Penulisan Press Release

Press Release atau siaran pers menurut Soemirat dan Ardianto (2004) adalah informasi dalam bentuk berita yang dibuat oleh Public Relations (PR) suatu organisasi/ perusahaan yang disampaikan kepada pengelola pers/ redaksi media massa (tv, radio, media cetak, media online) untuk dipublikasikan dalam media massa tersebut.

Meskipun semua press release yang dibuat PR memiliki format yang sama, sebenarnya memiliki perbedaan penekanan pada informasinya yaitu:

1. Basic Press Release mencakup berbagai informasi yang terdapat di dalam suatu organisasi/ perusahaan yang memiliki berbagai nilai berita untuk media lokal, regional atau pun nasional;
2. Product Release mencakup transaksi tentang target suatu produk khusus atau produk reguler lainnya untuk suatu publikasi perdagangan di dalam suatu industri;
3. Financial Release digunakan terutama dalam membina hubungan dengan pemegang saham.
Penulisan press release layak muat apabila cara menulisnya seperti halnya wartawan menulis berita langsung (straight news) dengan gaya piramida terbalik (inverted pyramid). Dimulai dengan membuat lead/ teras berita/ kepala berita sebagai paragraf pertama yang mengandung unsur 5W + 1H (What: apa yang terjadi? Where: dimana terjadinya? When: kapan peristiwa tersebut terjad? Who: siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut? Why: mengapa peristiwa tersebut terjadi? How: bagaimana berlangsungnya peristiwa tersebut?).

Penulisan dengan gaya piramida terbalik ini digunakan dengan alasan: Pertama, pembaca dikategorikan sebagai orang sibuk dan mempunyai waktu yang singkat untuk mendapatkan berita-berita yang faktual. Kedua, redaksi media massa harus memotong Press Release tersebut tanpa mengurangi isi pokoknya. Ketiga, redaksi tidak mempunyai cukup waktu untuk membaca keseluruhan Press Release. Sebelum redaksi memutuskan dibuang atau dipakai release tersebut, mereka harus tahu dengan cepat apa keseluruhan isi release itu (Cole dalam Soemirat dan Ardianto, 2004).
Setelah menulis lead sebagai paragraf pertama, kembangkan lead itu dalam paragraf kedua untuk menjelaskan atau mendukung paragraf pertama yang perlu dijelaskan atau mendukung paragraf pertama yang perlu dijelaskan. Kemudian masuk kepada tubuh berita. Penulisan dengan gaya piramida terbalik ini berarti menulis berita dari mulai yang sangat penting (lead) sampai kepada semakin tidak penting. Sedangkan judul diambil dari lead (berita yang sangat penting tadi).

Mappatoto (1993) menggambarkan struktur piramida terbalik dalam pembuatan siaran pers sebagai berikut:



Di sini dijelaskan bahwa judul berfungsi sebagai etalase berita yang harus ditulis dengan bahasa yang jernih sehingga tidak menimbulkan pengertian ganda. Baris tanggal adalah ruang untuk menunjukkan tempat berita dibuat dan tanggal pembuatan berita. Sebaris dengan “creditline” yang menunjukkan jati diri media. Alinea pertama dari berita disebut pusat perhatian maksimal atau teras, atau lead, atau intro dari berita yang dapat disarikan untuk dijadikan judul berita. Isi teras berisi jawaban semua unsur 5 W + 1 H (disebut teras formal) atau jawaban dari dua atau tiga unsur saja (teras informal). Sesudah teras bagian berikutnya disebut Tubuh Berita, tempat menguraikan lebih lanjut unsur-unsur tersebut. Latar berita merupakan keteranga yang akan memperjelas unsur “siapa, apa, dimana, mengapa, dan bagaimana”. Sedangkan bagian rangkuman sebenarnya merupakan latar yang berisi “catatan dibuang sayang” dari suatu peristiwa. Bagian ini dapat dipotong kalau ruangan tidak mengijinkan.
Austin (1996) menyarankan agar PR membaca surat kabar––lokal dan nasional––dan mempelajari gaya bahasa yang mereka gunakan. Tulislah siaran pers dengan gaya surat kabar yang akan dikirimi tulisan tersebut. Siaran pers yang ditulis harus meniru gaya artikel dalam surat kabar itu. Sebagai contoh bila mereka selalu mencetak nama lengkap gunakan nama lengkap dan bukannya singkatan.

Untuk menarik perhatian pembaca, Austin menjelaskan beberapa aturan dasar yang biasa digunakan wartawan untuk menarik perhatian pembaca. Aturan tersebut juga berlaku ketika menulis siaran pers, yaitu:
•Memilih judul yang positif (aktif) dan bukannya pasif.
•Paragraf pertama (lead) harus tajam dan ringkas; antara 12 sampai 20 kata merupakan ukuran yang ideal.
•Usahakan supaya kalimat dan paragraf pendek-pendek.
•Hindari kata yang berlebihan seperti “ini” dan “itu”, serta kata keterangan dan kata sifat yang tidak perlu. Anda tidak perlu mengatakan bahwa sesuatu “hebat” atau “fantastis”. Kalau itu sehebat yang anda nyatakan, maka akan jelas dengan sendirinya dari teks yang anda tulis.
•Hindari kata-kata panjang karena kolom surat kabar sempit.
•Hindari istilah khusus dan penggunaan singkatan.
•Jawab enam pertanyaan ––siapa, mengapa, apa, bilamana, di mana dan bagaimana. Kalau anda tidak menjawab keenam pertanyaan ini maka siaran pers anda tidak berisi semua informasi yang diperlukan wartawan.
•Jangan menulis awal, bagian tengah dan akhir. Masukkan semua butir yang penting pada awal siaran pers. Kalau artikelnya terlalu panjang mereka akan memotongnya dari bawah dan jika Anda meletakkan butir-butir yang paling penting pada akhir berita, maka bagian itu tidak akan termuat.
•Tulislah berita dan bukan pandangan (harus berdasarkan fakta).
•Selalu periksa kembali ejaan nama orang.
•Ketiklah siaran pers hanya pada satu sisi kertas saja dengan spasi rangkap. Berikan margin yang cukup pada semua sisi halaman.
•Selalu beri tanggal pada siaran pers.
•Selalu cantumkan nama kontak dan nomor telepon di siang hari pada bagian bawah siaran.
•Buatlah siaran pers sesingkat mungkin.
Berkaitan dengan press release Jefkins (2003) mengungkapkan hal-hal terpenting perihal pers yang harus diketahui oleh seorang praktisi PR:
•Kebijakan editorial. Hal ini mengungkapkan pandangan dasar dari suatu media yang dengan sendirinya akan melandasi pemilihan subjek-subjek yang akan dicetak atau yang akan diterbitkannya. Selain itu aturan keredaksian dan aturan kewartawanan juga perlu diketahui PR dalam menulis dan mengirimkan press release.
•Frekuensi penerbitan. Setiap terbitan punya frekuensi penerbitan yang berbeda-beda, bisa harian, mingguan, bulanan, atau bahkan tahunan. Hal itu perlu diketahui oleh para praktisi PR, sehingga dapat menyesuaikan diri dalam pembuatan press release.
•Tanggal/tenggat terbit. Kapan tanggal dan saat terakhir sebuah naskah harus diserahkan ke redaksi untuk penerbitan yang akan datang? Hal ini ditentukan oleh frekuensi dan proses percetakannya. Hal ini penting diketahui praktisi humas karena kerap kali siaran pers yang dikirimkan tidak bisa termuat karena terganjal oleh tenggat terbit.
•Proses percetakan. Hal ini wajib diketahui oleh praktisi humas sehingga pemuatan press release bisa sesuai dengan yang hiharapkan.
•Daerah sirkulasi. Apakah jangkauan sirkulasi dari suatu media itu berskala lokal, pedesaan, perkotaan, nasional atau internasional. Hal ini dinilai sangat penting agar pesan yang disampaikan efektif dan efisien.
•Jangkauan pembaca. Berapa dan siapa saja yang membaca jurnal atau media yang bersangkutan? Seorang praktisi PR juga dituntut untuk mengetahui kelompok usia, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, minat khusus, kebangsaan, etnik, agama, hingga ke orientasi politik dari suatu khalayak pembaca media.
•Metode distribusi. Praktisi PR juga perlu mengetahui metode-metode distribusi suatu media, apakah eceran atau langganan. Kemudian ihwal tiras juga patut diketahui dalam upaya efektivitas dan efisiensi komunikasi yang dijalankan.
Abdullah (2000) mengatakan bahwa yang dinomorsatukan oleh wartawan atau redaktur dalam menilai sebuah peristiwa yang akan menjadi berita adalah nilai jurnalistiknya. Hal serupa diberlakukan pula kepada rilis yang masuk yang dikirimkan oleh lembaga humas, atau materi sebuah jumpa pers, juga kegiatan khusus (special event) hingga hasil wawancara dengan narasumber. Meskipun nilai jurnalistik masing-masing media relatif berbeda, para praktisi media massa di seluruh dunia memiliki patokan unsur-unsur yang memiliki nilai jurnalistik, yaitu: aktualitas, kedekatan (proximity), penting, keluarbiasaan, ketegangan, konflik atau pertentangan, seks, kemajuan, emosi, dan humor. Kemudian ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengiriman press release:
•Kirimkan secepat mungkin. Artinya, jika kegiatan berlangsung hari itu, kirimkan hari itu juga. Jangan menunda hingga esok harinya, kecuali jika pelaksanaannya adalah malam hari.
•Jika pengirim siaran pers sudah mengenal nama wartawan sesuai bidangnya, tujukanlah pada wartawan tadi.
•Pengiriman bisa pula melalui faksimili (atau e-mail).
•Jika melampirkan foto atau cetakan berwarna atau contoh produk, lebih baik melalui kurir.
•Konfirmasikan kembali melalui telepon, apakah siaran pers tadi sudah diterima atau belum.

Adakalanya siaran pers ini melengkapi acara jumpa pers atau konferensi pers sehingga para kuli tinta tidak salah mengutip pernyataan atau data yang ada. Karena itulah menurut Abdullah (2000) ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan konferensi pers atau jumpa pers:
•Jangan mengundang wartawan secara mendadak karena biasanya wartawan sudah memiliki jadwal kerja yang padat.
•Hargailah waktu wartawan, jangan menunda waktu yang telah dijadwalkan.
•Jangan mengundurkan waktu hanya karena ada wartawan yang belum datang.
•Wartawan paling menyukai acara jumpa pers pagi hari.
•Hindari jumpa pers pada hari libur.
•Hindari jumpa pers yang jaraknya sangat jauh.
•Jika ingin suasana santai, jumpa pers bisa pula di rumah makan atau tempat rileks lainnya.
•Hadirkanlah orang yang mempunyai kredibilitas sehingga menambah bobot acara jumpa pers.
•Jangan “mengusir” wartawan yang datang tidak diundang sejauh ia betul-betul membutuhkan informasi untuk berita.
•Sediakan bahan-bahan atau data tertulis sebagai pelengkap tulisan/ berita yang akan ditulis wartawan. Apakah itu proposal, brosur, rilis dan lain-lain.
•Masukkan bahan-bahan tadi dalam map atau amplop.
•Jika akan memberi cinderamata atau uang transportasi, masukkanlah ke dalam amplop besar atau map tadi.
•Hindari jumpa pers satu arah. Berilah kesempatan wartawan untuk bertanya.
•Jangan heran apabila dalam kesempatan itu wartawan akan bertanya pula tentang materi lain di luar materi yang dijumpaperskan.
•Hindari jawaban “No Comment” dalam diskusi, sebab jawaban ini mengesankan pembenaran dari pernyataan wartawan.
•Khusus dalam Press Briefing karena dilakukan secara reguler dalam kegiatan besar, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut:

1.Susunlah jadwal yang pasti, siapa yang tampil sebagai narasumber dan siapkan data yang akurat.
2.Konfirmasikan dahulu, apakah narasumber yang akan ditambilkan itu bersedia muncul dalam pertemuan dengan wartawan.
3.Siapkan bahan-bahan tertulis dalam press room yang disediakan.
4.Buatlah jurnal harian yang akurat dan lengkap.
5.Sediakan press room yang memadai yang dilengkapi dengan berbagai sarana komunikasi dan pengetikan

Konferensi Pers

Dalam rangka mempublikasikan atau menginformasikan sebuah kegiatan pada masyarakat luas, suatu lembaga seperti perusahaan , dipastikan membutuhkan bantuan media massa. Untuk itu perusahaan perlu mengadakan ‘Konferensi Pers’ atau ‘Jumpa Pers’ dengan mengundang sejumlah wartawan. Kegiatan ini sekaligus berfungsi sebagai ajang meningkatkan ‘citra positif’ suatu perusahaan.
Umumnya perusahaan yang melakukan kegiatan ini telah memahami praktek kehumasan profesional. Karena itu, umumnya kegiatan ini ditangani oleh Humas perusahaan yang bersangkutan.

Disamping perusahaan, juga lembaga-lembaga lain seperti organisasi politik, departemen-departemen, lembaga DPR-RI, MPR-RI dan lembaga-lembaga swadaya lainnya bahkan peroranganpun dapat melakukan konferensi pers. Konfereensi pers berati mengundang wartawan media cetak maupun elektronik guna mempublikasikan atau menginformasikan hal-hal yang dianggap penting pada masyarakat luas. Untuk lebih memungkinkan informasi itu sampai kepada masyarakat maka satu-satunya cara yang paling tepat yaitu mengadakan konperensi pers atau jumpa pers dengan para wartawan.

Konferensi pers perlu direncanakan dengan sebaik-baiknya, mulai dari pemilihan waktu, tempat dan wartawan yang diundang. Jika tidak terencana dengan matang, bisa-bisa jumpa pers tidak sesuai harapan alias gagal.

Bagi reporter yang ditugaskan menghadiri konfrensi pers perlu memperhatikan hal-hal berikut :

- Siapa penyelenggara jumpa pers. Perseorangankah, organisasi, atau perusahaan dll.

- siapa yang akan tampil sebagai narasumber.

- Apakah pembicara memiliki ‘kredibilitas’ hingga jumpa pers itu lebih berbobot.

Sementara pihak penyelenggara jumpa pers hendaknya mengirim undangan jumpa pers pada wartawan secepatnya sebelum acara diselenggarakan. Kirim lewat faks atau email. Setelah mengirim undangan, konfirmasikan lewat telepon untuk memastikan bahwa undangan telah terkirim. Jangan mengundang wartawan secara mendadak. Karena wartawan biasanya sudah memiliki jadwal acara lain. Kecuali untuk kasus-kasus yang sangat mendesak.

Penyelenggarakan jumpa pers sebaiknya di lokasi yang strategis dan terjangkau. Hindari jumpa pers di lokasi yang jauh, karena wartawan umumnya memiliki jadwal acara yang mengharuskan ia berada di dekat kota. Acara jumpa pers bisa diselenggarakan di hotel atau tempat-tempat pertemuan lainnya. Kalau ingin lebih santai, jumpa pers bisa diselenggarakan di rumah makan atau tempat yang cukup rileks lainnya di lokasi yang terjangkau.

Bagi reporter berusahalah untuk on-time dalam menghadiri jumpa pers. Jika sudah ‘jam’ nya acara dimulai sebaiknya reporter sudah kumpul agar acara segera dimulai. Hal ini juga untuk menghargai waktu karena wartawan yang umumnya memiliki waktu yang sempit.

Bagi penyelengga jumpa pers, sebaiknya penyelenggaraan jumpa pers diadakan pada pagi hari. Karena kebanyakan wartawan masih bersemangat jika pagi hari. Kalau siang dan malam hari, wartawan sudah terlalu lelah mengerjakan tugas-tugas kewartawanan. Kecuali ada hal-hal yang sangat urgen, penting sekali maka jumpa pers akan selalu dipenuhi wartawan Hindari mengadakan jumpa pers di hari libur.

- Persiapkan bahan atau data-data tertulis yang akurat, sebagai pelengkap laporan wartawan. Data tersebut bisa berbentuk press release, brosur, ataupun makalah. Tulislah siaran pers dengan ringkas dan padat. Jika diperlukan sertakan pula ilustrasi foto, gambar tabel atau grafik. Masukkan bahan-bahan tulisan tersebut dalam suatu map. Jika ingin memberikan cindera mata atau ‘uang transport’, kalau memang perlu, masukkan dalam amplop kemudian masukkan ke dalam map tadi sebagainmtanda terimakasih.

- Hindari jumpa pers satu arah, berikan kesempatan pada wartawan untuk bertanya dan berbicara. Tidak perlu gusar seandainya ada wartawan yang mengajukan pertanyaan di luar materi yang disiarkan.

- Jangan sekalipun memberikan jawaban ‘no comment’ jika menanggapi pertanyaan wartawan. Karena jawaban ini bisa diartikan pembenaran atas pertanyaan wartawan. Berikan jawaban yang pasti dan jelas untuk menghindari kesimpangsiuran berita.

Dengan merencanakan konferensi pers sebaik-baiknya, sebuah perusahaan akan terkesan lebih profesional. Selain memperoleh citra positif, perusahaan juga akan mendapatkan keuntungan dari pemberitaan para wartawan dari berbagai media.

Penyelenggara jumpa pers hendaknya waspada terhadap oknum-oknum yang mengaku sebagai wartawan, sebab mereka mempergunakan peluang itu hanya untuk mencari ”amplop”. Dan kalau tidak diberi mereka memaksa dengan cara melakukan tekanan bahwa berita yang akan dibuat tidak akan diterbitkan. Biasana mereka datang secara berekelompok.

Bagi reporter yang ditugaskan untuk menghadiri jumpa pers hendaknya bersikap ingin serba tahu dengan mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar serta keingin tahuan yang lebih pokok yaitu mengetahui latar belakang masalah yang disampaikan dalam jumpa pers.

22. Firefox Tweak Untuk Menggandakan Kecepatan Browser

Dengan Firefox tweaker yang menangani beberapa fungsi caching, Anda bisa secara dramatis meningkatkan kecepatan membuka halaman dan bahkan mencegah Firefox dari belitan system resources Anda saat diminimalkan. Jika Anda saat ini tidak punya pengalaman bermain dengan file konfigurasi, jangan takut. Cukup ikuti petunjuk sederhana, tuliskan masing-masing pengaturan sebelum Anda mengubahnya sehingga Anda dapat selalu mengembalikan konfigurasi default jika perlu.

Mengurangi jumlah RAM untuk Firefox dengan menggunakan fitur cache.

1. Ketik "about: config" (tanpa tanda kutip) di address bar di browser.
2. Cari "browser.sessionhistory.max_total_viewer".
3. Set nilainya ke "0"; (Zero).

Meningkatkan Kecepatan Firefox pada beban halaman.
1. Ketik "about: config" pada address bar dan tekan Enter.
(Biasanya browser akan membuat satu permintaan halaman web pada satu waktu. Bila Anda mengaktifkan pipelining itu akan membuat beberapa sekaligus, yang benar-benar kecepatan loading halaman).

2. Mengubah entri sebagai berikut:
Set "network.http.pipelining" to "true".
Set "network.http.proxy.pipelining" to "true".
Set "network.http.pipelining.maxrequests" ke beberapa nomor seperti 10.

Ini berarti akan membuat 10 permintaan sekaligus.

3. Terakhir, klik kanan di mana saja dan pilih New -> Integer. Nama itu "nglayout.initialpaint.delay" dan set nilai "0";. (Zero/nol).

Nilai ini adalah jumlah waktu browser menunggu sebelum bertindak berdasarkan informasi yang diterimanya. Jika Anda menggunakan koneksi broadband Anda akan memuat halaman dengan lebih cepat sekarang.
31. Opsional (untuk lebih cepat web browsing) di sini adalah beberapa lebih banyak pilihan untuk about: config (Anda mungkin harus membuat beberapa entri oleh Right Click -> New-> Interger atau String.

network.dns.disableIPv6: set "false" .
"Content.notify.backoffcount": set "5"; (Lima).
"Plugin.expose_full_path": set "true".
"Ui.submenuDelay": set "0"; (Zero/nol).

Mengurangi penggunaan untuk 10MB RAM ketika Firefox diminimalkan.
Hack kecil ini akan mendrop penggunaan RAM Firefox bawah untuk 10 Mb ketika diminimalkan:

1. Buka Firefox dan pergi ke Address Bar. Ketik about: config dan kemudian tekan Enter.
2. Klik kanan pada halaman dan pilih New -> Boolean.
3. Pada kotak yang muncul masukkan "config.trim_on_minimize". Tekan Enter.
4. Sekarang pilih True dan kemudian tekan Enter.
5. Restart Firefox.

(denis/ICTF)

PENYULUHAN KESEHATAN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS

PENDAHULUAN

Diabetes adalah salah satu penyakit yang paling sering diderita dan penyakit kronik yang
serius di Indonesia saat ini. Setengah dari jumlah kasus Diabetes Mellitus (DM) tidak terdiagnosa
karena pada umumnya diabetes tidak disertai gejala sampai terjadinya komplikasi. Prevalensi
penyakit diabetes meningkat karena terjadi perubahan gaya hidup, kenaikan jumlah kalori yang
dimakan, kurangnya aktifitas fisik dan meningkatnya jumlah populasi manusia usia lanjut.
Dengan makin majunya keadaan sosio ekonomi masyarakat Indonesia serta pelayanan
kesehatan yang makin baik dan merata, diperkirakan tingkat kejadian penyakit diabetes mellitus
(DM) akan makin meningkat. Penyakit ini dapat menyerang segala lapisan umur dan sosio
ekonomi. Dari berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia di dapatkan prevalensi sebesar 1,5-
2,3 % pada penduduk usia lebih besar dari 15 tahun. Pada suatu penelitian di Manado
didapatkan prevalensi 6,1 %. Penelitian di Jakarta pada tahun 1993 menunjukkan prevalensi
5,7%.

Melihat pola pertambahan penduduk saat ini diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan
ada sejumlah 178 juta penduduk berusia di atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi Diabetes
Mellitus sebesar 2 %, akan didapatkan 3,56 juta pasien Diabetes Mellitus, suatu jumlah yang
besar untuk dapat ditanggani sendiri oleh para ahli DM. Oleh karena itu antisipasi untuk
mencegah dan menanggulangi timbulnya ledakan pasien DM ini harus sudah dimulai dari
sekarang.

Dalam hal antisipasi untuk pencegahan DM ini yang sangat perlu diperhatikan adalah
dengan memberikan penyuluhan kesehatan pada penderita Diabetes Mellitus.
Penyuluhan kesehatan pada penderita diabetes mellitus merupakan suatu hal yang amat penting
dalam regulasi gula darah penderita DM dan mencegah atau setidaknya menghambat munculnya
penyulit kronik maupun penyulit akut yang ditakuti oleh penderita. Dalam hal ini diperlukan
kerjasama yang baik antara penderita DM dan keluarganya dengan para pengelola/penyuluh
yang dapat terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi dan tenaga lain.

Untuk dapat menyuluh, dengan sendirinya para penyuluh harus benar-benar dapat
memahami dan menyadari pentingnya Pendidikan Kesehatan DM serta mampu menyusun serta
menjelaskan materi penyuluhan yang hendak di sampaikan kepada pasien. Dalam penyampaian
materi penyuluhan tersebut, fasilitator dapat memakai bermacam-macam sarana seperti
ceramah, seminar, diskusi kelompok dan sebagainya. Semuanya itu tujuannya untuk mengubah
periakal (knowledge), perirasa (attitude) dan perilaku (behaviour). Perubahan perilaku inilah yang
paling sukar dilaksanakan.

Penyuluhan diperlukan karena penyakit diabetes penyakit yang berhubungan dengan
gaya hidup. Pengobatan diabetes memerlukan keseimbangan antara beberapa kegiatan yang
merupakan bagian intergral dari kegiatan rutin sehari-hari seperti makan, tidur bekerja dan lainlain.
Pengaturan jumlah serta jenis makanan serta olah raga oleh pasien serta keluarganya.
Berhasilnya pengobatan diabetes tergantung pada kerja sama antara petugas kesehatan dengan
pasien dan keluarganya. Pasien yang mempunyai pengetahuan cukup tentang diabetes,
kemudian selanjutnya mengubah perilakunya, akan dapat mengendalikan kondisi penyakitnya
sehingga ia dapat hidup lebih lama.

Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dengan memberikan penyuluhan diabetes
antara lain:
1. Agar pasien dapat hidup lebih lama dan dalam kebahagiaan. Kualitas hidup sudah merupakan
kebutuhan bagi seseorang, bukan hanya kuantitas, seseorang yang bertahan hidup, tetapi
dalam keadaan tidak sehat akan mengganggu kebahagiaan dan kestabilan keluarga.
2. Untuk membantu pasien agar mereka dapat merawat dirinya sendiri, sehingga komplikasi
yang mungkin timbul dapat dikurangi, selain itu juga jumlah hari sakit dapat ditekan.
3. Agar pasien dapat berfungsi dan berperan sebaik-baiknya didalan masyarakat.
4. Agar penderita dapat lebih produktif dan bermanfaat.
5. Menekan biaya perawatan baik yang dikeluarkan secara pribadi, keluaraga ataupun secara
nasional.

Penyuluhan diabetes Mellitus dapat dilakukan untuk pencegahan Primer, Sekunder dan
Tersier. Adapun pada penyuluhan pencegahan Primer, dilakukan terhadap orang-orang yang
belum menderita DM tetapi potensial untuk menderita. Untuk pencegahan primer ini tentu saja
kita harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya DM dan berusaha
mengeliminasi faktor tersebut.

Penyuluhan menjadi sangat penting fungsinya untuk mencapai tujuan ini. Masyarakat
secara menyeluruh dengan melalui lembaga swadaya Masyarakat dan lembaga sosial lainnya
harus diikutsertakan dalam usaha pencegahan primer. Demikian pula pemerintah melalui semua
jajaran terkait baik pihak Departemen Kesehatan maupun Departemen Pendidikan, melalui usaha
Pendidikan Kesehatan yang harus dimulai sejak pra sekolah, misalnya dengan menekankan
pentingnya kegiatan jasmani yang teratur dan menjaga agar tidak gemuk serta pentingnya pola
makan yang sehat. Kepada remaja perlu juga diinformasikan dan dijelaskan mengenai bahaya
nya dampak yang ditimbulkan akibat merokok.

Penyuluhan dalam hal pencegahan sekunder adalah dalam mengelola pasien DM, sejak
awal kita harus sudah waspada akan kemungkinan komplikasi-komplikasi kronik yang mungkin
timbul. Sejauh mungkin kita harus berusaha mencegah timbulnya komplikasi tersebut.
Penyuluhan mengenai DM dan pengelolaannya sangat penting untuk mendapatkan ketaatan
berobat pasien yang baik dan teratur. Pengaturan sistem rujukan yang baik menjadi sangat
penting untuk memback up pelayanan kesehatan primer yang merupakan ujung tombak
pengelolaan DM. Dengan demikian akan dapat diharapkan hasil pengelolaan yang sebaik-baiknya,
apalagi bila ditunjang pula dengan adanya tata cara pengelolaan baku yang dapat menjadi
pegangan bagi para pengelola.

Pencegahan Tersier perlu dilakukan pada pasien DM, kalau komplikasi kronik DM ternyata
timbul juga, sehingga dalam hal ini pihak pengelola harus mencegah terjadinya kecacatan lebih
lanjut dengan usaha pengelolaan komplikasi sebaik-baiknya dan usaha merehabilitasi pasien
sedini mungkin sebelum kecacatan menjadi menetap dan tidak dapat lagi diperbaiki lagi.

METODA PENYULUHAN KESEHATAN

Sebelum mengetahui tentang metoda penyuluhan kesehatan, hendaknya diketahui
terlebih dahulu tentang tujuan yang akan dicapai, apakah akan merubah periakal (knowledge),
perirasa (attitude) atau kah perilaku (behaviour). Dengan mengetahui sasarannya maka dapat
dipilih kira-kira metode yang mana paling cocok:
Gambar 1. Macam sasaran dan metoda penyuluhan kesehatan yang cocok

PERIAKAL PERIRASA PERILAKU


(Knowledge) (Attitude) (Behavior)
- Ceramah - Diskusi Kelompok - Latihan Sendiri
- Seminar - Tanya jawab - Ikut asosiasi DM
- Tugas baca - Film vidio - Self monitoring
- Diskusi panel - Bimbingan Penyuluhan
- Simposium
- Konferensi

Dari hal di atas untuk penyuluhan kesehatan penderita DM yang cocok adalah antara lain
ceramah, diskusi kelompok, vidio, bimbingan penyuluhan, tanya jawab, monitor diri sendiri dan
ikut menjadi anggota perkumpulan DM. Dengan sendirinya masing-masing cara ada keuntungan
dan kerugiannya, dan metoda satu dan lainnya saling mempengaruhi, misalnya dengan diskusi
kelompok sasaran utama adalah mengubah perirasa, tetapi dapat pula mempengaruhi periakal
dan perilaku.

Tujuan penyuluhan diabetes mellitus pada dasarnya adalah supaya meningkatkan
pengetahuan pasien terhadap penyakit yang dideritanya sehinga pasien dapat mengendalikan
penyakitnya dan mengontrol gula darah dalam keadaan mendekati normal dan dapat mencegah
komplikasi. Pada dasarnya tujuan edukasi pada diabetes adalah perawatan mandiri sehingga
seakan-akan pasien menjadi dokternya sendiri dan juga mengetahui kapan harus berobat
kedokter untuk mendapatkan pengarahan yang lebih lanjut. Edukasi yang cukup akan
menghasilkan kontrol diabetes yang baik dan mencegah atau mengurangi perawatan dirumah
sakit. Sebagai contoh adalah pemeliharaan kaki yang baik akan mengurangi jumlah amputasi.
Sebelum memulai penyuluhan, sebaiknya dilakukan analisis mengenai pengetahuan
pasien tentang diabetes mellitus, sikap dan ketrampilannya. Demikian juga dengan mengetahui
latar belakang sosial, asal-usul etnik, keadaan keuangannya, cara hidup, kebiasaan makan,
kepercayaan dan tingkat pendidikannya, edukasi akan lebih terarah dan lebih berhasil.
Edukasi diabetes adalah suatu proses berkesinambungan dan perlu dilakukan beberapa
pertemuan untuk menyegarkan dan mengingatkan kembali prinsip-prinsip penatalaksanaan
diabetes. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan adalah :
1. Berikanlah dukungan dan nasihat yang positif dan hindarilah kecemasan.
2. Berikanlah informasi secara bertahap, jangan beberapa hal sekaligus.
3. Mulailah dengan hal yang sederhana baru kemudian yang kompleks.
4. Pergunakanlah alat bantu dengar-pandang (audio visual) seperti set bahan informasi, slide,
tape, vidio atau komputer.
5. Lakukanlah pendekatan dengan mengatasi permasalahan dan lakukanlah stimulasi.
6. Perbaikan ketaatan pasien dengan memberikan pengobatan sesederhana mungkin.
7. Lakukanlah kompromi dan negosiasi untuk mencapai tujuanyang dapat diterima pasien, dan
jangan memaksakan tujuan kita pada pasien.
8. Lakukanlah motivasi dengan cara memberi penghargaan dan mendiskusikan hasil tes
Laboratorium.

PENYULUHAN UNTUK PENCEGAHAN PRIMER

Penyuluhan pencegahan primer perlu dilakukan pada masyarakat untuk meningkatkan
kepeduliannya (awareness) bahwa diabetes merupakan sutu problem kesehatan masyarakat dan
dapat dicegah dengan mengontrol kegemukan dan meningkatkan kegiatan jasmani, terutama
pada individu dengan resiko tinggi.

Perencanaan kebijaksanaan bidang kesehatan harus mengerti implikasi sosio-ekonomik
penyakit ini dan betapa vitalnya kedudukan penyuluhan dan edukasi dalam penatalaksanaan
diabetes, agar kemudian dapat dimotivasi untuk meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan bagi
pasien diabetes.
Pada penyuluhan tingkat primer ini yang menjadi sasaran adalah orang sehat yang belum
terdiagnosa diabetes, tetapi beresiko tinggi untuk terkena diabetes, misalnya anak-anak penderita
diabetesdan sebagainya. Adapun materi penyuluhan yang perlu disampaikan pada mereka adalah
megenai faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya diabetes dan usaha untuk mengurangi
faktor resiko tersebut.

PENYULUHAN UNTUK PENCEGAHAN SEKUNDER

Penyuluhan untuk pencegahan sekunder perlu diberikan pada mereka yang baru terdiagnosa
diabetes, Kelompok pasien diabetes ini masih sangat perlu diberi pengertian mengenai penyakit
diabetes supaya, mereka dapat mengendalikan penyakitnya mengontrol gula darah, mengantur
makanan dan melakukan aktifitas olah raga sesuai dengan keadaan dirinya sehingga pada
akhirnya pasien akan merasa nyaman, karena bisa mengendalikan gula darahnya. Materi
penyuluhan pada tingkat pertama adalah:
Diabetes : Apakah itu diabetes mellitus.
Penatalaksanaan diabetes secara umum.
Obat-obat untuk mengontrol glukosa darah (tablet dan insulin).
Perencanaan makan dengan menggunakan bahan makanan penukar.
Diabetes dan kegiatan jasmani (olah Raga).

Materi Penyuluhan pada tingkat lanjutan adalah:

Mengenal dan mencegah komplikasi akut diabetes.
Pengetahuan mengenai komplikasi kronik diabetes.
Penatalaksanaan diabetes selama menderita penyakit lain.
Pemeliharaan kaki diabetes.

PENYULUHAN UNTUK PENCEGAHAN TERSIER

Pada penyuluhan untuk pencegahan tersier subyek yang menjadi sasaran adalah mereka
yang sudah mengalami komplikasi. Jadi dalam hal ini yang sangat perlu disuluhkan pada pasien
adalah :
Maksud, tujuan dan cara pengobatan pada komplikasi kronik diabetes.
Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan.
Kesabaran dan ketaqwaan untuk dapat menerima dan memanfaatkan keadaan hidup dengan
komplikasi kronik.

Dalam hal pengobatan pasien yang sudah mengalami komplikasi kronik, untuk mencapai
tujuan pengobatan pasien harus bekerja sama dengan suatu Tim yang akan membantunya dalam
proses pengobatan sehingga tujuan pengobatan nya dapat tercapai. Manajemen dilakukan oleh
tim multi disiplin yang merupakan kelompok dari beberapa disiplin yang mempunyai tujuan yang
sama dalam bidang kesehatan/diabetes. Tim ini terdiri dari dokter, perawat mahir/khusus
diabetes dan ahli diet. Setiap anggota tim bertanggu jawab atas pendapatannya dan
keputusannya dalam bidang masing-masing demi tercapainya tujuan pengobatan pasien.

TUJUAN PENYULUHAN

Penyuluhan kesehatan merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus,
yang kemajuannya harus terus diamati terutama kepada mereka yang memberi penyuluhan.
Pada umumnya kebutuhan akan penyuluhan kesehatan dideteksi oleh petugas kesehatan, untuk
selanjutnya ditumbuhkan rasa membutuhkan pada pasien. Tujuan pendidikan kesehatan dengan
metode penyuluhan pada pasien diabetes mellitus adalah meningkatkan pengetahuan mereka.
Pengetahuan akan menjadi titik tolak perubahan sikap dan gaya hidup mereka. Pada akhirnya
yang menjadi tujuan pendidikan adalah perubahan perilaku pasien dan meningkatnya kepatuhan
yang selanjutnya akan meningkatkan kualitas hidup.

Untuk meningkatkan pengetahuan pasien diabetes mellitus dapat dilakukan perubahan
dengan memberikan pendidikan kesehatan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan Pasien.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif mempunyai enam tahapan yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan
penilaian kembali. Untuk dapat menjalani perilaku yang diinginkan seseorang harus melampui
semua tahap tersebut. Enam tahap tersebut merupakan suatu proses yang memerlukan waktu,
dan lama proses tersebut tidak sama untuk setiap orang.

Untuk tercapai proses tersebut harus terjadi perubahan sikap pasien mengenai materi
yang disuluhkan pada mereka. Mengubah sikap pasien bukanlah pekerjaan mudah, bahkan lebih
sulit dari pada meningkatkan pengetahuan. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap stimulus objek. Sikap sebenarnya merupakan bagian dari
kepribadian. Berbeda dengan perangai yang juga merupakan bagian kepribadian, sikap adalah
kecenderungan yang tertata untuk berpikir, merasa dan berperilaku terhadap suatu referen atau
objek kognitif.

Suatu sikap belum tentu akan diwujudkan dalam bentuk suatu tindakan. Untuk
terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata, diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sebagai contoh seorang pasien
yang telah mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik terhadap keteraturan berolahraga,
mungkin tidak dapat dijalankan perilaku tersebut karena keterbatasan waktu. Seorang pasien
yang telah berniat untuk makan sesuai dengan rencana makan yang telah dibuatnya sendiri,
kadang-kadang keluar dari jalur tersebut karena situasi dirumah atau dikantor yang kurang
mendukung. Bila semua perilaku positif telah dilaksanakan semuanya, tentunnya pasien tersebut
dapat dimasukkan kedalam kelompok pasien dengan kepatuhan tinggi, sehingga sebagai dampak
kepatuhannya penyakit diabetesnya dapat terkendali.

Apabila pasien telah menjalankan perilaku yang diinginkan dan telah digolongkan didalam
kelompok dengan kepatuhan tinggi, perilaku-perilaku tersebut harus dipertahankan. Tatap muka
dengan penyuluhan tetap harus dilakukan secara teratur, walaupun frekuensinya dapat dikurangi.
Di dalam pertemuan tersebut dapat dibahas berbagai aspek kehidupan pasien yang berhubungan
dengan diabetes, baik yang diungkapkan sendiri oleh pasien atau dimulai oleh penyuluhan.
Pengetahuan tentang hal-hal tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien
beserta keluarganya.

PENETAPAN TUJUA N UMUM DAN KHUSUS

Dalam penyuluhan diabetes sebelum kegiatan dilakukan terlebih dahulu harus ditetapkan
apa tujuan yang ingin dicapai dari hasil penyuluhan tersebut, jadi disini harus jelas mengenai
tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai. Pada tujuan umum biasanya yang
menyangkut seluruh prioritas masalah yang akan dilakukan penyuluhan kesehatan. Sedangkan
pada tujuan khusus disini merupakan uraian dari tujuan umum, ialah tujuan yang terkandung
dalam setiap penyuluhan dan setiap masalah.

Perumusan tujuan tersebut haruslah dalam bentuk tujuan perilaku atau behavioral
objectives, yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1. Tujuan tersebut harus dapat diukur (measurable)
2. Tujuan tersebut harus dapat diamati (observable)
3. Tujuan tersebut harus dapat dicapai (reachable) yang dimaksud adalah tujuan tersebut harus
dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu.

Pada penyuluhan diabetes ini yang menjadi target penyuluhan atau sasaran adalah selain
penderita, juga keluarga maupun orang-orang disekitar penderita yang sering atau hampir setiap
hari berhubungan dengan penderita.
Dalam penyampaian penyuluhan perlu dilakukan dalam beberapa tahapan, misalnya
dapat dibagi dalam beberapa kegiatan yang berkesinambungan, misalnya:
a. Lokakarya mini: Untuk menyiapkan tenaga penyuluh.
b. Uji coba lapangan : Mencoba ( try and error) sistem untuk metoda penyuluhannya.
c. Pelaksanaan kegiatan : Yang dapat meliputi pembuatan dan pemasangan poster, pembuatan
leaflet/booklet serta siap dibagikan, wawancara, ceramah dan sebagainya.

SASARAN PENYULUHAN

Sebenarnya sasaran langsung penyuluhan diabetes adalah pasien diabetes beserta
keluarganya, tetapi untuk mencapai program yang berdaya guna dan sekaligus berhasil guna,
kita perlu menentukan sasaran tidak langsung yang terdiri dari petugas kesehatan dan berbagai
komunitas dimana pasien berada di dalam melakukan kegiatannya sehari-hari.
Petugas kesehatan perlu secara berkesinambungan mendapat pendidikan cara
menangani pasien diabetes. Masalah di Indonesia yang juga menjadi masalah di negara-negara
lain adalah kurangnya pengetahuan dokter tentang pengobatan mutakhir diabetes. Informasi
terbaru tentang penanganan diabetes sering terlambat sampai kepada dokter, terutama mereka
yang tinggal dikota kecil dan daerah terpencil.

Sasaran kedua adalah tim kesehatan/perawat yang bisa terdiri dari berbagai disiplin
misalnya perawat, ahli gizi, ahli fisioterapi, pekerja sosial bahkan perawat bedah dan ahli farmasi.
Masing-masing anggota tim berfungsi sesuai dengan keahlian yang dimilikinya dan kebutuhan
pasien pada saat konsultasi. Ditingkat rumah sakit tentunya tim tersebut dapat lebih lengkap,
tetapi di Puskesmas, balai kesehatan masyarakat atau praktek pribadi, keberadaan tim yang
sederhana terdiri dari 2-3 orang sudah merupakan modal yang sangat berharga. Di dalam
pekerjaan sehari-hari, tentu saja tim ini harus bekerjasama dengan dokter.

Sasaran ketiga, adalah orang-orang yang beraktivitas bersama-sama dengan pasien
sehari-hari, baik dilingkungan rumah ataupun lingkungan lain misalnya lingkungan tempat
bekerja, lingkungan sekolah dan lain-lain. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang
mudah dijangkau, karena di Indonesia pada umumnya seseorang tinggal bersama-sama
keluarganya. Lingkungan lain adalah lingkungan yang dapat berubah-ubah, tergantung pada
aktivitas pasien. Lebih sulit untuk mencapai komunitas ini bila dibandingkan dengan keluarga,
karena lebih bervariasi dan dengan tempat tinggal yang berbeda-beda pula.
Penyuluhan bagi kelompok komunitas ini sangat penting dan menjadi tanggung jawab
dokter puskesmas, walaupun demikian dokter praktek pribadi atau edukator diabetes juga dapat
berpartisipasi melakukan penyuluhan bagi kelompok ini. Pendidikan bagi kelompok ini dapat
dilakukan melalui media masa setempat, brosur, leflet, atau bila tersedia dana dapat dilakukan
tatap muka kelompok.

Kelompok ini antara lain adalah kelompok dalam pekerjaannya sehari-hari paling mungkin
untuk kontak dengan pasien diabetes mellitus misalnya pemimpin perusahaan yang ada kontak
langsung dengan karyawan yang perlu mendapat penyuluhan sesuai dengan pekerjaannya yang
dilaksanaan sehari-hari misalnya guru, karyawan penerbangan, polisi, karyawan pemadam
kebakaran. Karyawan rumah sakit, petugas yang bergerak di dalam bidang transportasi seperti
misalnya sopir angkutan umum, pramugari dan sebagainya. Dengan memberi penyuluhan
diabetes kepada kelompok tersebut, diharapkan mereka dapat membantu seorang pasien
diabetes pada saat kedaruratan.

KESIMPULAN

Penyuluhan merupakan dasar utama untuk pengobatan diabetes bagi pasien dan juga
pencegahan diabetes bagi keluarga pasien serta masyarakat didalam komunitas tertentu. Pada
dasarnya tujuan penyuluhan diabetes adalah perawatan mandiri, sehingga seakan-akan pasien
menjadi dokternya sendiri dan juga mengetahui kapan dia harus memeriksakan dirinya kedokter
atau anggota tim perawat lainnya untuk mendapatkan pengarahan yang lebih lanjut.
Dengan demikian dapat dikatakan penyuluhan diabetes adalah suatu proses pemberian
pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes, yang diperlukan untuk dapat merawat diri
sendiri, mengatasi krisis, serta mengubah gaya hidupnya agar dapat menangani penyakitnya
dengan sukses. Proses ini dilakukan untuk memungkinkan pasien menjadi pemain yang paling
aktif dalam menangani penyakit yang dideritanya.

Penyuluhan dapat dilakukan secara perseorangan atau kelompok, tergantung pada
fasilitas yang ada, baik fasilitas waktu, ruangan serta petugasnya. Walaupun demikian di dalam
pemberian penyuluhan kepada pasien perlu diinggat bahwa setiap pasien harus mendapat
penilaian mengenai kebutuhannya, mendapat perencanaan penyuluhan yang menyeluruh sesuai
dengan kebutuhannya, mendapat penyuluhan serta penilaian tindak lanjut yang dilakukan secara
siklik sedemikian rupa sehingga pada akhirnya pasien akan terpenuhi kebutuhannya.
Dalam penyuluhan diabetes perlu diperhatikan metode penyuluhan dan materi yang
diberikan harus sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasien pada saat itu, jadi dalam hal ini kita
harus perhatikan kelompok yang menjadi sasaran penyuluhan apakah anggota keluargan pasien
diabetes, atau pada pasien yang baru terdiagnosa diabetes maupun pada pasien yang sudah
mengalami komplikasi.

Dalam hal ini kita harus membaginya menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok anggota
keluarga pasien diabetes perlu diberikan penyuluhan untuk pencegahan primer, Kelompok pasien
yang baru terdiagnosa perlu diberikan penyuluhan untuk pencegahan sekunder, dan untuk pasien
yang sudah mengalami komplikan perlu mendapatkan penyuluhan pencegahan tersier.

DAFTAR PUSTAKA

Soedjono, R.S., dkk., 1986. Diabetes Mellitus, Aspek klinik dan Epidemiologi, Airlangga
University Press, Surabaya.
Basuki, E. dkk, 1995. Buku Acuan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Bagi Dokter Puskesmas,
Dokter Praktek Umum dan Edukator Diabetes. Pusat Diabetes dan Lipid RSUPN DR. Cipto
Mangun Kusumo Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Notoatmodjo, S., 1997. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Andi
Offset, Yogyakarta.
Sugondo, S. 1995 Penyuluhan Sebagai Komponen Terapi Diabetes Dan Penatalaksanaan
Terpadu, Editor: Sidartawan Sogondo, Pradana Suwondo, Iman Subekti, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Clement, S. 1995. Diabetes Self-Management Education. Diabetes Care 18:1204-1214.