Analisis Kepariwisataan
Kiri ke Kanan; penulis bersama teman kuliah. Foto: Istimewa |
Oleh La Taya
Pariwisata di Indonesia telah menjadi sektor strategis dalam sistem perekonomian nasional yang memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan negara.
Sebagai sektor strategis nasional, pariwisata mempunyai efek pengganda yang ditimbulkan dari aktifitas pariwisata baik yang sifatnya langsung berupa penyerapan tenaga kerja disektor pariwisata maupun dampak tidak langsung berupa berkembangnya kegiatan ekonomi pendukung pariwisata seperti penginapan, rumah makan, jasa penukaran uang dan lain-lain.
Kondisi ini dapat ditemui pada hampir semua daerah tujuan wisata yang telah berkembang seperti Bali dan Jogyakarta.
Manfaat yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap sistem perekonomian daerah tujuan wisata. Di samping itu pariwisata sebagai suatu sistem juga telah berkembang menjadi suatu aktifitas industri yang mampu menggerakkan sektor-sektor ekonomi daerah. Akan tetapi sebagai sebuah negara kepulauan terbesar di dunia, sektor pariwisata nasional dikembangkan tidak hanya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi mempunyai tujuan luas meliputi aspek sosial-budaya, politis dan hankamnas. Walaupun demikian tujuan ekonomis sangat menonjol karena aspek non-ekonomis pembangunan pariwisata sangat erat terkait dengan tujuan ekonominya. (Hananto,1994:25).
Secara nasional Indonesia dibagi dalam 3 (tiga) wilayah pengembangan pariwisata. Wilayah Barat meliputi kawasan Sumatera dan Jawa Barat, Wilayah Tengah (Kalimantan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali) dan Wilayah Timur yang meliputi daerah Sulawesi, Irian Jaya, Nusa Tenggara dan Kepulauan Halmahera.
Prioritas pengembangan pariwisata ditetapkan di 10 (sepuluh) daerah tujuan isata nasional yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan oleh Ditjen Pariwisata pada tahun 1999.
Penetapan kebijakan pemerintah dalam pembangunan pariwisata didasarkan atas 2 pokok pikiran :
1)Tersedianya prasarana sarana dan fasilitas-fasilitas lainnya serta besarnya potensi kepariwisataan di daerah yang bersangkutan.
2)Asas pemerataan pembangunan sehingga pengembangan pariwisata dapat dilaksanakan serempak tanpa mengabaikan potensi sumber-sumber yang dimiliki tiap-tiap daerah.
Kebijakan ini memperlihatkan bahwa pulau Jawa dan Bali menjadi daerah tujuan wisata yang utama, selain wilayah di luar jawa yang disebut di atas. Pulau Jawa dan Bali memang diuntungkan karena menjadi pintu masuk wisatawan asing melalui kota-kota utama di wilayah tersebut seperti Jakarta, Yogjakarta, Denpasar.
Meskipun Sulawesi Tenggara (Sultra) tidak masuk dalam kategori sepuluh Kota yang diprioritaskan dalam perkembangan pariwisata, namun objek wisata tak kalah menarik dengan daerah lain yang masuk dalam kategori yang diprioritaskan. Objek wisata di Sultra antara lain air terjun moramo yang menyerupai air terjun Niagara, objek wisata wakatobi dan masih lagi tempat objek wisata lainnya.
Saat ini, perkembangan objek wisata di Sultra sangat pesat, salah satunya perkembangan wisata empang yang terletak di Desa Galu, Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe. Objek ini rencana akan jadi pusat wisata mincing Sultra dengan dilengkapi berbagai fasilitas yang memadai untuk menunjang eksistensinya sebagai objek wisata.
Berkaitan dengan uraian di atas maka tulisan ini akan mencoba untuk mengkaji beberapa persoalan pokok, sebagai berikut:
- Faktor-faktor pendorong pengembangan pariwisata dan peranannya dalam pertumbuhan ekonomi.
- Potensi dan kendala pengembangan pariwisata.
- Peluang dan tantangan pengembangan pariwisata.
- Strategi pengembangan pariwisata guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
0 komentar:
Posting Komentar