modul fotografi
Pengertian Fotografi
Fotografi menurut Amir Hamzah Sulaeman mengatakan bahwa fotografi berasal dari kata foto dan grafi yang masing-masing kata tersebut mempunyai arti sebagai berikut: foto artinya cahaya dan grafi artinya menulis jadi arti fotografi secara keseluruhan adalah menulis dengan bantuan cahaya, atau lebih dikenal dengan menggambar dengan bantuan cahaya atau merekam gambar melalui media kamera dengan bantuan cahaya (1981;94).
Fotografi juga merupakan gambar, fotopun merupakan alat visual efektif yang dapat menvisualkan sesuatu lebih kongkrit dan akurat, dapat mengatasi ruang dan waktu. Sesuatu yang terjadi di tempat lain dapat dilihat oleh orang jauh melalui foto setelah kejadian itu berlalu.
Pada dasarnya tujuan dan hakekat fotografi adalah komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi antara fotografer dengan penikmatnya, yaitu fotografer sebagai pengatar atau perekam peristiwa untuk disajikan kehadapan khalayak ramai melalui media foto.
Fotografi kewartawanan mempunyai daya jangkau yang sangat luas. Dia menyusupi seluruh fase intelektual hidup kita, membawa pengaruh besar atas pemikiran dan pembentukan pendapat publik. Kerja seorang wartawan foto adalah titipan mata dari masyarakat di mana fot yang tersaji adalah benar-benar bersifat jujur dan adil. Fotografi kewartawanan atau jurnalis adalah profesi pekerjaan untuk memperoleh bahan gambar bagi pemakaian editorial dalam surat kabar, majalah serta penerbitan lain. Sedangkan pekerjaannya sendiri memperoleh gambar-gambar yang akan melukiskan berita, memperkuat berita yang ditulis oleh reporter dan menyajikan berita secara visual.
Photo-Journalism menurut Norman, dipahami sebagai mencakup kombinasi gambar-gambar(ilustrasi) dan cerita (story). (1981; 183) fotografi pers merupakan pekerjaan memperoleh bahan gambar-gambar bagi pemakai editorial dalam surat kabar, majalah dan penerbitan lainnya, sudah ada pada pers Indonesia. Pekerjaan press fotographer adalah memperoleh gambar-gambar yang akan melukiskan berita, memperkuat cerita yang ditulis oleh reporter dan menyajikan berita secara visual.
Sesuai dengan sasaran yang esensial dari pekerjaan jurnalistik atau kewartawanan, yaitu membantu khalayak ramai mengembangkan sikap untuk menghargai apa yang dianggap baik, di samping merangsang kemauan untuk merubah apa yang dianggap kurang baik. Salah satu ciri yang dimiliki para juru foto koran adalah secepatnya disampaikan kehadapan sidang pembaca. Secepatnya berarti sesuai dengan sajian kehangatan peristiwa itu sendiri, sehingga betapa baiknya sebuah photo belumlah punya arti sebagai berita jika hanya disimpan dalam laci atau album.
SEJARAH FOTOGRAFI
http://annisalestari.multiply.com/journal/item/18
Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi. Dalam buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena camera obscura.
Beberapa abad kemudian, banyak orang yang menyadari serta mengagumi fenomena ini, beberapa diantaranya yaitu Aristoteles pada abad ke-3 SM dan seorang ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10 SM, dan kemudian berusaha untuk menciptakan serta mengembangkan alat yang sekarang dikenal sebagai kamera. Pada tahun 1558, seorang ilmuwan Italia, Giambattista della Porta menyebut ”camera obscura” pada sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar (Bachtiar: 10).
Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 21), nama camera obscura diciptakan oleh Johannes Keppler pada tahun 1611:
“By the great Johannes Keppler has designed a portable camera constructed as a tent, and finaly give a device a name that stuck: camera obscura… The interior of the tent was dark except for the light admitted by a lens, which foucussed the image of the scene outside onto a piece of paper.” (Pada tahun 1611 Johannes Keppler membuat desain kamera portable yang dibuat seperti sebuah tenda, dan akhirnya memberi nama alat tersebut sebuah nama yang terkenal hingga kini: camera obscura… Keadaan dalam tenda tersebut sangat gelap kecuali sedikit cahaya yang ditangkap oleh lensa, yang membentuk gambar keadaan di luar tenda di atas selembar kertas).
Pada awal abad ke-17 seorang ilmuwan berkebangsaan Italia bernama Angelo Sala menemukan, bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya akan berubah menjadi hitam. Demikian pula Professor anatomi berkebangsaan Jerman, Johan Heinrich Schulse, pada 17127 melakukan percobaan dan membuktikan bahwa menghitamkan pelat chloride perak yang disebabkan oleh cahaya dan bukan oleh panas merupakan sebuah fenomena yang telah diketahui sejak abad ke-16 bahkan mungkin lebih awal lagi. Ia mendemonstrasikan fakta tersebut dengan menggunakan cahaya matahari untuk merekam serangkaian kata pada pelat chloride perak; saying ia gagal mempertahankan gambar secara permanent.
Kemudian sekitar tahun 1800, seorang berkebangsaan Inggris bernama Thomas Wedgwood, bereksperimen untuk merekam gambar positif dari citra pada camera obscura berlensa (pada masa itu camera obscura lazimnya pinhole camera yang hanya menggunakan lubang kecil untuk cahaya masuknya), tapi hasilnya sangat mengecewakan. Akhirnya ia berkonsentrasi sebagaimana juga Schulse, membuat gambar-gambar negatif (sekarang dikenal dengan istilah fotogram) dengan cahaya matahari, pada kulit atau kertas putih yang telah disaputi komponen perak.
Sementara itu di Inggirs, Humphrey Davy melakukan percobaan lebih lanjut dengan chlorida perak, tapi bernasib sama dengan Schulse. Pelatnya dengan cepat berubah menjadi hitam walaupun sudah berhasil menangkap imaji melalui camera obscura tanpa lensa.
Akhirnya, pada tahun 1824, seorang seniman lithography Perancis, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan jam meng-exposed pemandangan dari jendela kamrnya, melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograph) di atas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur, berhasil pula mempertahankan gambar secara permanent. Kemudian ia pun mencoba menggunakan kamera obscura berlensa, proses yang disebut ”heliogravure” pada tahun 1826 inilah yang akhirnya menjadi sejarah awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS.
Merasa kurang puas, tahun 1827 Niepce mendatangi desainer panggung opera yang juga pelukis, Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851) untuk mengajaknya berkolaborasi. Dan jauh sebelum eksperimen Niepce dan Daguerre berhasil, mereka pernah meramalkan bahwa: “fotografi akan menjadi seni termuda yang dilahirkan zaman.”
Sayang, sebelum menunjukkan hasil yang optimal, Niepce meninggal dunia. Baru pada tanggal 19 Agustus 1839, Daguerre dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya: sebuah gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin yang disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas mercuri (neon). Proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat dicuci larutan garam dapur dan asir suling.
Fotografi mulai tercatat resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya. Pada tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen.
Januari 1839, penemu fotografi dengan menggunakan proses kimia pada pelat logam, Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Akan tetapi, Pemerintah Perancis, dengan dilandasi berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma. Maka, saat itu manual asli Daguerre lalu menyebar ke seluruh dunia walau diterima dengan setengah hati akibat rumitnya kerja yang harus dilakukan.
Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat. Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 22), arsitek utama dunia fotografi modern adalah seorang pengusaha, yaitu George Eastman. Melalui perusahaannya yang bernama Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera boks yang praktis, sejalan dengan perkembangan dalam dunia fotografi melalui perbaikan lensa, shutter, film dan kertas foto.
Tahun 1950 mulai digunakan prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR), dan pada tahun yang sama Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera NIKON. Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film.
Kemajuan teknologi turut memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.
TUJUAN DILAKUKANNYA PENGAMBILAN GAMBAR DALAM FOTOGRAFI
http://www.indosiar.com/program/ragam/43964/tujuan-dilakukannya-pengambilan-gambar-dalam-fotografi
indosiar.com - Dalam dunia fotografi terkadang banyak hal yang menjadi tujuan dilakukannya pengambilan gambar. Beberapa diantaranya seperti yang dituliskan berikut ini :
Abstrak
Foto-foto obyek yang mengutamakan keindahan komposisi, permainan bentuk dan warna, elemen-elemen grafis dan tekstur. Tujuan tersebut biasanya dilakukan oleh para fotografer yang mengutamakan seni dalam setiap hasil karyanya.
Arsitektur
Foto-foto yang menampilkan kecantikan bangunan buatan manusia, seperti gedung dan jembatan. Arsitek ataupun para pelaku dibidang developer perumahan yang biasanya melakukan dokumentasi dari setiap bentuk bangunan yang ada. sehingga dengan demikian, mereka akan dapat membuat sebuah bangunan kokoh namun tak meninggalkan keindahan serta fungsi bangunan yang terkait.
Budaya
Obyek foto berupa tampilan budaya tradisional, kontemporer, dan modern, seperti tari-tarian, festival budaya tradisional dan tradisi lokal. Dokumentasi foto dalam bentuk budaya, biasanya dapat menjadi acuan sebarapa banyak serta kayanya kesenian yang ada namun belum banyak diperhatikan oleh masyarakat. Sehingga sehingga secara tidak langsung foto-foto tersebut memperkenalkan kembali budaya yang ada pada masyarakat luas.
Fashion
Foto-foto busana yang dirancang khusus dan dikenakan oleh modelfoto, bisa berupa foto di catwalk, studio atau lokasi khusus, dan berbeda dengan kategori Model yang tidak menonjolkan unsur-unsur detil busana. Hasil karya seorang desainer terkadang dapat pula memberikan inspirasi pada desainer lainnya. karena tak jarang pula dokumentasi ini dilakukan. Namun pastinya setiap desainer ingin hasil karyanya diabadikan serta diperkenalkan pada masyarakat luas karena dengan demikian hasil karya seorang desainer dapat memberikan sebuah gambaran akan perkembangan fesyen yang terjadi setiap tahunnya.
Humor
Foto-foto yang mengandung unsur humor. Banyak hal yang secara tak terduga terjadi dan tanpa sadar hal tersebut dapat menimbulkan ketertarikan tersendiri. Bahkan ada hal yang dapat membuat penikmati sebuah foto tersenyum simpul.
Jurnalistik
Foto-foto yang dihasilkan oleh jurnalis foto dalam melakukan tugasnya, dan non-jurnalis foto yang merekam peristiwa-peristiwa. Penggambaran sebuah peristiwa yang akan lebih menarik apabila disertakan adanya sebuah hasil dokumentasi berupa gambar. karenanya foto bidang jurnalistik mampu memberikan penggamabaran penuh sebuah peristiwa yang terjadi diseluruh belahan dunia.
Panggung
Foto-foto pertunjukan di panggung, seperti konser musik, pentas showbiz, pertunjukan tari dan pentas teater.
Satwa
Foto-foto hewan yang masih hidup di habitat alaminya, atau yang hidup di habitat buatan manusia yang mirip dengan aslinya, seperti taman nasional dan taman safari. Berbeda dengan kategori Pets yang obyeknya berupa hewan peliharaan yang sudah jinak.
Snapshot
Foto-foto yang dihasilkan tanpa perencanaan, perlengkapan atau teknik khusus, bisa berupa foto candid.
Wisata
Foto wisata (photo travel) harus menunjukkan perasaan terhadap waktu dan tempat, citra sebuah daerah, penduduknya, atau suatu budaya dalam situasi aslinya, dan tidak ada batasan geografis. Ultra close-up yang kehilangan identitas asli, foto studio, atau manipulasi fotografi yang merubah penampakan situasi sebenarnya atau merubah isi foto tidak masuk dalam photo travel.(berbagai sumber/SHR, Bagus/rev)
“Foto Seni” Konsep Estetika Dalam Fotografi
By admin on June 1st, 2009
Sebuah karya atau foto kita katakan sebagai benda seni, ia harus bukan sekedar hasil upaya proses reproduksi belaka. Foto seni semestinya berasal dari suatu kontemplasi yang intens. Pemunculan gagasan/idea tidaklah serentak dan berkesan dadakan. Ada suatu proses pengamatan empirik, komparasi, perenungan, dan bahkan serangkaian mimpi-mimpi yang panjang yang lalu berwujud sebagai titik akhir sebuah eksekusi: konsep dan visi/misi yang transparan serta “baru”. Dengan begitu sebuah foto seni tidak hanya sebentuk “seni instan” belaka. Foto Seni, merupakan bagian dari cabang seni rupa yang paling muda
Lebih satu abad yang lalu fotografi ditemukan sebagai suatu teknologi baru di bidang perekaman visual yang cukup revolusioner. Walaupun prinsip dasar fotografi telah dikenal orang sejak lama (melalui cara kerja kamera Obscura) akan tetapi sebagai alat yang dapat mengabadikan objek ke atas permukaaan lempengan tembaga dan kertas. Mereka yang melakukan hal tersebut kemudian dikenal sebagai tokoh pionir fotografi seperti, Josep Necepphore, Louis Jacques Mande Daguerre (keduanya dari Perancis) dan Henry Fox Talbot (Inggris).
Selanjutnya secara bertahap fotografi berkembang ke arah penyempurnaan teknik dan kualitas gambarnya sampai pada akhir abad ke-19 saat George Eastmen mempopulerkan produk kamera KODAK-nya ke pasaran Amerika, fotografi telah mencapai kualitas hasil yang mendekati seperti yang kita kenal sekarang sampai teknologi digital yang paling mutakhir dengan hasil akhir sama seperti fotografi analog.
Foto Seni Indonesia
Tapi sebenarnya perkembangan foto seni di Indonesia sendiri telah berkembang diakhir abad delapan belas, ada orang Indonesia yang telah membuat foto-foto indah menawan baik di dalam studio maupun di alam bebas, foto-foto itu jelas sekali bernafaskan seni seperti yang kita kenal sekarang ini. Objek, lighting dan komposisinya jelas sekali diperhitungkan dengan matang saat pemotretan. Pencetakan fotonyapun juga sangat brelian, sehingga hasil fotopun menjadi indah menawan bagaikan lukisan-foto piktorial. Perbedaan yang dapat kita lihat dengan jelas adalah sebagian besar, bahkan hampir semua foto terekam beku. Jika memotret manusia, maka simodel diwajibkan untuk diam beberapa saat. Hal ini dapat dimaklumi karena teknologi fotografi saat itu masih sederhana, body kamera berukuran besar sedangkan filmnya masih dalam bentuk lembaran (bukan rol), bahkan bahan dasarnya kaca atau seloloid, dengan kepekaan (ASA) yang masih rendah. Mekanis pada lensa juga sangat sederhana, bahkan banyak lensa yang mempunyai satu bukaan diafragma dan tidak disertai lembaran daun diafragma, sehingga pemotretan dilakukan dengan cara membuka dan menutup lensa/lenscap.
Foto Seni
Pengertian “foto seni” adalah suatu karya foto yang memiliki nilai seni, suatu nilai estetik, baik yang bersifat universal maupun lokal atau terbatas. Karya-karya foto dalam kategori ini mempunyai suatu sifat yang secara minimal memiliki daya simpan dalam waktu yang relatif lama dan tetap dihargai nilai seninya.
Sebuah karya atau foto kita katakan sebagai benda seni, ia harus bukan sekedar hasil upaya proses reproduksi belaka. Foto seni semestinya berasal dari suatu kontemplasi yang intens. Pemunculan gagasan/idea tidaklah serentak dan berkesan dadakan. Ada suatu proses pengamatan empirik, komparasi, perenungan, dan bahkan serangkaian mimpi-mimpi yang panjang yang lalu berwujud sebagai titik akhir sebuah eksekusi: konsep dan visi/misi yang transparan serta “baru”. Dengan begitu sebuah foto seni tidak hanya sebentuk “seni instan” belaka.
Foto Seni, merupakan bagian dari cabang seni rupa yang paling muda. Walau tidak bisa dipungkiri, secara teknikal foto seni memberikan kontribusi kepada cabang fotografi lainnya, semisal foto jurnalistik.
Berbagai kalangan fotografi mengakui, perkembangan dunia fotografi di Indonesia memang belum sepenuhnya menggembirakan,walaupun sejak “reformasi” foto baik dari foto jurnalistik, foto studio, komersial ataupun yang bernuansa salonis, foto seni, dunia fotografi Indonesia memang tengah memasuki era baru.
Fotografer Seni
Kassian Cephas orang jawa, lahir di Yogyakarta tanggal 15 Januari 1845, oleh banyak pihak diakui sebagai fotografer pertama Indonesia. Fotografer lainnya yang ada di Indonesia sebagian besar adalah keturunan Belanda.
Kassian Chepas yang tinggal dan mempunyai studio di Yogyakarta juga merupakan “pemotret resmi” Kraton Yogyakarta. Selain memotret kalangan elit, Kassian Chepas juga banyak memotret candi dan bangunan bersejarah lainnya terutama yang ada disekitar Yogya.
Selain karya Chepas, foto-foto kuno yang dibuat pada akhir dan awal tahun 1900-an sayangnya banyak yang tidak diketahui siapa pemotretnya, banyak juga yang menampilkan sisi keindahan dengan objek panorama maupun human interest.
Selain itu Ansel Adam seorang “fine art photographer” Amerika terbesar dari abad ke-20. Ansel Adam tidak hanya dihargai dari karya foto-fotonya saja tapi juga dari dedikasinya dalam dunia pendidikan fotografi. Ansel bersama Fred Archer pada awal tahun 1940-an memperkenalkan suatu metode yang dikenal dengan nama Zone System (ZS).
Metode temuan Ansel ini secara umum adalah proses terencana dalam pembuatan foto mulai dari pra-visualisasi kemudian mengkalkulasi pencahayaan secara tepat sampai menproses film secara akurat. Hasil akhirnya adalah negatif foto yang prima sebagai pondasi utama membuat cetakan foto yang berkualitas juga maksimal. Metode ZS ini bila dipahami secara benar akan sangat membantu fotografer untuk menghasilkan foto yang semaksimal mungkin sehingga tidak lagi mengharapkan suatu keberuntungan semata dalam menentukan perhitungan pencahayaan. Segalanya telah diprediksi dan direncanakan dengan baik.
Kategori Foto Seni (fine art)
Foto seni (fine art) adalah foto-foto piktorialisme, yakni jenis foto yang menonjolkan estetika yang meniru pencitraan gambar (picture) atau lukisan (painting). Jenis foto ini lebih menyerukan keindahan atau nilai artistik instriknya ketimbang kandungan makna foto itu sendiri. Elemen -elemen yang diekploitasi oleh fotografer foto seni ialah komposisi, penyinaran yang dramastis ( chiroscuro) dan nada warna(Paul I. Zacharia)
Foto seni (fine art) bisa disimpulkan sebagai foto yang dalam proses yang berkesinambungan. Ada hal yang yang tidak bisa dipisahkan mulai dari konsep perencanaan, pembuatan, penerapan teknis secara akurat termasuk didalamnya pemrosesan film ataupun pembuatan file digital. Menyikapi kontroversi tentang digital, menarik mengutip pendapat seorang jurnalis kawakan bahwa hanya foto jurnalis yang tidak boleh dimanipulasi. Foto-foto jurnalistik harus menyampaikan suatu kebenaran apa adanya sedangkan dalam foto (fine art), proses digital hanya merupakan alat pembantu dalam berkarya.
Dalam mencipta suatu karya seni, konsep utama yang harus kita persiapkan adalah idealisme pribadi. Pengembangan konsep tersebut, lalu penyesuaian dengan sarana yang ada, pengaruh lingkungannya, kesulitan yang mungkin terjadi, dan tentu saja harus didukung dengan peralatan yang memadai sebagi faktor teknis penciptaan.
Sebagai ilustrasi untuk hal ini adalah foto-foto karya Do Qong Hai yang mirip dengan lukisan bergaya China. Karya-karya ini dibuat dengan melakukan sandwich dari beberapa negative yang dalam pembuatannya telah direncanakan dengan matang.
Estetika dalam Foto Seni
Estetika di dalam foto seni didapatkan apabila telah ditemukan titik estetika yaitu momentum pengalaman kesadaran roh manusia seniman maupun pengapresiasi seni yang persis berada di tengah-tengah antara yang rohani dan yang jasmani, di mana titik ini di alami sekejap namun bernuansa mendalam di dalam yang “tragis” (manakala:roh”dikalahkan”jasmani”), yang sublim (manakala roh menang atas kebaikan), dan yang asri (gracious:manakala kebaikan menang atas kebenaran) (lihat Mudji Sutrisno dan Chris Verhaak, Estetika Filsafat Keindahan, Kanisius,1993).
Dalam estetika di kenal dua pendekatan: yang pertama ingin langsung meneliti keindahan itu dalam benda-benda / alam indah serta seni itu sendiri atau mau lebih; yang kedua menyoroti situasi kontemplasi rasa indah yang sedang dialami (pengalaman keindahan dalam diri orangnya). Pengalaman estetika berkait erat dengan soal perasaan, dimana bila foto seni dikatakan memiliki estetika dengan ciri foto tersebut tidak hanya mampu mengeploitasi keindahan tersebut melainkan foto seni menyumbangkan nilai-nilai humanisme universal kepada umat manusia. Fotografi tidak hanya sebagai ekses kemudahan alat rekam, namun di sana tercermin sebuah proses pencitraan gagasan dan estetika yang lebih transenden.
Perkembangan Foto Seni
Banyak yang tidak menyangka bahwa perkembangan foto seni di Indonesia sangat pesat termasuk Bali di era digital ini tumbuh dan mewarnai pefotografian di Indonesia. Dari segi ekonomi sekarang ini sebuah foto bisa dihargai puluhan juta rupiah selembarnya. Namun bukan sekedar dari segi ekonomi saja, dari segi seni rupa lainnya perkembangan foto seni semakin dapat mensejajarkan diri dengan seni lainnya. Mereka yang tidak percaya tentang hal ini menganggap bahwa sebuah cetakan foto seni hanyalah sebuah replika dari negatif pembentuknya. Foto mudah dibuat berapa lembarpun asalkan negatif fotonya masih ada sehingga tidak bisa disamakan dengan karya seni lain.
Hal ini lebih membangkitkan fotografer menekuni bidang foto seni ini, karena sekarang tumbuh sekelompok orang yang mengoleksi foto dan menganggapnya sama dengan benda seni lain. Walaupun dapat dikatakan perkembangan foto seni di Indonesia masih belum maksimal, karena belum banyak yang menekuni foto seni itu sendiri. Foto seni tidak selalu apa yang menjadi obyek, melainkan lebih pada proses ketika memotret dan memroses hasil cetakannya. Ketika kita memotret kita harus sudah tahu akan seperti apa hasilnya hingga sedetail mungkin. Perkembangan foto seni yang begitu pesat dapat kita nikmati setelah bergulirnya era reformasi 1998 dan memasuki era fotografi digital yang sangat pesat dan juga menjadi tonggak perkembangan bidang lain.
Penutup
Membuat foto seni yang merupakan bagian fotografi, yang memiliki konsep estetika yang memperhitungkan terlebih dahulu unsur-unsur penciptaan sebuah foto, dari pencahayaan sampai proses pencetakannya. Semua direncanakan dengan matang dan terencana, karena kini foto seni telah sama rumitnya dengan seni lain. Apalagi jika kita membincangkan posisi fotografi dalam konteks kesenirupaan (fine art). Bisakah dan mampukah fotografi disandingkan dalam keluarga seni rupa (High Art). Koeksistensinya ini tidaklah berpretensi saling menegasikan. Justru sebaliknya, dan siapa tahu, dunia High Art makin diperkaya dengan hadirnya fotografi di komunitasnya. Sejalan Dengan perkembangan teknologi sekarang ini fotografer yang mau menekuni foto seni akan lebih mudah dengan hadirnya fotografi digital. Apalagi mau bekerja keras mencoba dan mau belajar terus-menerus. Sebuah foto akan dapat menjadi representasi fotografer yang menciptakannya. Sehingga lahir maestro-maestro fotografi punya ciri khas masing-masing, sehingga mengenalkan diri ke publik yang lebih luas.
Prinsip-prinsip Komposisi photografi
Oleh Agus ( RAFI studio)
http://id.88db.com/id/Knowledge/Knowledge_Detail.page?kid=11865
Komposisi adalah cara mengatur/menyusun bagian-bagian dari gambar (misalnya garis-garis, bentuk, ruang bebas, bayangan, warna, tekstur, dan lain-lain) agar gambar lebih menarik dan mudah dimengerti. Beberapa prinsip biasa digunakan untuk meningkatkan efektifitas gambar. "Perlihatkan apa yang ingin Anda perlihatkan", merupakan salah satu prinsip yang baik.
Subjek
Tampilkan suatu subjek utama dalam sebuah gambar. Kesampingkan bagian-bagian lain dan pisahkan hal-hal yang tidak perlu ada dalam foto.
Penempatan subjek utama
Bayangkanlah Anda sedang membagi gambar dengan garis bayangan mendatar dan tegak lurus menjadi 3 bagian yang sama besar. Titik temu dari garis-garis tersebut adalah tempat dimana Anda dapat meletakan subjek utama dan elemen-elemen pelengkap.
Jika menggunakan garis mendatar sebagai subjek utama, misalnya garis batas (cakrawala) antara udara dan lahan pertanian, aturlah agar bagian yang satu lebih besar dari bagian lainnya.
Posisi subjek tidak harus selalu berada di tengah-tengah agar komposisi nampak lebih menarik. Dan hindari penempatan subjek pada posisi yang gelap.
Titik pandang
Pilihlah posisi kamera yang paling tepat saat mengambil gambar, sehingga hal-hal yang ingin Anda perlihatkan menjadi lebih jelas.
Latar belakang
Usahakanlah latar belakang yang sederhana atau batasi latar belakang yang tidak penting, sehingga tidak mengacaukan subjek utama.
Latar depan
Sertakan latar depan untuk menciptakan kesan kedalaman, terutama untuk pengambilan jarak jauh di luar ruangan. Objek-objek alami dapat membantu menyeimbangkan dan memperindah gambar serta membuat komposisi lebih menarik.
Sediakan lebih banyak ruang untuk garis pandang dan garis gerak.
Beri ruang di depan subjek untuk mengesankan subjek Anda sedang bergerak atau melihat sesuatu.
Batas antar bagian gambar sebaiknya digunakan untuk mempertegas hal apa yang ingin Anda komunikasikan.
Namun, perhatikan dengan seksama agar objek yang ditonjolkan tersebut tidak membingungkan atau merusak komposisi.
Cahaya dan bayangan.
Gunakan pencahayaan yang menyebar agar gambar nampak jelas dan usahakan agar subjek anda menghadap sumber cahaya.
Lakukan pengambilan gambar secara bervariasi agar gambar lebih menarik.
• Gunakan jarak yang berbeda antara kamera dan subjek dalam setiap pengambilan.
• Long shot atau pengambilan jarak jauh, menampilkan keseluruhan subjek, memantapkan semua elemen dalam gambar termasuk latar belakang dan latar depan.
• Medium shot atau pengambilan jarak sedang, lebih mendekati subjek dan memisahkan elemen-elemen yang tidak perlu.
• Close up atau jarak dekat, memusatkan pengambilan gambar pada subjek.
• Extreme close-up, menampilkan bagian khusus dari subjek secara rinci, biasanya dilakukan dengan lensa makro atau close-up
Ubahlah titik pandang kamera Anda, untuk memperjelas subjek yang ingin Anda tampilkan, hal ini tergantung pada kesan yang ingin Anda sampaikan.(1). Low angle (pandangan dari bawah): memberi kesan tinggi dan megah pada gambar monumen, bagungan. (2).Normal angle (pandangan sebatas mata), pemandangan yang biasa dan paling umum dilakukan pada saat pengambilan gambar. (3). High angle, atau pengambilan dari suatu ketinggian, mengesankan pandangan dari atas, dapat menyamarkan bagian-bagian yang tidak penting. Sangat baik digunakan untuk mengambil gambar suatu kerumunan, keramaian lalulintas, dan lain-lain.
Sewaktu memotert spesimen atau objek yang tidak dikenal:
Gunakan latar belakang yang kontras dan gunakan label dan judul
• Gunakan suatu alat ukur atau benda yang mudah dikenal di sebelah subjek sebagai pembanding agar dapat deketahui ukuran relatifnya
• Susunlah dengan urutan yang tepat
Tips untuk memulai dengan fotografi digital
http://brilliants-idea.blogspot.com/2009/12/tips-untuk-memulai-dengan-fotografi.html
Prinsip-prinsip fotografi digital adalah sama dengan orang-orang untuk untuk film. Berikut adalah beberapa tips untuk para pemula fotografer digital.
Fotografi digital telah datang umur. Penggunaan film pada penurunan cepat dan mantap karena semakin banyak orang membuat transisi ke digital. Bahkan resolusi tertinggi kamera digital tidak bisa mengalahkan resolusi film, jadi apa yang membuat fotografi digital berbeda?
Prinsip-prinsip film dan fotografi digital adalah sama. Sementara kualitas lensa dan fitur dari kamera penting, bagian kunci dimainkan oleh fotografer. Posisi foto dapat dihasilkan tanpa peralatan terbaik. Sebaliknya, peralatan terbaik yang sering digunakan untuk menghasilkan foto rata-rata. Yang banyak-banyak foto diposting pada buku Wajah adalah contohnya. Sebagian besar adalah bunga kecil, kecuali kepada orang-orang yang terlibat. Namun, banyak di antaranya yang diambil dengan kamera digital yang terbaik.
Kunci fotografi yang baik terletak pada kemampuan untuk melihat dan berpikir photographically. Gunakan cahaya untuk keuntungan yang terbaik dan fokus pada komposisi. Tidak peduli apa kamera, komposisi adalah kunci kesuksesan. Ini adalah hubungan antara objek-objek yang membentuk gambar. Cari baris di tempat kejadian, dan mencari ide-ide yang membuat gambar menarik. Aturan pertiga mengajarkan kita bahwa mata tidak ditarik ke pusat gambar tetapi perpotongan antara pertiga - baik horisontal dan vertikal. Menjadi sadar akan cahaya dan efek bayangan gelap dalam sebuah foto. Banyaknya efek khusus dan fitur tambahan kamera manydigital baik untuk memiliki ekstra.
Perbedaan utama antara digital dan kamera film meliputi:
• Memori menggantikan film
• Baterai sangat penting dalam fotografi digital tapi hanya memainkan sebagian kecil dalam sebuah film kamera
• Kartu memori - tidak seperti film - dapat digunakan berulang-ulang
• Anda dapat memvariasikan resolusi gambar Anda
• Anda dapat mengedit atau membuang gambar Anda pada kamera itu sendiri
• Gambar dapat dicetak secara langsung dari kamera dan disimpan di komputer dan di Internet.
Mungkin perbedaan yang paling jelas dari kamera digital baru Anda adalah bahwa alih-alih sebuah jendela bidik ada layar. Beberapa kamera memiliki keduanya, tetapi kebanyakan hanya mengandalkan pada layar. Penyesuaian sederhana, tetapi akan mengambil beberapa latihan untuk mendapatkan yang kokoh dan mantap grip pada kamera. Layar tambahan yang berguna bagi fotografer. Menjadi mudah untuk membingkai komposisi secara efektif dan untuk melihat bagaimana foto akan berubah.
Seperti dalam film fotografi, itu adalah kualitas optik yang menentukan seberapa baik kinerja kamera. Lensa yang baik pada kamera yang murah dapat menghasilkan hasil yang sangat baik sementara kualitas rendah lensa pada kamera yang paling mahal akan mengecewakan Anda setiap waktu!
Sebagian besar kamera mempunyai berbagai pilihan, termasuk otomatis eksposur otomatis DNS dan fokus otomatis. Selain zoom optik, zoom digital tersedia.
Sebelum Anda mulai menggunakan kamera digital baru Anda, itu adalah ide yang baik untuk membaca manual. Percobaan saat Anda melakukan ini, dan Anda akan mendapatkan nuansa kamera dengan sangat cepat. Dengan kamera digital tidak ada biaya dalam eksperimen.
Sebagian besar kamera digital memiliki sedikit built-in memori. Memori ini akan membatasi Anda (tergantung ukuran) untuk hanya beberapa foto - mungkin antara 8 dan 20. Sebelum Anda dapat mengambil foto baru, Anda harus menyalin ini ke komputer atau mencetak mereka untuk membebaskan ruang. Pilihan terbaik adalah dengan membeli kartu memori yang akan meningkatkan jumlah ruang untuk gambar cukup dramatis. Membeli kartu memori terbesar yang Anda mampu. Ini masih cukup mahal, tapi ingat bahwa membayar untuk film dan berkembang adalah hal di masa lalu!
Film datang dalam ukuran tertentu - 12, 24 atau 26 gambar. Jumlah gambar yang dapat diambil secara digital bergantung pada kombinasi dari memori yang tersedia dan penyelesaian kamera dan gambar-gambar. Semakin tinggi resolusinya, semakin sedikit gambar dapat disimpan. Beberapa kamera memungkinkan Anda untuk mengurangi atau meningkatkan resolusi gambar Anda. Mengurangi resolusi secara efektif meningkatkan kapasitas kartu memori Anda, tetapi mengurangi tingkat pembesaran mungkin. Ingat bahwa lima mega piksel memberikan resolusi yang cukup tinggi untuk sebagian besar tujuan.
Jika Anda berniat bepergian dengan kamera anda, itu mungkin bernilai membawa kartu memori tambahan. Jika satu kartu sudah penuh, maka kedua akan sangat berguna sampai Anda dapat mentransfer gambar ke komputer Anda.
Sebuah kamera digital benar-benar bergantung pada baterai. Pilihan terbaik adalah dengan membeli dua set baterai yang dapat diisi ulang. Meskipun mereka dapat berlangsung selama beberapa waktu, itu selalu merupakan ide yang baik untuk memiliki set cadangan tersedia.
Zoom pada kamera digital seringkali merupakan kombinasi dari optical zoom (menggunakan lensa) dan digital zoom. Digital zoom hanya memperbesar gambar dan efektif mengurangi resolusi. Kebanyakan kamera akan menunjukkan bila Anda menggunakan zoom digital.
Kamera digital biasanya disertakan dengan beberapa dibangun pada foto-editing software untuk memotong foto, benar kecerahan, kontras dan sebagainya. Anda mungkin juga beralih menjadi hitam dan putih dan menggunakan efek-efek lain yang ditawarkan pada kamera.
Kamera digital Anda harus disuplai dengan kabel USB untuk menyalin atau mentransfer foto ke komputer. Transfer proses yang cukup sederhana dan hanya memerlukan beberapa menit untuk menyelesaikan. Beberapa kamera memungkinkan Anda untuk mentransfer gambar langsung ke printer. Gunakan perangkat lunak yang disertakan bersama kamera untuk melakukan ini atau menggunakan salah satu dari sekian banyak perangkat lunak pengedit foto yang tersedia.
Foto berbasis komputer editor memiliki sejumlah fitur canggih yang memungkinkan untuk memperbaiki berbagai cacat pada foto. Keseimbangan warna, saturasi, warna, suhu, kecerahan dan kontras semuanya dapat bervariasi. Anda dapat menambahkan lebih banyak cahaya atau bayangan. Hal ini dimungkinkan untuk mengoreksi kedua atas dan di bawah eksposur dalam batas-batas tertentu. Program pengedit foto ini biasanya memiliki serangkaian efek khusus yang dapat diterapkan.
Dengan foto Anda pada komputer tersebut cukup sederhana untuk mencetak murah ini pada printer ink-jet. Berbagai kertas foto khusus dapat dibeli untuk tujuan ini. Biaya tinta dan kertas relatif mahal tapi adalah pilihan yang sangat nyaman. Atau, Anda dapat memesan cetakan foto dari tradisional toko atau melalui salah satu printer foto berbasis internet.
Cara paling mudah untuk memulai dengan kamera digital adalah dengan menggunakan fitur otomatis. Biasakan diri Anda dengan ini dan percobaan dengan banyak fitur lain yang tersedia.
Fotografi digital menawarkan banyak kesempatan untuk menjadi kreatif, dan biaya film tidak akan penting lagi.
Kamera adalah alat paling populer dalam aktivitas fotografi. Nama ini didapat dari camera obscura, bahasa Latin untuk "ruang gelap", mekanisme awal untuk memproyeksikan tampilan di mana suatu ruangan berfungsi seperti cara kerja kamera fotografis yang modern, kecuali tidak ada cara pada waktu itu untuk mencatat tampilan gambarnya selain secara manual mengikuti jejaknya. Dalam dunia fotografi, kamera merupakan suatu peranti untuk membentuk dan merekam suatu bayangan potret pada lembaran film. Pada kamera televisi, sistem lensa membentuk gambar pada sebuah lempeng yang peka cahaya. Lempeng ini akan memancarkan elektron ke lempeng sasaran bila terkena cahaya. Selanjutnya, pancaran elektron itu diperlakukan secara elektronik. Dikenal banyak jenis kamera potret.
•
Komponen kamera
Sebuah kamera minimal terdiri atas:
• Kotak yang kedap cahaya (badan kamera)
• Sistem lensa
• Pemantik potret (shutter)
• Pemutar film
Badan kamera
Badan kamera adalah ruangan yang sama sekali kedap cahaya, namun dihubungkan dengan lensa yang darimana menjadi satu-satunya tempat cahaya akan masuk. Di dalam bagian ini cahaya yang difokuskan oleh lensa akan diatur agar tepat mengenai dan membakar film.
Di dalam kamera untuk tujuan seni fotografi, biasanya ditambahkan beberapa tombol pengatur, antara lain:
• Pengatur ISO/ASA Film.
• Shutter Speed.
• Aperture (Bukaan Diafragma).
Jika diperlukan bisa pula ditambah peralatan:
• Blitz (atau lebih umum disebut lampu kilat atau flash)
• Tripod
• Lightmeter
Sistem lensa
Sistem lensa dipasang pada lubang depan kotak, berupa sebuah lensa tunggal yang terbuat dari plastik atau kaca, atau sejumlah lensa yang tersusun dalam suatu silinder logam.
Tingkat penghalangan cahaya dinyatakan dengan angka f, atau bukaan relatifnya. Makin rendah angka f ini, makin besar bukaannya atau makin kecil tingkat penghalangannya. Bukaan ini diatur oleh jendela diafragma. Bukaan relatif diatur oleh suatu diafragma. Untuk kamera SLR, lensa dilengkapi dengan pengatur bukaan diafragma yang mengatur banyaknya cahaya yang masuk sesuai keinginan fotografer.
Jenis lensa cepat ataupun lensa lambat ditentukan oleh rentang nilai F yang dapat digunakan.
Disamping lensa biasa, dikenal juga lensa sudut lebar (wide lens), lensa sudut kecil (tele lens), dan lensa variabel (variable lens, atau oleh kalangan awam disebut dengan istilah lensa zoom.
Lensa sudut lebar mempunyai jarak fokus yang lebih kecil daripada lensa biasa. Namun sebutan itu bergantung pada lebarnya film yang digunakan. Untuk film 35 milimeter, lensa 35 milimeter akan disebut lensa sudut lebar, sedangkan lensa 135 milimeter akan disebut lensa telefoto.
Lensa variabel dapat diubah-ubah jarak fokusnya, dengan mengubah kedudukan relatif unsur-unsur lensa tersebut. Lensa akan memfokuskan cahaya sehingga dihasilkan bayangan sesuai ukuran film. Lensa dikelompokkan sesuai panjang focal length (jarak antara kedua lensa).
Focal lenght mempengaruhi besar komposisi gambar yang mampu dihasilkan. Dalam masyarakat umum, lebih dikenal dengan istilah zoom.
Pemantik Potret
Tombol pemantik potret atau shutter dipasang di belakang lensa atau di antara lensa. Kebanyakan kamera SLR mempunyai mekanisme pengatur waktu untuk memungkinkan mengubah-ubah lama bukaan shutter. Waktu ini ialah singkatnya pemetik potret itu membuka, sehingga memungkinkan berkas cahaya mengenai film.
Beberapa masyarakat awam menganggap kemampuan kamera sebanding dengan besarnya nilai maksimum shutter speed yang bisa digunakan.
Bagian lain
Bagian lain sebuah kamera, antara lain:
1. Mekanisme memutar film gulungan agar bagian-bagian film itu bergantian dapat disingkapkan pada objek
2. Mekanisme fokus yang dapat mengubah-ubah jarak antara lensa dan film,
3. Pemindai komposisi pemotretan (range finder) yang menunjukkan apa saja yang akan terpotret serta apakah objek utama akan terfokuskan
4. lightmeter untuk membantu menetapkan kecepatan pemetik potret dan atau besarnya bukaan, agar banyaknya cahaya yang mengenai film cukup tepat sehingga diperoleh bayangan atau gambar yang memuaskan.
Beberapa kamera, terutama jenis kamera poket biasanya tidak memiliki salah satu dari bagian-bagian tersebut.
Jenis kamera berdasarkan media penangkap cahaya
Kamera film menggunakan pita seluloid (atau sejenisnya, sesuai perkembangan teknologi). Butiran silver halida yang menempel pada pita ini sangat sensitif terhadap cahaya. Saat proses cuci film, silver halida yang telah terekspos cahaya dengan ukuran yang tepat akan menghitam, sedangkan yang kurang atau sama sekali tidak terekspos akan tanggal dan larut bersama cairan pengembang (developer).
Kamera film
Jenis kamera film yang digunakan adalah dari jenis 35 milimeter, yang menjadi populer karena keserbagunaan dan kecepatannya saat memotret, karena kamera ini berukuran kecil, kompak dan tidak mencolok. Lensa kadang dapat dipertukarkan, dan kamera itu dapat memuat gulungan film untuk 36 singkapan, bahkan kadang lebih.
Jenis film
Pembagian film berdasarkan ukuran:
• Small format (35mm)
• Medium format (100-120mm)
• Large format
Angka di atas berarti ukuran diagonal film yang digunakan. Setiap jenis ukuran film haru menggunakan kamera yang berbeda pula.
Pembagian film berdasarkan jenis bahan dan kesensitifannya:
• Film hitam putih
• Film warna
• Film positif
• Film negatif
• Film daylight
• Film tungsten
• Film infra merah (sensitif terhadap panas yang dipantulkan permukaan objek)
Kamera polaroid
Kamera jenis ini memakai lembaran polaroid yang langsung memberikan gambar positif sehingga pemotret tidak perlu melakukan proses cuci cetak film.
Kamera digital
Kamera jenis ini merupakan kamera yang dapat bekerja tanpa menggunakan film. Si pemotret dapat dengan mudah menangkap suatu objek tanpa harus susah-susah membidiknya melalui jendela pandang karena kamera digital sebagian besar memang tidak memilikinya. Sebagai gantinya, kamera digital menggunakan sebuah layar LCD yang terpasang di belakang kamera. Lebar layar LCD pada setiap kamera digital berbeda-beda.
Sebagai media penyimpanan, kamera digital menggunakan internal memory ataupun external memory yang menggunakan memory card.
Jenis kamera berdasarkan mekanisme kerja
Kamera single lens reflect
Kamera ini memiliki cermin datar dengan singkap 45 derajat di belakang lensa, sehingga apa yang terlihat oleh pemotret dalam jendela pandang adalah juga apa yang akan di tangkap pada film. Umumnya kamera ini digunakan setinggi pinggang ketika dipotretkan.
Kamera instan
Istilah instan adalah dimilikinya mekanisme automatik pada kamera, sehingga berdasar pengukur cahaya (lightmeter atau fotometer), lebar diafragma dan kecepatan pemetik potret secara otomatis telah diatur.
Pembagian kamera berdasarkan teknologi viewfinder
Viewfinder memainkan peranan penting dalam penyusunan komposisi fotografi. Fotografer ahli biasanya akan lebih memilih viewfinder dengan kualitas baik dan mampu memberikan gambaran tepat seperti apa yang akan tercetak.
Kamera saku
Jenis yang paling populer digunakan masyarakat umum. Lensa utama tak bisa diganti,umumnya otomatis atau memerlukan sedikit penyetelan Cahaya yang melewati lensa langsung membakar medium. Kelemahan film ini adalah gambar yang ditangkap oleh mata akan berbeda dengan yang akan dihasilkan film, karena ada perbedaan sudut pandang jendela pembidik dengan lensa.
Kamera TLR
Kelemahan kamera poket diperbaiki oleh kamera TLR. Jendela bidik diberikan lensa yang identik dengan lensa di bawahnya. Namun tetap ada kesalahan paralaks yang ditimbulkan sebab sudut dan posisi kedua lensa tidak sama.
Kamera SLR (Single Lens Reflect)
Pada kamera SLR, cahaya yang masuk ke dalam kamera dibelokkan ke mata fotografer sehingga fotografer mendapatkan bayangan yang identik dengan yang akan terbentuk. Saat fotografer memencet tombol kecepatan rana, cahaya akan dibelokkan kembali ke medium (atau film). lensa kamera SLR dapat diganti ganti sesuai kehendak,sangat disukai para ahli foto, atau hobby, dudukan lensa pada body kamera berbeda benda tergantung merek kamera,mulai dari lensa wide(sudut lebar),tele(jarak jauh),dan lensa normal(standard 50 mm),tersedia pula lensa zoom dengan panjang lensa bervariasi