendala yang diminimalisir, sehingga pesan yang disampaikan dapat memberikan efek yang diharapkan.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan sistim informasi, komunikasi berkembang menjadi suatu bisnis tersendiri. Perkembangan sistim informasi dan teknologi mempercepat proses Globalisasi, sehingga proses komunikasi terjadi setiap saat tanpa berhenti dan berlangsung pada saat yang hampir bersamaan di seluruh belahan dunia. Informasi dengan mudah dan cepat menyebar, bahkan nyaris tanpa penghalang apapun .
Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memungkinkan orang untuk berkomunikasi melalui berbagai macam media. Tantangan ke depan, bukan saja sekedar menjual produk & jasa perusahaan, tetapi bagaimana menyampaikan pesan bahwa produk atau jasa yang ditawarkan dapat memberikan manfaat kepada banyak orang dari berbagai ragam budaya, latar belakang, dan sebagainya. Proses penyampaian pesan atau informasi tersebut, dapat dilakukan secara satu arah, seperti melalui media elektronik atau media cetak juga dapat dilakukan secara dua arah (interaktif) melalui jaringan internet.


III. Komunikasi Bisnis dan E – Commerce
Perdagangan sebenarnya merupakan kegiatan yang dilakukan manusia sejak awal peradabannya. Sejalan dengan perkembangan manusia, cara dan sarana yang digunakan untuk berdagang senantiasa berubah. Bentuk perdagangan terbaru yang kian memudahkan penggunaannya kini adalah e-commerce. Secara umum, e-commerce dapat didefinisikan sebagai segala bentuk transaksi perdagangan atau perniagaan barang dan jasa dengan menggunakan media elektronik.. Media elektronik yang popular digunakan saat ini adalah internet. Perkembangan teknologi di masa mendatang, memberikan kemungkinan yang terbuka untuk penggunaan media lain selain internet.
Di dalam e-commerce, para pihak yang melakukan kegiatan perdagangan / perniagaan hanya berhubungan melalui suatu jaringan publik (public network) yang dalam perkembangan terakhir menggunakan media internet. E-commerce adalah kegiatan-kegiatan bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen dan suatu komunitas melalui transaksi elektronik serta perdagangan barang, layanan dan informasi yang dilakukan secara elektronik.
E-commerce digunakan sebagai transaksi bisnis antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya, antara perusahaan dengan pelanggan (pelanggan), atau antara perusahaan dengan institusi yang bergerak dalam pelayanan publik. Sistem E-commerce dapat diklasifikasikan kedalam tiga tipe aplikasi, yaitu :
a. Electronic Markets (EMs), yaitu sebuah sarana yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk melakukan atau menyajikan penawaran dalam sebuah segmen pasar, sehingga pembeli dapat membandingkan berbagai macam harga yang ditawarkan. Dalam pengertian lain, EMs adalah sebuah sistem informasi antar organisasi yang menyediakan fasilitas-fasilitas bagi para penjual dan pembeli untuk bertukar informasi tentang harga dan produk yang ditawarkan. Keuntungan fasilitas EMs bagi pelanggan terlihat lebih nyata dan efisien dalam hal waktu, sedangkan bagi penjual, ia dapat mendistribusikan informasi mengenai produk dan service yang ditawarkan dengan lebih cepat sehingga dapat menarik pelanggan lebih banyak.
b. Elektronic Data Interchange (EDI), adalah sarana untuk mengefisienkan pertukaran data transaksi-transaksi regular yang berulang dalam jumlah besar antara organisasi-organisasi komersial. Secara formal, EDI didefinisikan oleh International Data Exchabge Association (IDEA) sebagai “transfer data terstruktur dengan format standard yang telah disepakati, yang dilakukan dari satu sistem komputer ke sistem komputer lain dengan menggunakan media elektronik”. EDI sangat luas penggunaaanya, biasanya digunakan oleh kelompok retail besar, ketika melakukan transaksi bisnis dengan para supplier mereka. EDI memiliki standarisasi pengkodean transaksi perdagangan, sehingga organisasi komersial tersebut dapat berkomunikasi secara langsung dari satu sistem komputer ke sistem komputer yang lain, tanpa memerlukan hardcopy atau faktur, sehingga terhindar dari penundaan, kesalahan yang tidak disengaja dalam penanganan berkas dan intervensi dari manusia. Keuntungan menggunakan EDI adalah waktu pemesanan yang singkat, mengurangi biaya, mengurangi kesalahan, respon dan pengiriman faktur yang cepat dan akurat serta pembayaran dapat dilakukan secara elektronik.
c. Internet Commerce, adalah penggunaan internet yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk aktivitas perdagangan. Kegiatan komersial ini, seperti iklan dalam penjualan produk dan jasa. Transaksi yang dapat dilakukan di internet, antara lain pemesanan/pembelian barang dimana barang akan dikirimkan melalui pos atau sarana lain setelah uang ditransfer ke rekening penjual. Penggunaan internet sebagai media pemasaran dan saluran penjualan terbukti memberikan keuntungan, antara lain :
· untuk beberapa produk tertentu lebih sesuai ditawarkan melalui internet;
· harga lebih murah mengingat membuat situs di internet lebih murah biayanya dibandingkan dengan membuka outlet retail di berbagai tempat;
· internet merupakan media promosi perusahaan dan produk yang paling tepat dengan harga yang relatif lebih murah; serta
· pembelian melalui internet selalu akan diikuti dengan layanan pengantaran barang sampai di tempat pemesan.
Berbeda dengan transaksi perdagangan biasa, transaksi e-commerce memiliki beberapa karakteristik yang sangat khusus, yaitu :
a. Transaksi tanpa batas : Sebelum era internet, batas-batas geografi seringkali menjadi penghalang suatu perusahaan atau individu yang ingin go-international, sehingga hanya perusahaan atau individu yang bermodal besar saja yang dapat memasarkan produknya ke luar negeri. Dewasa ini, dengan internet pengusaha kecil dan menengah dapat memasarkan produknya secara internasional, cukup dengan membuat situs web atau dengan memasang iklan di situs-situs internet tanpa dibatas waktu (24 jam), dan tentu saja pelanggan dari seluruh dunia dapat mengakses situs tersebut serta melakukan transaksi secara on line.
b. Transaksi anonim: Para penjual dan pembeli dalam transaksi melalui internet tidak harus bertemu muka satu sama lainnya. Penjual tidak memerlukan nama dari pembeli sepanjang pembayarannya telah diotorisasi oleh penyedia layanan sistem pembayaran yang ditentukan, pada umumnya dengan kartu kredit,
c. Produk Digital dan Non Digital : Produk-produk digital seperti software computer, musik dan produk lain yang bersifat digital, dapat dipasarkan melalui internet dengan cara mendownload secara elektronik. Dalam perkembangannya obyek yang ditawarkan melalui internet juga meliputi barang-barang kebutuhan lainnya.
d. Produk barang tak berwujud; Banyak perusahaan yang bergerak di bidang e-commerce menawarkan barang tak berwujud (intangible) seperti data, software dan ide-ide yang dijual melalui internet.
Implementasi e-commerce pada dunia industri, semakin lama semakin luas tidak hanya memberikan kemudahan dalam bisnis, tetapi juga mengubah suasana kompetisi menjadi semakin dinamis dan global. Perkembangan teknologi tidak hanya mendukung kelancaran dan keberlangsungan suatu aktivitas bisnis, namun juga menciptakan industri baru dalam komunikasi bisnis.
Penerapan e-commerce, telah menciptakan suatu komunitas tersendiri yang dinamakan Komunitas Bisnis Elektronik (electronic business community). Komunitas ini memanfaatkan cyberspace sebagai tempat bertemu, berkomunikasi dan berkoordinasi secara intensif dengan memanfaatkan media dan infrastruktur telekomunikasi serta teknologi informasi dalam menjalankan kegiatannya seharai-hari. Seperti halnya pada masyarakat tradisional, pertemuan antara berbagai pihak dengan beragam kepentingan secara natural telah membentuk sebuah pasar tersendiri tempat bertemunya permintaan (demand) dan penawaran (supply). Dengan perkembangan teknologi e-commerce, maka transaksi tadi dapat dengan mudah dilakukan, sekalipun kedua pihak yang bertransaksi berada pada sisi geografis yang berbeda.
Banyak orang mengasumsikan, bahwa e-commerce dan e-bisnis adalah sama. Istilah e-commerce dan e-bisnis terdengar hampir sama, tapi secara teknis sebenarnya keduanya berbeda. E-commerce memiliki pengertian yang lebih sempit dibandingkan e-bisnis, dimana e-commerce adalah sub perangkat atau bagian dari e-bisnis. E-bisnis memiliki makna yang lebih luas dan menunjuk kepada penggunaan teknologi untuk menjalankan bisnis yang memberikan hasil atau dampak besar kepada bisnis secara keseluruhan.
Istilah e-bisnis mengcover semua area bisnis. E-bisnis terjadi ketika perusahaan atau individu berkomunikasi dengan para klien atau nasabah secara e-mail, Pemasaran dilakukan melalui internet, menjual produk atau jasa melalui internet untuk promosi produk dan jasa, dan sebagainya. Sedangkan E-commerce mengacu kepada penggunaan internet untuk belanja on line, seperti belanja produk atau jasa melalui internet. Sampel lainnya adalah ketika individu atau perusahaan membayar sejumlah uang melalui internet.
Di era e-bisnis, Berbagai aktivitas, mulai dari sekedar pembicaraan tekstual sampai dengan transaksi bisnis telah dilakukan melintasi batas demi batas dan zona waktu yang hampir pada saat yang bersamaan. Dalam situasi seperti ini, peluang untuk berbagai kesempatan menjalin relasi bisnis, persahabatan ataupun lainnya terbuka lebar.
Di Indonesia, internet belum terlalu popular digunakan menjadi media interaktif bisnis, bukan hanya karena minimnya penetrasi infrastruktur internet ke lapisan masyarakat, tetapi juga masih banyak pelaku usaha yang belum memahami bagaimana mengkomunikasikan bisnis melalui jaringan teknologi mutakhir ini. Hampir semua calon konsumen di Indonesia masih memiliki keragu-raguaan (skeptis) untuk melakukan transaksi di jaringan toko maya ini, yang antara lain disebabkan oleh :
a. Masalah Kepercayaan; Mayoritas konsumen di Indonesia masih belum mempercayai kebenaran sistem penjualan on line, karena takut tertipu disamping tidak melihat langsung produk yang ditawarkan.
b. Masalah Pembayaran; mayoritas konsumen meragukan keamanan cara pembayaran yang dilakukannya melalui internet.
c. Masalah Info produk; Keraguan ini timbul, karena calon konsumen tidak bisa melihat langsung barang yang dijual, sehingga selain tidak yakin dengan kualitas produk yang ditawarkan juga meragukan kebenarannya.
d. Mayoritas konsumen di Indonesia masih merasa lebih aman serta nyaman dalam bertransaksi yang dilakukan dengan cara interaksi dua arah secara langsung.
Bisnis di dalam era globalisasi akan diselenggarakan dalam dukungan penuh suatu kerja tim yang memiliki kemampuan untuk memadukan :
1. Keuletan bernegosiasi dengan wawasan (vision)
2. Kesabaran dan keuletan hati (tenacity)
3. Fleksibilitas dengan fokus.
Bisnis dalam era globalisasi dilakukan dengan melintasi jarak, keanekaragaman lingkungan dan waktu secara cepat dan mudah. Untuk dapat bersaing dan berhasil dalam lingkungan global yang dinamis, haruslah dibekali dengan kesungguhan, kemampuan dan inovasi serta selalu siap dan waspada dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis yang cepat.
Di era globalisasi ini, dunia bisnis menghadapi lingkungan persaingan yang cenderung semakin turbulen. Peran komunikasi bisnis menjadi semakin sangat penting, yaitu kemampuan membaca, menafsirkan laporan dan informasi dari lingkungan. Disamping kemampuan menyampaikan gagasan, baik lisan maupun tertulis secara sistematik.
Di era globalisasi, keterampilan lintas budaya menjadi tuntutan dan persyaratan, berupa kemampuan berinteraksi dengan berbagai ragam budaya, gaya manajemen / bisnis bangsa lain, maupun kerjasama tim, baik intern maupun dalam suatu aliansi strategis dengan mitra bisnis.

KARYA TULIS ILMIAH TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan alhamndulillah senantiasa kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.
Sejak kemerdekaan bangsa Indonesia sudah dilanda oleh kemiskinan baik itu kemiskinan secara individu maupun kemiskinan absolut serta kemiskinan relatif. Sejak itulah bangsa Indonesia bertekad untuk menghapuskan kemiskinan dari bumi pertiwi bahkan dituangkan dalam konstitusi negara yaitu dalam Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat.
Pemerintah berusaha tahun demi tahun dalam merencanakan penanggulangan kemiskinan misalnya, Impres Desa Tertinggal (IDT), Perkreditan Rakyat, Bantuan Langsung Tunai (BLT), Bantuan Beras, Raskim, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dan lain sebaginya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Betapa banyaknya program-program kemiskinan yang dilakukan selama ini namun hingga hari ini kemiskinan itu masih melilit di bangsa ini. Untuk itu penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang Program Pemerintah dalam menangani masalah kemiskinan yaitu pada Program Nasional Pemberdayaan Kemiskinan.
Didalam karya tulis ini penulis mengangkat tema tema tentang Penanggulangan Kemiskinan ditinjau dari program pemerintah khusunya PNPM Mandiri.


DAFTAR ISI
BAB I
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
RINGKASAN ..............................................................................................
BAB II
A. Pendahuluan .......................................................................................
1. Latar Belakang .............................................................................
2. Rumusan Masalah ........................................................................
3. Gagasan Penulis ...........................................................................
4. Tujuan dan Manfaat .....................................................................
B. Tinjauan Pustaka ................................................................................
2.1 Konsep Kemiskinan di Indonesia ................................................
2.2 Jenis-Jenis Kemiskinan ................................................................
C. Metode Penulisan ...............................................................................
D. Analisis dan Sintesis ...........................................................................
1.1 Penyebab Kemiskinan ..................................................................
1.2 Efektifitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat ...........
E. Kesimpulan dan Rekomendasi ...........................................................
BAB III
Daftar Pustaka .........................................................................................

DAFTAR BAGAN
Bagan 1 ...................................................................................................


RINGKASAN
Kemiskinan adalah rendahnya nilai tatanan kehidupan di suatu daerah, baik di perkotaan maupun di pedesaaan, serta yang menyangkut masalah moral, materil maupun spiritual.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemiskinan di indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain sebagai berikut yaitu:
Tingkat kemiskinan cukup banyak.
Mulai dari tingkat dan laju pertumbuhan output (produktivitas tenaga kerja).
Tingkat inflasi.
Tingkat Infestasi.
Alokasi serta kualitas sumber daya alam.
Tingkat dan jenis pendidikan.
Etos kerja dan motivasi pekerja.
Pemerintah ridak hal tersebut terjadi secara terus menerus sehingga ia melakukan program-program penanggulangan kemiskinan seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat.
PNPM Mandiri yang dilaksanakan selama ini juga masih menuai masalah antara lain:
1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri perlu dibenahi tentang pendataan warga miskin agar dalam pelaksanaan kegiatan tidak menimbulkan kecemburuan sosial bagi masyarakat miskin lainnya.
2. PNPM Mandiri masih menimbulkan masalah yang baru dalam penanggulangan kemiskinan yaitu masih banyaknya penyelewengan dana yang dilakukan oleh penerima bantuan khususnya bagi dana bergulir.
Penulis juga merekomendasikan beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menunjang keberhasilan PNPM Mandiri yaitu sebagai berikut:
1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri ini sangat baik bila di dalam melaksanakan kegiatan yang bersifat ekonomi produktif baik dalam skala kecil maupun skala menengah.
2. PNPM Mandiri sebaiknya dapat menyelenggarakan pelatihan berwirausaha disamping pelatihan lain yang telah dilakukan selama ini agar dalam menerima bantuan dapat efektif dalam kelangsungan hidup mereka dan bersifat usaha jangka panjang.
Di sisi lain dapat menambah ilmu pengetahuan bagi masyarakat miskin yang bisa digunakan dikesempatan lain dalam menjalani hidupnya.
3. PNPM Mandiri sebaiknya bisa melakukan pendataan yang akurat disamping mendapat data dari kelurahan atau RW sehingga dalam pelaksanaan program dapat benar-benar mereka yang mayoritas dalam tataran kemiskinan.

BAB II
A. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kemiskinan merupakan keadaan dimana tidak terpenuhinya kebutuhan, baik berupa harta, pendidikan, pekerjaan, teknologi dan sebagainya. Di tanah air kita sejak awal hingga sekarang persoalan kemiskinan tak kunjung juga selesai walaupun dalam data statistik menunjukkan bahwa angka kemiskinan setiap tahunnya menurun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Nasional menyebutkan bahwa Angka prosentase kemiskinan di Indonesia berturut-turut dari 2001 hingga 2007 adalah 18,40%, 18,20%, 17,42%, 16,66%, 15,97%, 17,75% dan 16,58%.
Jika melihat lebih jauh dari data di atas bahwa angka rata-rata penurunan setiap tahun hanya turun berkisar 1, 1 %. Mengapa ini bisa terjadi? Bukankah sejak pertama bangsa Indonesia telah mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana termuat dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar 1945. Program-program pembangunan yang dilaksanakan selama ini juga selalu memberikan andil yang besar terhadap upaya penanggulangan kemiskinan karena pada dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan gagalnya program-program pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan: pertama, program- program penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin. Seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), Beras Raskim, Bantuan Eksodus dan lain-lain. Hal ini merupakan hanya bantuan yang akan berindikasi pada ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan karena tidak didasarkan pada pemberdayaan masyarakat menuju masa depan yang bisa mandiri tanpa bantuan secara terus menerus hingga menimbulkan utang luar negari.
Pemerintah juga harus dapat menciptakan program-program yang lebih ke arah ekonomi produktif sehingga masyarakat dapat membuat sebuah usaha secara permanen dengan bantuan dari program pemerintah dan ini tidak berdampak pada kerugian.
Kedua, minimnya pemahaman dari pihak yang terkait karena dalam pembuatan program ditentukan secara nasional padahal tanah air kita memiliki banyak pulau, suku dan kebudayaan yang pasti akan berbeda-beda terhadap kelangsungan hidup masyarakatnya. Contoh kasus yang terjadi di Kabupaten Sumba Timur. Pemerintah Kabupaten Sumba Timur merasa kesulitan dalam menyalurkan beras untuk orang miskin karena adanya dua data angka kemiskinan yang sangat berbeda antara Badan Pusat Statistik dan Badan Koodinasi Keluarga Berencan Nasional (BKKBN) pada saat itu.
Di satu pihak angka kemiskinan Sumba Timur yang dihasilkan BPS pada tahun 1999 adalah 27%, sementara angka kemiskinan dihasilkan BKKBN pada tahun yang sama mencapai 84%. Dari kedua angka ini cukup menyulitkan pemerintah dalam menyalurkan bantuan-bantuan karena data yang digunakan untuk target rumah tangga adalah data BKKBN, sementara alokasi bantuan didasarkan pada angka BPS.
Berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi seperti di atas tentang penanggulangan kemiskinan di indoensia maka penulis ingin mengkaji lebih mendalam tentang penanggulangan kemiskinan di Indonesia dari perspektif program pemerintah secara nasional khususnya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengangkat masalah tentang bagaimana kemiskinan di Indonesia yang belum terhapus hingga hari ini padahal sudah banyak program telah dilaksanakan termasuk PNPM Mandiri oleh pemerintah maupun pihak yang terkait?
Berdasarkan data persentase kemiskinan di Indonesia berturut-turut mulai dari tahun 2001 hingga tahun 2007 adalah 18,40%, 18,20%, 17,42%, 16,66%, 15,97%, 17,75% dan 16,58%. Hal ini mencerminkan bahwa tingkat keberhasilan dari program-program yang telah dilaksanakan pemerintah selama ini masih belum efektif secara menyeluruh meskipun itu telah mengurangi persentase angka kemiskinan pertahunnya.
1.3 Gagasan Penulis
Berkaitan dengan itu maka penulis menawarkan gagasan dalam menyusun sebuah program penanggulangan kemiskinan di Indonesia yang selama ini tidak diberdayakan oleh pemerintah maupun pihak yang terkait. Program tersebut antara lain bantuan ekonomi produktif bagi masyarakat miskin yang terlebih dahulu mengikuti pelatihan kewirausahaan yang diselenggarakan oleh dinas yang mempunyai keahlian di bidang ini agar dalam melakukan sebuah usaha di tengah persaingan global dapat bersaing secara kompetitif dengan pengusaha yang lain yang telah lama memulai usaha. Hal ini tentunys tidak terlepas dari minat dan potensi masyarakat Indonesia secara umum dan masyarakat Sulawesi Tenggara pada khususnya, karena walaupun dilaksanakannya program tersebut tetapi ini kembali kepada individu atau mayarakat yang menjalankan program tersebut.

Karena keberhasilan dari sebuah program akan terwujud ketika masyarakat sudah maju dan mandiri serta tidak bergantung sepenuhnya kepada donatur dalam hal ini pemerintah baik ditingkat pusat, daerah, maupun ditingkat kelurahan.
1.4 Tujuan dan Manfaat
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan karya tulis ini adalah menjelaskan bagaimana kemiskinan di Indonesia agar terhapus dengan adanya program-program pemerintah maupun pihak yang terkait. Sedangkan manfaat yang akan dicapai adalah dapat menjadi solusi yang tepat dalam penanggulangan kemiskinan di Indonesia khususnya pada bidang program pemerintah pada masa yang akan datang. Sebagai bangsa Indonesia tidak ada kata terlambat dalam berwirausaha demi mencapi masyarakat yang sejahtera adil dan makmur sesuai dengan amanah konstitusi negara kita.

B. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Kemiskinan di Indonesia
Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan satu sama lain diantaranya tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi geografis, gender dan kondisi lingkungan.
Kemiskinan adalah kondisi dimana sesorang atau kelompok orang baik laki-laki maupun perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya yang bermartabat. Konsep ini beranjak dari pendekatan berbasis hak yang menyatakan bahwa masyarakat miskin mempunyai hak-hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya, dalam hal ini layaknya orang mampu.
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan bahwa kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari aspek ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan atau pengeluaran. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita perbulan di bawah garis kemiskinan.
Sedangkan dari pendapat para pakar ekonomi melihat bahwa kemiskinan yang terjadi di Indonesia saat ini adalah kemiskinan periodik atau kemiskinan musiman artinya kemiskinan dapat terjadi manakala daya beli masyarakat menurun atau rendah. Sedangkan, kemiskinan individu dapat terjadi pada setiap anggota masyarakat, terutama kaum cacat fisik atau mental, anak-anak yatim, dan kelompok kelompok lanjut usia.
Pengertian lain disampaikan oleh Prof. Mubiyarto menyebutkan bahwa konsep kemiskinan adalah rendahnya taraf kehidupan suatu masyarakat baik yang berada di pedesaan maupun yang berada di daerah perkotaan. Dari konsep-konsep di atas dapat disimpulkan bahwa kemiskinan tersebut secara global dapat disebutkan : Kemiskinan adalah rendahnya nilai tatanan kehidupan di suatu daerah, baik di perkotaan maupun di pedesaaan, serta yang menyangkut masalah moral, materil maupun spiritual.
1.2 Jenis-Jenis Kemiskinan
Ada berbagai jenis kemisikinan yang terjadi pada bangsa Indonesia antara lain sebagai berikut: Pertama adalah kemiskinan absolut yaitu kemiskinan yang terjadi pada masyarakat dimana kebutuhan-kebutuhan yang minimum tidak dapat terpenuhi. Kedua adalah kemiskinan relatif yaitu kemiskinan yang terjadi akibat dari distribusi pendapatan rata-rata. Hal ini tergantung pada perspektif individu terhadap pendapatan yang dihasilkan perbulan dengan orang lain. Misalnya ketika anda mengetahui seseorang yang bekerja di sebuah perusahaan yang mempunyai level yang sama terhadap anda dan memiliki gaji di atsa 7 juta perbulan sedangkan anda hanya sekitar 5 juta perbulan maka pada situasi inilah anda telah mengalami kemiskinan relatif.

Kemiskinan relatif ini terjadi pada siapa saja kecuali yang tidak mempunyai penghasilan karena sifatnya yang bergantung pada persperktif pikiran seseorang. Hal ini terjadi karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemiskinan tersebut antara lain sebagai berikut:
a) Kesenjangan sosial yang berlebihan, ini mungkin berhubungan dengan strata sosial.
b) Ketidakadilan Strukural.
c) Efek Pameran Barang-barang konsumtif (demonstration effects).

Kemiskinan ini juga memiliki dampak yang lebih besar daripada kemiskinan absolut. Karena dapat membakitkan emosi dan kemarahan yang lebih cepat dari apa yang belum dipikirkan seseorang yang berakibat pada kerusuhan, kejahatan dan tindakan kekerasan.


Inilah yang terjadi di negeri ini, pemerintah tidak mampu dalam mengatasi kemiskinan Absolut. Secara tidak sadar pemerintah dari tahun ke tahun terus menurus menciptakan kebijakan-kebijakan yang dapat menimbulkan terjadinya kemiskinan relatif. Sebagai contoh adanya pemberian tunjangan bagi pejabat baik itu anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), birokrat dan sebagainya yang nilainya lebih besar bahkan berlipat ganda dengan nilai penghasilan setahun oleh masyarakat miskin di Indonesia.
Maka ada sebuah kelompok yang paling ditakuti oleh pemerintah saat ini yaitu kaum muda miskin yang berpendidikan tinggal di kota. Karena kelompok inilah yang harus dicegah dan dijaga oleh pemerintah agar tidak menimbulkan kemarahan yang instan dan untuk menghindari terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
1.2 Penanggulangan Kemiskinan
Dalam menangani kemiskinan bangsa Indonesia adalah hal yang menarik untuk dipahami secara seksama karena menyangkut kesejahteraan dan kemakmuran bangsa ini sehingga dapat keluar dari belenggu kemiskinan yang selama ini melanda bangsa ini.Untuk itu bangsa ini harus dapat melakukan terobosan-terobosan yang cepat dan tepat dalam menangani masalah kemiskinan khususnya pada aspek ekonomi masyarakat.
Dalam teori ekonomi menjelaskan bahwa untuk memutuskan mata rantai lingkaran kemiskinan dapat dilakukan dengan peningkatan keterampilan sumber daya manusianya, penambahan modal investasi, dan mengembangkan teknologi.
Diharapkan bahwa dengan adanya bantuan-bantuan yang dilakukan oleh pemerintah dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keadaan ekonomi masyarakat sehingga dapat menigkatkan produktifitas hidupnya. Di negara-negara maju seperti Amereka Serikat, penanggulangan kemiskinan ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kerja sama ekonomi antar negara bagian, memperbaiki kondisi permukiman perkotaan dan perdesaan, perluasan kesempatan pendidikan dan kerja untuk para pemuda, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi orang dewasa, dan pemberian bantuan kepada kaum miskin usia lanjut.
Dalam penanganan kemiskinan juga bukan hanya pemerintah yang melaksanakan namun harus didukung oleh seluruh elemen-elemen yang ada baik itu dari pihak masyarakat sendiri maupun dari pihak instansi lain yang berkaitan langsung dengan masalah kerakyatan agar dalam penentasannya dapat menuai hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan awal yang telah ditetapkan bersama.
C. Metode Penulisan
Dalam karya tulis ini metode yang digunakan adalah metode perspektif atau pendekatan, yaitu dengan melihat bagaimana program-program yang dilakukan oleh pemerintah dalam menanggulangi masalah kemiskinan dibangsa ini yang mempunyai titik kajian pada program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri.
Sedangkan dalam pengumpulan data-data yang mendukung dalam karya tulis ini adalah dengan studi pustaka, hasil investigasi dan dokumen-dokumen elektronik yang relevan dengan masalah penangggulangan kemiskinan khususnya di Indonesia.
Untuk pengolahan data tentang angka kemiskinan di Indonesia dan Sulawesi Tenggara pada khususnya yaitu didasarkan pada pengolahan data Badan Pusat Statistik (BPS). Dan dalam pembahasan masalah dalam karya tulis ini menggunakan analisis sintesis untuk dapat menghasilkan kesimpulan yang tepat dan akhirnya direkomendasikan dengan harapan bahwa dapat menjadi solusi kedapan dalam penanggulangan kemiskinan.
D. Analisis dan Sintesis
1.1 Penyebab Kemiskinan di Indonesia
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemiskinan di indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain sebagai berikut yaitu:
Tingkat kemiskinan cukup banyak.
Mulai dari tingkat dan laju pertumbuhan output (produktivitas tenaga kerja).
Tingkat inflasi.
Tinggat Infestasi.
Alokasi serta kualitas sumber daya alam.
Tingkat dan jenis pendidikan.
Etos kerja dan motivasi pekerja.
1.2 Efektifitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Kemiskinan merupakan hal yang tak terelakkan bagi negara berkembang tak terkecuali bagi negara Indonesia. Sejak setelah kemerdekaan bangsa ini tidak terlepas dari belenggu kemiskinan.
Namun pemerintah selama ini tidak hanya tinggal diam terhadap masalah kemiskinan yang melanda masyarakat bangsa ini bahkan mereka telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mengatasi masalah tersebut. Misalnya dengan meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, Bantuan Langsung Tunai, menyediakan fasilitas kredit yang diperuntukkan untuk warga miskin, membangun infrastruktur di tempat permukiman yang kumuh, dan lain-lain.
Pertanyaan kemudian yang muncul adalah apakah seluruh program tersebut dapat terlaksana dengan benar? sejauh mana keefektifan seluruh program-program tersebut? dapatkah mensejahterakan masyarakat miskin?
Untuk menjawab pertanyaan tadi kita mereview kembali terhadap program-program pemerintah yang telah dilaksanakan selama ini sehingga dapat menemukan jawaban yang sebenarnya. Pemerintah tidak salah dalam memberikan bantuan kepada masyarakat miskin, tetapi kita tidak dapat ingkari bahwa sebagian dalam pelaksanaan program tersebut masih belum mendapat hasil yang maksimal dan benar-benar menentaskan kemiskinan.
Pada umumnya masyarakat miskin di indonesia tidak memiliki surplus pendapatan untuk bisa ditabung bagi pembentukan modal masa yang akan datang hanya bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Bukan hanya itu tetapi juga porsi anggaran penanggulangan kemiskinan pada APBD masih belum memadai, rata-rata sekitar 8 – 12 % dari total APBD Provinsi (TKPK, 2006).
Sebab lain yang menyebabkan kurang efektifnya keberhasilan program yang dilakukan pemerintah adalah kurangnya ruang gerak bagi masyarakat miskin untuk memberdayakan dirinya. Bantuan yang selama ini sebagian hanya bersifat satu arah yaitu masyarakat hanya menerima bantuan tersebut tanpa berperan serta dalam pembuatan program tersebut.
Sebenarnya tidak ada yang salah terhadap bantuan yang dperuntukkan bagi masyarakat miskin hanya saja perlu diadakan perubahan termasuk dalam pelaksanaan program tersebut. Misalnya program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan (PNPM M-P). Program ini baik dalam hal pelaksanaan dan langusung menyentuh masyarakat miskin tetapi ada beberapa kendala yang terjadi di masyarakat. Menurut pengamatan saya selama ini kebanyakan bantuan yang diberikan hanya bersifat bantuan fisik yang tidak bisa diberdayakan hanya ada satu atau dua kelompok saja yang bisa diberikan bantuan ekonomi produktif, mengapa hal demikian bisa terjadi? Ada beberapa hal yang melatarbelakangi hal tersebut yaitu:
1. Tidak terdapat dalam Rencana Program Jangka Mengenah (RPJM) Pronangkis dan Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) yang telah diputuskan sebelumnya.
2. Kurangnya partisipasi masyarakat miskin dalam penentuan keputusan yang akan dituangkan dalam Rencana Program Jangka Menengah dan Rencana Program Jangka Panjang (RPJP).
3. Kurangnya ilmu pengetahuan tentang bagaimana berwirausaha.
Dari tiga hal di atas saling berkaitan satu sama lainnya karena bila salah satu point saja tidak terpenuhi maka akan terjadi kendala-kendala di dalam pelaksanaan program bahkan akan menimbulkan masalah baru. Pengelolaan program atau kegiatan berjalan tidak efektif karena menimbulkan tumpang tindih dalam melakukan pendataan dan juga ada desa-desa atau kelompok masyarakat yang tidak terlayani.
Dalam hal ini sebaiknya pemerintah atau pihak yang mempunyai kewenangan terhadap pelaksanaan program ini dapat mengambil langkah-langkah yang tepat sebelum memutuskan program-program yang akan diberikan kepada masyarakat agar dalam pelaksanaan dapat meminimalisir terjadinya masalah.
Pihak yang berwajib dalam hal ini Koordinator dan Fasilitator lapangan sebaiknya sebelum memberikan bantuan kepada warga miskin dapat melakukan survei dan pengambilan data yang akurat sehingga di dalam pelaksanaan program tersebut tidak menimbulkan kecemburuan sosial bagi masyarakat yang belum tersentuh bantuan.
Di sisi lain hal itu telah dilaksanakan dengan benar tetapi kembali lagi kepada individu yang menikmati, menjalankan bantuan tersebut. Salah satunya adalah kurangnya minat dan potensi masyarakat miskin untuk berwirausaha. Hal ini tentunya tidak didukung oleh kapasitas keilmuan yang memadai sehingga dalam minat dan potensi ada tetapi sangat minim.
Alangkah baiknya ketika bantuan itu diluncurkan masyarakat telah siap dan mampu mengembangkan bantuan misalnya bantuan ekonomi produktif seperti pengadaan tenda pengantin, bengkel las, usaha warnet dan sebagainya. Artinya bahwa tidak selamanya mendapat bantuan dari pemerintah untuk mengembangkan usaha yang telah terbentuk kecuali kelompok masyarakat tersebut yang membiayai seluruh aspek keberlangungan sebuah usaha baik itu skala kecil dan menengah.
Mengingat keberadaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) sudah berjalan 3 tahun silam dan akan berakhir pada tahun 2015. Dengan demikian pemerintah bersama aparatnya harus memikirkan dan menyusun program baru lagi demi untuk memberantas masalah kemiskinan di bangsa ini.
Tentunya semua itu tidak akan dapat terlaksana dengan baik tanpa dukungan dari semua pihak baik stekholder, pemerintah, swasta, maupun masyarakat secara umum agar Indonesia benar-benar keluar dari kemiskinan dan utang-utang luar negeri. Karena dana yang digunakan oleh program pemerintah khususnya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri berasal dari Bank Dunia.
Ini merupakan utang yang harus dibayar oleh pemerintah dan ketika program itu kurang begitu efektif maka mulailah kita berpikir secara rasional demi kemakmuran bangsa ini dan tidak akan menamba utang-utang yang ada tetapi bagaimana kita berpikir seberapa besar kontribusi yang kita berikan kepada negara.
Dengan demikian apabila kita berbuat kesalahan dalam melakukan sebuah kegiatan yang sifatnya demi kepentingan orang banyak apalagi masyarakat miskin dan telah melampaui batas kewajaran maka cepatlah mengambil sebuah keputusan yang tepat agar bangsa jangan terus terpuruk di mata lokal, regional, nasional maupun di kanca internasional.

Dari hasil investigasi dilapangan bahwa wargalah yang kurang berpartipasi dalam program padahal sosialisasi itu sudah dilaksanakan sebelum pelaksanaan program. Untuk itu ini merupakan tantangan yang paling berat yang harus dihadapi peleksana program pemerintah khususnya PNPM Mandiri.
Di Sulawesi Tenggara khususnya Kota Kendari pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan ini sudah lama terlaksa. Namun saya tidak menjamin apakah dalam pelaksanaan itu efektif atau tidak?
Salah satu contoh kegiatan PNPM Mandiri perkotaan misalnya program dana bergulir yang digulirkan kepada masyarakat miskin. Kegiatan dana bergulir yang dilaksanakan oleh PNPM Mandiri Perkotaan memang dana bantuan langsung diberikan kepada kelompok-kelompok masyarakat yang bertujuan untuk ekonomi produktif misalnya masyarakat yang mendapat bantuan membuka usaha yang skalanya kecil mengingat bantuan yang diberikan hanya berkisar kurang lebih Rp.2.000.000 rupiah dalam satu kelompok masyarakat dengan jumlah tiap kelompok sebanyak 5 orang.
Harapan bahwa dengan adanya danna bergulir tersebut dapat memberikan arah baru dalam hidupnya namun tidak banyak menuai menimbulkan masalah yang berdampak pada masalah yang baru yang tidak diharapkan. Hal demikian dapat terjadi karena faktor tidak mengetahui wirausaha dengan baik dan kurangnya pemahaman segmen pasar yang sedang berkembang di pasar-pasar lokal sehingga menimbulkan kegagalan dalam usaha yang dirincinya dari bantuan permodalan dari PNPM Mandiri Perkotaan. Bahkan uang yang digulirkan tidak dapat dikembalikan lagi karena berbagai alasan.
Sebagai contoh kasus yang terjadi di kelurahan Mokoau Kecamatan Kambu Kota Kendari tentang dana bergulir pada tahun anggaran 2009 yaitu dana yang digulirkan oleh PNPM Mandiri Perkotaan tidak dapat dikembalikan dana tersebut. Dari data menyebutkan bahwa jumlah dana yang digulirkan pada tahap itu sebesar 77.000.000 juta rupiah dan yang tersisa di kas Unit Pengelola Keuangan Hanya sekitar 6. 000.000 juta rupiah saja.
Dari contoh-contoh kasus diatas dapat menarik kesimpulan bahwa agar dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya harus benar-benar dilaksanankan sesuai prosedur yang ada.
E. Kesimpulan Dan Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan yang tersebut di atas maka p[enulis dapat mengambil kesimpulan bahwa Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri baik itu yang dilaksanakan di tataran Kota maupun di tataran Desa sudah cukup baik meskipun masih banyak kendala yang terjadi di masyarakat. Ada beberapa kesimpulan yang penulis utarakan diantaranya:
1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri perlu dibenahi tentang pendataan warga miskin agar dalam pelaksanaan kegiatan tidak menimbulkan kecemburuan sosial bagi masyarakat miskin lainnya.
2. PNPM Mandiri masih menimbulkan masalah yang baru dalam penanggulan kemiskinan yaitu masih banyaknya penyelewengan dana yang dilakukan oleh penerima bantuan khususnya bagi dana bergulir.

Dari pembahasan serta kesimpulan di atas penulis merekomendasikan beberapa hal yaitu:
1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri ini sangat baik bila di dalam melaksanakan kegiatan yang bersifat ekonomi produktif baik dalam skala kecil maupun skala menengah.
2. PNPM Mandiri sebaiknya dapat menyelenggarakan pelatihan berwirausahan disamping pelatihan lain yang telah dilakukan selama ini agar dalam menerima bantuan dapat efektif dalam kelangsungan hidup mereka dan bersifat usaha jangka panjang.
Di sisi lain dapat menambah ilmu pengetahuan bagi masyarakat miskin yang bisa digunakan dikesempatan lain dalam menjalani hidupnya.
3. PNPM Mandiri sebaiknya bisa melakukan pendataan yang akurat disamping mendapat data dari kelurahan atau RW sehingga dalam pelaksanaan program dapat benar-benar mereka yang mayoritas dalam tataran kemiskinan.

BAB III
Daftar Pustaka
www.bps.go.id
http://www.tkpkri.org
http://www.pnpm-mandiri.org
Dokumen PNPM Mandiri Kota Kendari Kelurahan Mokoau: 2009