ANALISIS SOSIOLOGI KOMUNIKASI MASSA
A. Analisis Isi
Analisis ini merupakan teknik penelitian untuk memperoleh gambaran isi pesan komunikasi massa yang dilakukan secara objektif, sistematik, dan relevan secara sosiologis. Uraian dan analisisnya bisa menggunakan tata cara pengukuran kuantitatif atau kualitatif, atau bahkan keduanya sekaligus.
Secara objektif maksudnya kategori yang dipakai untuk menganalisis isi harus dirumuskan dengan persis agar siapa saja yang menggunakannya akan mendapatkan hasil yang sama. Jadi bila kita hendak menganalisis isi pesan dalam berita-berita politik yang ada di sebuah surat kabar misalnya, maka yang pertama harus ditetapkan adalah kriteria dari apa yang dimaksud sebagai berita politik. Kriteria itu harus sedemikian rupa sehingga siapa pun (jadi bukan cuma kita yang hendak melakukan analisis saja) dapat memakainya.
Secara sistematik berarti isi media massa yang akan dianalisis dipilih dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya, dan tidak bisa (terpengaruh oleh atau berpihak pada sisi tertentu). Jadi yang melakukan analisis tidak hanya memilih hal-hal yang cocok dengan hipotesis yang dianutnya.
Yang dimaksud relevan secara sosiologis, bahwa masalah yang hendak dianalisis memang mempunyai relevansi dengan kehidupan kemasyarakatan. Artinya topik yang dijadikan pokok kajian itu berkenaan dengan tatanan, sistem nilai, norma, perilaku, institusi dan aspek-aspek sosiologis lainnya. Misalnya saja analisis isi yang menyangkut nilai-nilai kesetiakawanan dalam serial kartun anak-anak. Hal ini mempunyai relevansi sosiologis karena kesetiakawanan merupakan dasar bagi terbentuknya rasa solidaritas sosial.
Sedangkan cara kuantitatif artinya hasil analisis dinyatakan dalam bentuk numerik seperti dalam distribusi frekuensi, koefisien korelasi, persentase, dan sebagainya. Kemudian secara manifest, artinya isi dianalisis menurut apa yang dikatakannya (tersurat), dan bukan menurut arti "yang terkandung di antara baris demi baris" (tersirat).
Analisis isi dapat menghasilkan pemahaman tentang pengirim atau sumber pesan, tentang kecerdasannya, kepribadiannya, sikap, motif, nilai dan tujuan, tentang kelompok tempat ia bergabung, atau keinginan untuk tergabung, dan pengaruh kelompok tersebut pada diri orang yang bersangkutan.
Kegunaan analisis ini dapat bermacam-macam. Pendekatan ini bukan hanya untuk mempelajari karakteristik isi komunikasi, tetapi juga untuk menarik kesimpulan tentang sifat komunikator, khalayak dan efeknya Penelitian tentang karakteristik isi meliputi studi perkembangan, persaingan yang bersifat internasional, teknik dan gaya propaganda.
Menurut Wright, ada tiga alasan mengapa analisis ini digunakan untuk:
1.Memberikan gambaran tentang isi yang meliputi studi pengembangan, perbandingan yang bersifat internasional, teknik dan gaya propaganda dan sebagainya.
2.Memberikan gambaran tentang diri produser maksud atau keadaan politis dan sosiologisnya.
3. Analisis isi dipergunakan pebagai petunjuk tentang sifat-sifat khalayak nilai nilai, rasa suka dan tidak suka.
B. Pendekatan Analisis Fungsional
Pendekatan analisis fungsional ini memfokuskan perhatiannya pada fungsi dan disfungsi komunikasi massa bagi kehidupan anggota masyarakat, baik secara individu, berkelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan.
Fungsi komunikasi massa yang dimaksud di sini adalah fungsi yang dapat dirasakan baik terhadap setiap diri orang secara individual, maupun bagi kelompok anggota masyarakat, serta terhadap masyarakat secara keseluruhan.
Maka analisis fungsional artinya kajian mengenai fungsi sesuatu, dalam hal ini adalah komunikasi massa. Analisis fungsional terhadap komunikasi massa pertama kali dilakukan oleh Charles R. Wright, seorang sosiolog yang concern terhadap komunikasi massa. Analisis itu dikemukakannya dalam tulisannya berjudul Functional Analysis and Mass Communication pada tahun 1960. Dengan analisis tersebut Wright mengkaji fungsi-fungsi komunikasi massa dalam kehidupan perorangan anggota masyarakat (individual), kelompok (group), dan masyarakat secara keseluruhan (society), baik yang terlihat nyata (manifest) maupun yang tidak kelihatan nyata namun berlangsung (latent). Fungsi-fungsi tadi pertama-tama dikelompokkan menjadi: yang berfungsi sebagaimana seharusnya, dan yang disfungsi yakni berfungsi tidak seperti yang semestinya.
Harold D. Lasswell mengemukakan fungsi komunikasi massa adalah memberi informasi, mendidik, dan menghibur. Wright menambahi fungsi tadi menjadi empat: kegiatan penyelidikan atau surveillance, lalu kegiatan mengkorelasikan yaitu menghubungkan satu kejadian dengan fakta yang lain dan menarik kesimpulan, Kemudian kegiatan transmisi kultural yaitu pengalihan kebudayaan dari satu generasi kepada generasi yang berikutnya, dan yang keempat adalah kegiatan penghiburan atau entertainment.
Analisis ini merupakan teknik penelitian untuk memperoleh gambaran isi pesan komunikasi massa yang dilakukan secara objektif, sistematik, dan relevan secara sosiologis. Uraian dan analisisnya bisa menggunakan tata cara pengukuran kuantitatif atau kualitatif, atau bahkan keduanya sekaligus.
Secara objektif maksudnya kategori yang dipakai untuk menganalisis isi harus dirumuskan dengan persis agar siapa saja yang menggunakannya akan mendapatkan hasil yang sama. Jadi bila kita hendak menganalisis isi pesan dalam berita-berita politik yang ada di sebuah surat kabar misalnya, maka yang pertama harus ditetapkan adalah kriteria dari apa yang dimaksud sebagai berita politik. Kriteria itu harus sedemikian rupa sehingga siapa pun (jadi bukan cuma kita yang hendak melakukan analisis saja) dapat memakainya.
Secara sistematik berarti isi media massa yang akan dianalisis dipilih dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya, dan tidak bisa (terpengaruh oleh atau berpihak pada sisi tertentu). Jadi yang melakukan analisis tidak hanya memilih hal-hal yang cocok dengan hipotesis yang dianutnya.
Yang dimaksud relevan secara sosiologis, bahwa masalah yang hendak dianalisis memang mempunyai relevansi dengan kehidupan kemasyarakatan. Artinya topik yang dijadikan pokok kajian itu berkenaan dengan tatanan, sistem nilai, norma, perilaku, institusi dan aspek-aspek sosiologis lainnya. Misalnya saja analisis isi yang menyangkut nilai-nilai kesetiakawanan dalam serial kartun anak-anak. Hal ini mempunyai relevansi sosiologis karena kesetiakawanan merupakan dasar bagi terbentuknya rasa solidaritas sosial.
Sedangkan cara kuantitatif artinya hasil analisis dinyatakan dalam bentuk numerik seperti dalam distribusi frekuensi, koefisien korelasi, persentase, dan sebagainya. Kemudian secara manifest, artinya isi dianalisis menurut apa yang dikatakannya (tersurat), dan bukan menurut arti "yang terkandung di antara baris demi baris" (tersirat).
Analisis isi dapat menghasilkan pemahaman tentang pengirim atau sumber pesan, tentang kecerdasannya, kepribadiannya, sikap, motif, nilai dan tujuan, tentang kelompok tempat ia bergabung, atau keinginan untuk tergabung, dan pengaruh kelompok tersebut pada diri orang yang bersangkutan.
Kegunaan analisis ini dapat bermacam-macam. Pendekatan ini bukan hanya untuk mempelajari karakteristik isi komunikasi, tetapi juga untuk menarik kesimpulan tentang sifat komunikator, khalayak dan efeknya Penelitian tentang karakteristik isi meliputi studi perkembangan, persaingan yang bersifat internasional, teknik dan gaya propaganda.
Menurut Wright, ada tiga alasan mengapa analisis ini digunakan untuk:
1.Memberikan gambaran tentang isi yang meliputi studi pengembangan, perbandingan yang bersifat internasional, teknik dan gaya propaganda dan sebagainya.
2.Memberikan gambaran tentang diri produser maksud atau keadaan politis dan sosiologisnya.
3. Analisis isi dipergunakan pebagai petunjuk tentang sifat-sifat khalayak nilai nilai, rasa suka dan tidak suka.
B. Pendekatan Analisis Fungsional
Pendekatan analisis fungsional ini memfokuskan perhatiannya pada fungsi dan disfungsi komunikasi massa bagi kehidupan anggota masyarakat, baik secara individu, berkelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan.
Fungsi komunikasi massa yang dimaksud di sini adalah fungsi yang dapat dirasakan baik terhadap setiap diri orang secara individual, maupun bagi kelompok anggota masyarakat, serta terhadap masyarakat secara keseluruhan.
Maka analisis fungsional artinya kajian mengenai fungsi sesuatu, dalam hal ini adalah komunikasi massa. Analisis fungsional terhadap komunikasi massa pertama kali dilakukan oleh Charles R. Wright, seorang sosiolog yang concern terhadap komunikasi massa. Analisis itu dikemukakannya dalam tulisannya berjudul Functional Analysis and Mass Communication pada tahun 1960. Dengan analisis tersebut Wright mengkaji fungsi-fungsi komunikasi massa dalam kehidupan perorangan anggota masyarakat (individual), kelompok (group), dan masyarakat secara keseluruhan (society), baik yang terlihat nyata (manifest) maupun yang tidak kelihatan nyata namun berlangsung (latent). Fungsi-fungsi tadi pertama-tama dikelompokkan menjadi: yang berfungsi sebagaimana seharusnya, dan yang disfungsi yakni berfungsi tidak seperti yang semestinya.
Harold D. Lasswell mengemukakan fungsi komunikasi massa adalah memberi informasi, mendidik, dan menghibur. Wright menambahi fungsi tadi menjadi empat: kegiatan penyelidikan atau surveillance, lalu kegiatan mengkorelasikan yaitu menghubungkan satu kejadian dengan fakta yang lain dan menarik kesimpulan, Kemudian kegiatan transmisi kultural yaitu pengalihan kebudayaan dari satu generasi kepada generasi yang berikutnya, dan yang keempat adalah kegiatan penghiburan atau entertainment.
0 komentar:
Posting Komentar